HomeInfo SehatBerita KesehatanBenarkah Mantan Astronot Rentan Alami Obesitas?
Berita Kesehatan

Benarkah Mantan Astronot Rentan Alami Obesitas?

dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, 20 Apr 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Para mantan astronot akan mengalami sejumlah perubahan pada kondisi kesehatannya. Apakah termasuk obesitas?

Benarkah Mantan Astronot Rentan Alami Obesitas?

Pada tahun 2016, astronot asal Amerika Serikat (AS), Scott Kelly, kembali ke bumi. Scott menjadi astronot AS dengan durasi terpanjang di angkasa luar, bersama kosmonot asal Rusia, Mikhail Kornienko. Misi Scott adalah memberikan kesempatan bagi ilmu pengetahuan untuk mengetahui perubahan pada tubuh manusia selama berada di luar angkasa dan saat kembali ke bumi. Beberapa media mengatakan, mantan astronot rentan alami obesitas saat kembali ke bumi, benarkah hal ini?

Hasil studi kembar

Dalam studi yang dilakukan oleh Badan Antariksa AS (NASA), astronot Scott Kelly dibandingkan dengan sudara kembarnya, Mark Kelly. Selama Scott berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), investigator NASA mengumpulkan data baik dari Scott maupun saudara kembarnya di bumi untuk kemudian dibandingkan sebagai subjek penelitian dan kontrol.

Hasil studi ini tentunya akan memberikan manfaat bagi dunia kesehatan untuk mengenal tubuh manusia lebih jauh dalam kondisi dengan dan tanpa gravitasi. Studi ini merupakan salah satu studi yang akan memberi gambaran paling komprehensif tentang biologi manusia.

NASA akhirnya merilis hasil studinya untuk publik pada bulan Februari 2018 melalui situs web resminya. Studi kembar ini terbagi menjadi beberapa bagian yang masing-masing menginvestigasi aspek profil tubuh yang berbeda-beda. Masing-masing studi dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan masih dirumuskan untuk menjadi hasil yang lebih detail. Namun, berdasarkan studi pada misi-misi sebelumnya dan juga hasil pada studi ini, berikut ini beberapa perubahan tubuh astronot yang dapat terjadi setelah kembali ke bumi.

Perubahan makro

Perubahan makro merupakan perubahan yang dapat dilihat dari luar oleh mata telanjang. Kebanyakan perubahan makro pada astronot yang kembali ke bumi tidak bersifat permanen. Salah satu contoh perubahan yang dialami adalah atrofi otot atau penurunan massa otot.

Manusia yang tinggal di bumi terbiasa untuk bergerak melawan gaya gravitasi, menyebabkan trofi (ukuran) otot terjaga karena beban yang diemban sehari-hari. Berbeda dengan kondisi tersebut, astronot yang tinggal di angkasa luar tidak mengalami gaya gravitasi.

Tinggal dalam kondisi gravitasi 0 menurunkan beban kerja otot, terutama alat gerak atas (tangan) dan bawah (kaki). Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan atrofi dan kelemahan otot. Sehingga, saat kembali ke bumi para astronot harus melalui proses rehabilitasi untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi bumi, bahkan hanya untuk berjalan.

Astronot yang telah kembali ke bumi juga dapat mengalami disorientasi dan gangguan keseimbangan akibat gangguan sistem vestibular (penjaga keseimbangan tubuh), yang salah satunya terjadi di telinga. Untuk mengatasi ini, terdapat berbagai konsensus seperti yang terdapat di ISS, yaitu semua tulisan dan penanda harus memiliki arah yang sama sehingga memberikan ilusi atas, bawah, kiri, dan kanan bagi para astronot.

Perubahan mikro

Perubahan angka dalam pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya juga merupakan salah satu fokus besar pada studi kembar ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi akar jawaban untuk berbagai pertanyaan sains lainnya. Kebanyakan perubahan ini bersifat jangka panjang, meski belum diketahui adanya perubahan mikro yang permanen.

Pada astronot Scott Kelly secara khusus, perubahan biologis yang dialaminya di angkasa luar dengan cepat kembali ke semula, selama menjalani proses rehabilitasi di bumi. Beberapa parameter kembali ke normal dalam hitungan jam hingga hari setelah mendarat. Sementara itu, beberapa parameter lainnya menetap hingga enam bulan setelahnya.

Perubahan yang utama dan telah diketahui sejak misi angkasa luar terdahulu adalah adanya perubahan peredaran dan pembuluh darah. Akibat gravitasi 0 di angkasa luar, pembuluh darah di kaki tidak perlu memompa dengan kuat untuk melawan gaya gravitasi seperti di bumi.

Hal ini menyebabkan pembuluh darah—terutama di kaki—menjadi lemah dan membutuhkan perhatian ekstra baik saat misi berjalan maupun setelah kembali ke bumi. Oleh karena itu, para astronot diwajibkan untuk belari di atas treadmill yang disiapkan di ISS supaya trofi otot, kondisi pembuluh darah, serta kekuatan pompa jantung tetap terjaga.

Selain itu, absennya gravitasi juga dapat menyebabkan gangguan penglihatan saat para astronot kembali ke bumi. Meski belum diketahui secara persis penyebabnya, tapi gangguan pada cairan spinal dicurigai sebagai salah satu penyebabnya.

Beberapa media sempat melansir tentang adanya perubahan genetik pada astronot Scott—yang ternyata keliru. Dikonfirmasi oleh rilis pers NASA terkait studi kembar di situs web resminya, memang terdapat perubahan pada telomer atau ujung kromosom pada astronot Scott. Dengan gravitasi Bumi, telomer normalnya memendek seiring dengan bertambahnya usia. Namun, gravitasi 0 rupanya memiliki efek yang berbeda.

Telomer pada kromosom astronot Scott justru memanjang selama berada di angkasa luar. Pengukuran segera setelah pendaratan menyatakan terjadi pemendekan telomer dalam waktu 48 jam dan terus memendek hingga kembali ke ukuran semula sebelum misi berjalan.

Mantan astronot rentan alami obesitas?

Berkaitan dengan isu obesitas yang ditemukan selama studi kembar di angkasa luar berjalan, justru hasilnya sebaliknya. Investigator biokimia NASA menemukan bahwa indeks masa tubuh astronot Scott turun drastis selama misi, disertai dengan kadar folat yang meningkat. Hal ini dikaitkan dengan pemilihan makanan yang lebih baik dan sehat selama misi berjalan. Berhubungan juga dengan pemanjangan telomer, para ahli menyatakan adanya kemungkinan telomer yang memanjang dengan pemilihan gaya hidup yang lebih sehat.

Lebih jauh lagi, studi kembar juga menemukan adanya peningkatan pada parameter penanda terjadinya inflamasi pada astronot Scott dibandingkan dengan kembarannya, Mark, sebagai kontrol di bumi. Hal ini dicurigai disebabkan oleh stres oksidatif, terutama selama lepas landas dan pendaratan, dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk hasil yang lebih komprehensif.

Penjelasan di atas adalah beberapa perubahan yang dialami astronot setelah kembali ke bumi. Risiko obesitas pada mantan astronot sepertinya tidak berhubungan dengan misinya ke angkasa luar. Namun, memang saat berada di angkasa luar, para astronot tentunya menjalani diet terkontrol dengan menu makanan yang sehat dan memiliki nutrisi seimbang sesuai kebutuhannya.

[RN/ RVS]

Pola MakanastronotAtrofi OtotObesitas

Konsultasi Dokter Terkait