Ibu Menyusui

Kontrasepsi Aman untuk Ibu Menyusui

dr. Anita Amalia Sari, 16 Mei 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Ada banyak pilihan kontrasepsi di pasaran, tapi tak semua kontrasepsi dapat digunakan ibu menyusui. Apa metode kontrasepsi yang tepat?

Kontrasepsi Aman untuk Ibu Menyusui

Setelah melahirkan, tidak semua wanita ingin langsung memiliki anak lagi. Tak sedikit para wanita yang ingin menunda karena alasan kesiapan fisik dan mental untuk hamil lagi. Bahkan tidak sedikit yang hanya ingin satu anak saja. Ada banyak pilihan kontrasepsi yang beredar di pasaran, tapi tak semua jenis kontrasepsi dapat digunakan oleh ibu menyusui. Metode kontrasepsi yang dipilih oleh ibu menyusui sebaiknya yang tidak memberikan efek pada produksi air susu ibu (ASI).

Umumnya, dokter akan melarang untuk melakukan hubungan intim hingga 40 hari setelah melahirkan atau saat masa nifas. Hal ini bertujuan agar proses pemulihan diri ibu tidak terganggu. Oleh sebab itu, biasanya setelah masa nifas berakhir, dokter baru akan menyarankan ibu untuk memilih metode kontrasepsi (KB) yang sesuai. Meskipun demikian, tak ada salahnya juga bila ibu ingin menggunakan kontrasepsi segera setelah melahirkan.

Menyusui ekslusif selama 6 bulan pertama dapat menunda kembalinya masa subur. Metode kontrasepsi alamiah ini dikenal sebagai metode amenorea laktasi (MAL). MAL 98% efektif mencegah kehamilan. Namun, ibu menyusui perlu mulai waspada jika frekuensi menyusu sudah menurun atau menstruasi kembali. Artinya ibu menyusui sudah membutuhkan metode kontrasepsi tambahan lainnya. Selain itu, meskipun kecil, masih ada kemungkinan sebanyak 2% untuk terjadi kehamilan. Sehingga disarankan bagi wanita sehabis melahirkan jika memang berniat untuk menunda kehamilan berikutnya langsung menggunakan KB.

Pilihan kontrasepsi untuk ibu menyusui

Berikut ini adalah beberapa pilihan untuk para ibu menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi.

1. Kontrasepsi pil (pil KB) progestin

Terdapat dua jenis pil KB, yaitu pil KB yang hanya mengandung hormon progesteron saja dan pil KB yang mengandung hormon estrogen dan progesteron. Pil KB yang mengandung estrogen dapat menyebabkan produksi ASI berkurang. Oleh sebab itu, pil KB yang hanya mengandung progestin saja atau “mini pil” yang disarankan bagi ibu menyusui.

Cara kerja pil KB progestin:

  • Menghambat terjadinya ovulasi, yaitu pelepasan sel telur oleh indung telur
  • Menebalkan dinding mukosa leher rahim
  • Mengganggu pergerakan silia saluran tuba
  • Menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium

Kekurangan pil KB jenis pil ialah jika ibu lupa mengonsumsinya, maka evektivitasnya berkurang sehingga memungkinkan terjadinya kehamilan. Selain itu, pil KB tidak dapat mencegah penyakit menular seksual (PMS).

2. Alat kontrasepsi dalam rahim

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR atau IUD) atau yang sering disebut spiral merupakan metode KB yang dapat digunakan langsung sesaat setelah melahirkan ataupun 6 minggu setelahnya. Terdapat dua jenis AKDR, yaitu yang tidak mengandung hormon dan yang mengandung hormon progestin.

Kedua jenis AKDR tersebut tidak ada yang menyebabkan gangguan pada produksi ASI. Di Indonesia sendiri jenis AKDR yang sering digunakan ialah AKDR yang mengandung tembaga (copper T) atau tanpa hormon.

Cara kerja AKDR tanpa hormon ialah dengan menciptakan lingkungan rahim yang sulit ditembus sperma, sehingga mencegah pertemuan antara sperma dan sel telur.

AKDR merupakan pilihan bagi wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang (dapat bertahan 5-10 tahun, tergantung jenis) tanpa perlu repot meminum pil setiap hari atau suntik setiap 3 bulan. Selain itu, pengguna AKDR tembaga tak perlu takut adanya gangguan kesuburan sehingga jika AKDR dilepas maka kemungkinan hamil menjadi sangat besar.

Kekurangannya ialah pada beberapa wanita dapat mengeluhkan volume darah menstruasi yang lebih banyak dan nyeri saat menstruasi. AKDR juga tidak dapat mencegah PMS.

Selanjutnya

3. Kontrasepsi implan dan suntikan

Kontrasepsi implan (susuk) dan suntikan yang dapat digunakan ibu menyusui ialah yang hanya mengandung progestin saja agar tidak mengganggu jumlah ASI yang diproduksi. Kontrasepsi suntik progestin mengandung depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) 150 mg dan disuntikkan setiap 3 bulan sekali 

Sedangkan KB susuk adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke bawah kulit dan mengandung progestin yang dilepaskan sedikit demi sedikit dalam kadar rendah. KB susuk dapat bertahan hingga 3 tahun sebelum diganti.

Cara kerja kedua kontrasepsi ini sama dengan pil KB progestin saja. Kekurangannya antara lain:

  • Menyebabkan gangguan menstruasi
  • Kesuburan kembali sekitar 6-12 bulan setelah pemberhentian
  • Tidak dapat mencegah PMS

4. Kondom

Metode kontrasepsi barier dengan menggunakan kondom merupakan kontrasepsi yang paling sering dipilih pasangan yang baru saja memiliki anak. Hal ini disebabkan karena kondom mudah digunakan dan dapat mencegah kehamilan hingga 99% jika digunakan dengan benar. Jika digunakan berbarengan dengan spermisida (krim pembunuh sperma), kemungkinan terjadinya kehamilan pun semakin kecil. Kondom juga merupakan metode kontrasepsi yang dapat menghindari penyakit menular seksual.

Kekurangan dari kondom adalah adanya kemungkinan rasa tak nyaman saat berhubungan seksual atau adanya kemungkinan bocor.

5. Diafragma

Jika kondom merupakan metode KB barier yang digunakan oleh pria, diafragma digunakan oleh wanita.

Jika memang ibu yang baru melahirkan dan pasangan memilih untuk menunda kehamilan, atau memang cuma ingin satu anak, atau terutama yang tidak menyusui secara ekslusif, sebaiknya segera gunakan KB. Tidak perlu menunggu haid datang kembali. Hal ini disebabkan oleh ovulasi atau pelepasan sel telur terjadi sekitar 2 minggu sebelum haid.

Sebelum memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan untuk ibu menyusui, sebaiknya diskusikan dulu dengan pasangan. Cari tahu banyak informasi mengenai kelebihan dan kekurangan masing-masing metode kontrasepsi dengan bertanya kepada tenaga kesehatan atau dokter yang kompeten.

[RN/ RVS]

Pil KBhari kontrasepsi seduniaIbu MenyusuiKBKontrasepsiSpiralKontrasepsi untuk Ibu Menyusui

Konsultasi Dokter Terkait