Kesehatan Mental

Body Dysmorphic Disorder, Gangguan Jiwa Akibat Media Sosial

dr. Nadia Octavia, 09 Mei 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Tanpa disadari media sosial bisa berujung pada gangguan jiwa jenis body dysmorphic disorder.

Body Dysmorphic Disorder, Gangguan Jiwa Akibat Media Sosial

Media sosial kini berperan penting dalam kehidupan. Berkat media sosial, kegiatan sehari-hari artis idola dan para model dengan tubuh ideal dan paras cantiknya dapat dengan mudahnya diketahui. Tanpa disadari, media sosial telah membentuk persepsi cantik dan ideal tersendiri. Hal ini dapat berujung pada gangguan jiwa body dysmorphic disorder.

Media sosial dan masalah kesehatan

Berdasarkan data dari National Eating Disorders Association di Amerika Serikat, sebanyak hampir 20 juta wanita dan 10 juta pria di Amerika Serikat pernah mengalami gangguan makan (eating disorder) selama hidup mereka. Proporsi terbesar ditempati hampir setengahnya oleh remaja.

Para remaja rentan mengalami gangguan perilaku makan, seperti diet terlalu ketat, atau konsumsi obat pencahar tanpa berkonsultasi dengan dokter. Mereka bahkan bisa mengalami bulimia, yaitu memuntahkan kembali makanan yang dikonsumsi.

Media sosial berperan besar pada berbagai gangguan perilaku tersebut. Pada pusat eating disorder di Chicago, Amerika Serikat, ditemukan bahwa 30 – 50% remaja yang mengalami gangguan makan, penyebab utamanya adalah media sosial.

Penelitian lain yang dilakukan oleh University of Haifa, Israel, melaporkan bahwa remaja perempuan yang banyak menghabiskan waktu di media sosial seperti Facebook mengalami peningkatan risiko untuk mengalami gangguan makan dan memiliki persepsi tubuh yang negatif, salah satunya adalah gangguan jiwa body dysmorphic disorder.

Gangguan jiwa body dysmorphic disorder

Body dysmorphic disorder (BDD) atau body dysmorphia merupakan suatu gangguan jiwa dimana seseorang menghabiskan banyak waktu untuk mengkhawatirkan kekurangan penampilannya. Kekurangan ini sering tidak disadari oleh orang lain.

Semisal seseorang merasa bahwa hidungnya terlalu pesek atau merasa bahwa pipinya terlalu tembam, padahal orang lain menganggap baik – baik saja. Kondisi gangguan jiwa ini dapat dialami oleh segala rentang usia, namun paling sering dialami oleh remaja dan orang usia produktif, baik pria maupun wanita.

Orang yang mengalami BDD tidak menyukai bagian tertentu tubuhnya. Orang tersebut akan selalu merasa ada yang salah dengan rambut, kulit, hidung, dada, perutnya, dan bagian tubuh lainnya. Padahal pada kenyataannya, kekurangan tersebut tidak diperhatikan oleh orang lain.

Di Amerika Serikat sendiri, berdasarkan data dari American Psychiatric Association di tahun 2013, BDD dialami pada 2.5% pria dan 2.2% oleh wanita, dimulai dari usia 12 – 13 tahun.

Orang yang mengalami BDD akan terobsesi dengan penampilannya hingga berjam – jam bahkan bisa menghabiskan waktu seharian untuk mengkhawatirkan penampilannya. Jika dibiarkan, BDD dapat menyebabkan seseorang mengalami rendah diri, menghindari kegiatan sosial dan mengalami masalah berkomunikasi dengan orang lain.

Selain itu kondisi gangguan jiwa ini juga dapat berujung pada gangguan makan (seperti anoreksia, bulimia, dsb), gangguan cemas dan obsesive – compulsive disorder (OCD). 

Kini Anda telah mengetahui bahwa ternyata media sosial dapat berdampak buruk hingga menyebabkan gangguan jiwa seperti di atas. Untuk itu, gunakanlah media sosial dengan bijak. Penggunaan media sosial berlebihan dapat membuat Anda berisiko mengalami body dysmorphic disorder dan bahkan bisa berujung pada depresi.

[NP/ RVS]

Gangguan JiwaMedia SosialRemajaBody dysmorphic disorder

Konsultasi Dokter Terkait