HomeIbu Dan anakKehamilanCara Menghitung Hari Perkiraan Lahir Bayi
Kehamilan

Cara Menghitung Hari Perkiraan Lahir Bayi

dr. Fiona Amelia MPH, 12 Mei 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Bagi Anda para Ibu hamil, beginilah cara mengetahui hari perkiraan lahir si kecil.

Cara Menghitung Hari Perkiraan Lahir Bayi

Kapan hari perkiraan lahir bayi saya, dok?” Setelah usia kehamilan, kalimat tersebut merupakan pertanyaan kedua yang paling sering dilemparkan oleh ibu hamil kepada dokternya. Mengetahui perkiraan tanggal kelahiran tak hanya bertujuan untuk mempersiapkan orang tua secara lahir dan batin, tetapi juga untuk menekan risiko komplikasi akibat kehamilan dan kelahiran yang lebih bulan.

Secara medis, kehamilan cukup bulan berlangsung antara 37 sampai 42 minggu. Bila telah lebih dari 42 minggu, fungsi plasenta (ari-ari) yang mengalirkan darah dan nutrisi ke janin telah menurun. Akibatnya, janin berisiko mengalami hipoksia (kekurangan oksigen), yang kemudian dapat memicu gawat janin.

Oleh sebab itu, calon ibu perlu tahu bagaimana cara menghitung hari perkiraan lahir bayinya. Berikut beberapa cara yang lazim dilakukan:

Jika siklus haid 28 hari dan teratur

1.    Menggunakan perhitungan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT)

Cara ini, yang disebut sebagai aturan Naegele, hanya membutuhkan perhitungan sederhana, yakni tambahkan 7 dari hari pertama haid terakhir Anda, lalu kurangi 3 bulan. Sebagai contoh, bila HPHT Anda tanggal 12 Mei 2018:

  • Tambahkan 7 hari (19 Mei 2018)
  • ]Kurangi 3 bulan (19 Februari 2018)
  • Tambahkan 1 tahun, bila perlu (19 Februari 2019, pada kasus ini)

2.    Menggunakan pregnancy wheel

Metode ini membutuhkan alat bantu yang disebut dengan pregnancy wheel. Umumnya, Anda bisa mendapatkannya di apotek, di bidan, di klinik dokter kebidanan, atau di rumah bersalin.

Langkah pertama tentukan tanggal HPHT. Bila tanggal tersebut disejajarkan dengan indikator kehamilan cukup bulan, roda tersebut akan menunjukkan hari perkiraan lahir bayi Anda.

Jika haid yang tidak teratur atau siklus haid lebih dari 28 hari

Sebagian wanita memiliki siklus haid yang secara konsisten lebih panjang dari siklus haid rata-rata 28 hari. Pada kasus ini, baik aturan Naegele maupun pregnancy wheel masih bisa digunakan, setelah melakukan perhitungan berikut.

Paruh kedua dari siklus haid seorang wanita selalu berlangsung selama 14 hari. Ini merupakan waktu dari saat ovulasi hingga hari haid berikutnya. Jadi, bila siklus haid Anda berlangsung selama 35 hari, kemungkinan Anda akan berovulasi pada hari ke-21.

Jika hari ovulasi telah ditemukan, gunakan HPHT yang telah disesuaikan untuk mencari hari perkiraan lahir bayi.

Sebagai contoh, jika siklus haid berlangsung selama 35 hari dan HPHT 12 Mei 2018:

  • Tambahkan 21 hari (2 Juni 2018).
  • Kurangi 14 hari untuk mendapatkan HPHT yang telah disesuaikan (19 Mei 2018)
  • Jika menggunakan pregnancy wheel, Anda tinggal memutar roda ke tanggal ini dan lihat tanggal hari perkiraan lahir yang sesuai. Jika mengikuti aturan Naegele, maka hari perkiraan lahir adalah 26 Februari 2019.

Jika siklus haid dan HPHT tidak diketahui

Lupa mencatat siklus haid Anda? Tak perlu khawatir, masih ada cara untuk bisa memperkirakan tanggal lahir bayi Anda meski siklus haid dan HPHT tidak diketahui.

Cara itu adalah dengan melakukan ultrasonografi (USG) kehamilan. Melalui USG, dapat diketahui ukuran-ukuran yang mendasari usia kehamilan dan hari perkiraan lahir, yakni panjang kepala hingga bokong (crown rump length/CRL), panjang tulang paha, serta diameter kepala janin.

Pada trimester pertama kehamilan, USG memberikan prediksi yang paling akurat terhadap hari perkiraan lahir bayi dengan tingkat kesalahan kurang dari 10%. Ini karena laju pertumbuhan janin pada minggu-minggu awal kehamilan kurang lebih sama dan belum banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti nutrisi, aktivitas, dan stres dari ibu hamil.

Adakah cara lainnya?

Cara lain yang bisa dilakukan untuk menghitung hari perkiraan lahir bayi yakni saat calon ibu mulai merasakan gerakan janin atau melalui pemeriksaan posisi puncak rahim. Namun, kedua cara ini sifatnya sangat subjektif, sehingga akurasinya rendah.

Gerakan janin umumnya dapat dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu. Namun, pada kehamilan pertama, calon ibu kerap tidak menyadari adanya gerakan janin ini hingga usia kehamilan telah mencapai 20-22 minggu. Oleh karena patokan waktu munculnya gerakan janin ini tidak pasti, maka cara ini tidak akurat untuk menentukan hari perkiraan lahir bayi.

Saat Anda melakukan kontrol rutin ke bidan atau dokter kandungan, biasanya perut akan diperiksa dan diraba untuk melihat posisi puncak rahim. Umumnya, pada trimester pertama kehamilan, puncak rahim belum teraba. Barulah saat kehamilan mencapai usia 16 minggu, puncak rahim teraba di antara pusar dan tulang kemaluan.

Jika puncak rahim setinggi pusar, diperkirakan kehamilan sudah 20 minggu. Jika posisinya di antara pusar dan tulang dada terbawah, diperkirakan usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Dan jika puncak rahim sudah setinggi tulang dada terbawah, artinya kehamilan telah mencapai usia 36 minggu.

Selain kurang akurat, cara ini tidak berlaku untuk kehamilan kembar atau berat janin yang yang terlalu besar.

Jika perhitungan hari perkiraan lahir berbeda

Tak jarang, tanggal lahir bayi yang diperkirakan berdasarkan perhitungan manual dan hasil USG berbeda. Pada kasus seperti ini, Anda mungkin bertanya-tanya, mana yang sebaiknya diikuti? Tak perlu bingung. Bila Anda telah melakukan USG pada trimester pertama, berpeganglah pada hasilnya, sebab perkiraannya memang paling akurat.

Sesuai namanya, hari perkiraan lahir bukanlah sesuatu yang pasti. Tanggal perkiraan ini hanyalah prediksi kapan Anda akan melahirkan jika kehamilan berlangsung normal. Dalam perjalanannya, banyak faktor yang memengaruhi kehamilan, sehingga tanggal lahir bayi pun bisa maju mundur. Yang terpenting, fokuslah pada kesehatan Anda dan janin agar kehamilan dan kelahiran berjalan lancar.

[NP/ RVS]

kelahiranKehamilanHari Perkiraan LahirHamil

Konsultasi Dokter Terkait