Kesehatan Anak

Rumah Terlalu Bersih Tingkatkan Risiko Leukemia pada Anak?

Ruri Nurulia, 25 Mei 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Menurut hasil studi terbaru, rumah yang terlalu bersih atau steril justru dapat meningkatkan risiko leukemia pada anak. Benarkah demikian?

Rumah Terlalu Bersih Tingkatkan Risiko Leukemia pada Anak?

“Rumah kotor, salah. Rumah bersih juga salah!” Mungkin itu yang ada dalam pikiran Anda saat membaca judul artikel ini. Rasa senewen yang Anda rasakan ini memang beralasan, karena baru-baru ini ada hasil studi yang melaporkan bahwa lingkungan rumah yang terlalu bersih dapat meningkatkan risiko terjadinya leukemia pada anak.

Studi tersebut digagas oleh Mel Greaves, seorang profesor dan ahli biologi dari The Institute of Cancer Research, Inggris. Studi ini dipublikasikan di jurnal Nature Reviews Cancer. Hasil studi tersebut menemukan bahwa dari banyak penyebab, rumah yang terlalu bersih justru dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami penyakit leukemia limfositik  akut.

Dalam kondisi rumah yang terlalu bersih seperti itu, anak menjadi tidak terpapar benih penyakit atau kuman yang cukup, untuk mengembangkan sistem daya tahan tubuh mereka pada usia dini. Tanpa daya tahan tubuh yang memadai, kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dapat mengakibatkan malfungsi. Kondisi ini dapat menyebabkan jumlah sel darah putih yang melawan infeksi lebih banyak dari yang diperlukan, sehingga menyebabkan leukemia.

Studi yang mengompilasikan sebuah riset tentang kanker selama 30 tahun, memunculkan prospek bahwa leukemia limfositik akut dapat menjadi penyakit yang bisa dicegah.

Menurut Profesor Mel kepada The Telegraphs, ada langkah-langkah sederhana yang bermanfaat untuk membangun daya tahan tubuh anak. Bawalah anak ke tempat penitipan anak, agar bisa berinteraksi dengan anak-anak lain. Selain itu, membiarkan anak bermain di luar rumah, juga memungkinkan anak terekspos kuman atau mikroba. Kondisi ini dapat membantu anak mengembangkan daya tahan tubuhnya.

Mengenal leukemia limfositik akut

Leukemia atau juga disebut sebagai kanker sel darah putih, merupakan kondisi keganasan. Dalam keadaan tersebut jumlah sel darah putih bertambah semakin banyak daripada jumlah sel darah merah. Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi perkembangan leukemia, seperti radiasi, bahan kimia, infeksi virus tertentu, hingga faktor genetik.

Leukemia sendiri dibagi ke dalam empat subtipe, yaitu:

  • Leukemia mielositik akut (AML)
  • Leukemia mielositik kronis (CML)
  • Leukemia limfositik akut (ALL)
  • Leukemia limfositik krinis (CLL)

Menurut dr. Anita Amalia Sari dari KlikDokter, sekitar 80 persen leukemia pada anak-anak adalah jenis leukemia limfositik akut. Sedangkan jenis mielositik hanya terjadi sekitar 15-20 persen saja pada anak.

Pengobatan yang diberikan bergantung pada subtipe yang didapatkan. Terapi awal pada penderita leukemia adalah kemoterapi. Lebih dari 90 persen penderita dapat dikendalikan penyakitnya setelah kemoterapi awal.

Survival rate pada anak penderita leukemia bergantung pada beberapa faktor, mulai dari faktor usia, jumlah sel leukemia yang ditemukan, serta jenis pengobatan yang didapatkan akan menentukan angka kekambuhan. Saat ini, dengan terapi yang optimal maka survival rate 5 tahun pada penderita ALL anak mencapai 85 persen. Sangat penting untuk membawa anak ke pusat medis yang memiliki spesialisasi dalam menangani leukemia.

Penyebab leukemia pada anak

Dijelaskan oleh dr. Ellen Theodora dari KlikDokter, penyebab leukemia yang paling sering adalah faktor genetik. Selain itu, kelainan bawaan sejak lahir juga memperbesar risiko anak terkena leukemia, misalnya pada anak dengan sindrom Down.

Lanjut dr. Ellen lagi, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah daya tahan tubuh pada setiap anak yang berbeda-beda. Anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh rendah tentu akan lebih mudah terserang penyakit, tak terkecuali leukemia. Selain itu, paparan zat kimia atau asap rokok pun turut memengaruhi daya tahan tubuh anak.

Untuk mengenali tanda-tanda anak yang terserang leukemia, berikut ini adalah beberapa tanda yang bisa Anda amati:

  • Anemia. Keluhan ini disebabkan karena tubuh kekurangan sel darah. Biasanya wajah anak terlihat pucat, mudah lelah, dan sesak napas.
  • Demam berkepanjangan. Sel darah putih yang tidak normal membuat anak rentan terkena infeksi dan sering demam secara berkepanjangan tanpa alasan yang jelas.
  • Mudah berdarah dan memar. Adanya gangguan pada darah juga menghambat proses pembekuan darah sehingga mudah sekali terjadi pendarahan, seperti mimisan dan pendarahan pada gusi.
  • Adanya gejala lain. Beberapa gejala lain yang bisa terlihat adalah turunnya berat badan tanpa penyebab yang jelas, sakit kepala, perut buncit (karena hati dan limpa membesar), serta munculnya bintik-bintik merah kecil.

Meskipun demikian, semua gejala leukemia pada anak di atas harus diikuti dengan pemeriksaan penunjang lebih lanjut seperti MRI dan CT scan. Jika Anda mendapati anak memiliki gejala-gejala tersebut, periksakan anak sejak dini khususnya jika ada riwayat leukemia dalam keluarga.

Menjaga kebersihan memang sangat penting. Namun menurut Profesor Mel, membiarkan anak bermain dengan teman-temannya, dan menjaga kondisi rumah agar tidak terlalu steril, juga berguna untuk membangun daya tahan tubuh anak. Meskipun demikian, Anda juga tetap harus memberi anak asupan gizi yang seimbang untuk  menjaga daya tahan tubuhnya.

[RVS]

LeukemiaAnakleukemia limfositik akutDaya Tahan Tubuh AnakLeukemia AnakKankerKanker Darah

Konsultasi Dokter Terkait