Diet dan Nutrisi

Ini Dia Bakteri Penyebab Keracunan Makanan di Bulan Puasa

Bobby Agung Prasetyo, 23 Mei 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Jangan sampai kena! Ketahui bakteri penyebab keracunan makanan di bulan puasa berikut ini.

Ini Dia Bakteri Penyebab Keracunan Makanan di Bulan Puasa

Menghindari bakteri penyebab keracunan makanan tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang orang sulit memilih asupan yang benar-benar bersih dari paparan kuman. Apalagi saat bulan puasa ini. Menjelang berbuka, banyak sekali jajanan yang dijajakan di pinggir jalan sehingga paparan debu, polusi, asap tak bisa dihindari.

Keracunan makanan terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang tercemar oleh bakteri, virus, dan parasit. Makanan apa pun bisa membuat Anda mengalami keracunan makanan. Tidak hanya akibat jajan sembarangan, keracunan makanan juga dapat disebabkan oleh pengolahan makanan yang tidak tepat.

Gejala yang ditimbulkan dari keracunan makanan adalah mual, muntah, dan diare dalam beberapa jam setelah makan. Namun kadang, efek yang dirasakan bisa memakan waktu berhari-hari atau lebih dari satu minggu. Anda bisa saja merasa kesulitan untuk mengetahui apakah gejala tersebut termasuk keracunan atau karena faktor lain.

Sebanyak 4 dari 5 orang tidak mengetahui dirinya keracunan makanan. Sebagian besar kembali normal dengan sendirinya, tetapi ada juga yang berlanjut pada tahap parah. Dilansir WebMD, berikut ini bakteri-bakteri penyebab keracunan makanan:

1. Norovirus

Kerap disebut flu perut, bakteri ini dapat membuat Anda sakit tidak hanya melalui makanan yang terkontaminasi, tetapi juga lewat pegangan pintu dan permukaan lain bekas sentuhan orang yang terinfeksi.

Anda harus membersihkan dapur jika seseorang di rumah Anda terkena norovirus. Biasanya diperlukan waktu 12–48 jam sebelum Anda merasakan gejala. Tanda dan gejalanya bisa bertahan selama 1–3 hari.

2. Salmonela

Salmonela tumbuh dalam telur dan daging yang setengah matang. Bakteri ini juga bisa berasal dari susu atau keju yang tidak dipasteurisasi. Beberapa buah dan sayuran, seperti melon atau kecambah, juga bisa menyebabkan Anda terkena bakteri salmonela. Gejala berlangsung selama 1–3 hari dan bisa bertahan hingga seminggu.

3. Clostridium perfringens

Bakteri ini lebih mungkin muncul ketika makanan disiapkan dalam jumlah besar, seperti di kafetaria atau makanan katering. Mengapa demikian? Makanan yang dimasak memang bisa menghilangkan bakteri, tetapi tidak dengan sel telurnya.

Makanan sisa juga bisa menumbuhkan kuman baru. Anda bisa terkena bakteri ini dari daging sapi, ayam, atau saus. Efeknya bisa berupa kram dan diare, dan muncul dalam kurun waktu 6–24 jam. Biasanya Anda akan merasa lebih baik dalam beberapa hari setelahnya.

4. Campylobacter

Bakteri ini berasal dari unggas yang kurang matang, susu yang tidak dipasteurisasi, dan terkadang air. Butuh waktu 2–5 hari untuk merasakan gejalanya, dengan kemungkinan membaik sekitar 2–10 hari. Virus ini tak akan menular ke sesama manusia, tetapi jika paparannya serius, Anda bisa saja mengalami diare berdarah.

5. E. coli

Bakteri ini berasal dari usus hewan. Anda bisa menemukannya pada daging sapi yang belum dimasak, susu yang tidak dipasteurisasi, kecambah, atau makanan serta cairan apa pun yang terkena kontak dengan kotoran hewan dan manusia.

6. Listeria

Listeria dapat tumbuh di suhu dingin seperti kulkas. Ia banyak ditemukan dalam ikan asap, keju mentah (tidak dipasteurisasi), es krim, dan lain-lain. Selain diare dan muntah, bakteri ini dapat menyebabkan gejala yang tidak biasa, seperti lemah, leher kaku, bahkan kematian. Jika Anda terkena efek listeria dalam tahap serius, penanganan dengan antibiotik akan diperlukan.

Penting untuk menjaga tubuh dari bakteri penyebab keracunan makanan tersebut, khususnya saat bulan puasa. Anda bisa melakukannya dengan cara mencuci tangan sebelum menyantap makanan berbuka dan sahur, minum air putih yang cukup, dan kurangi jajan sembarangan. Selain itu, jika gejala tidak membaik setelah diberikan pengobatan, segeralah memeriksakan diri Anda ke dokter.

[RS/ RVS]

bakteripuasaBakteri Penyebab Keracunan MakananKeracunan makanan

Konsultasi Dokter Terkait