Berita Kesehatan

Mengapa Atlet Seperti Davide Astori Bisa Kena Penyakit Jantung?

dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, 05 Mar 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Kapten klub sepak bola Fiorentina, Davide Astori, diduga meninggal karena penyakit jantung. Mengapa atlet muda bisa terserang penyakit ini?

Mengapa Atlet Seperti Davide Astori Bisa Kena Penyakit Jantung?

Minggu, 4 Maret 2018, menjadi hari berkabung bagi pelaku dan pencinta sepak bola, khususnya para pendukung dan bagian dari klub sepak bola asal Italia, Fiorentina. Secara mendadak, sang kapten tim sekaligus kiper, Davide Astori menghembuskan napas terakhirnya pada usia 31 tahun. Penyakit jantung diduga sebagai penyebab kematiannya.

Tak hanya Astori, peristiwa serupa juga pernah terjadi pada Piermario Morosini, atlet sepak bola dari klub Udinese. Ia mengalami serangan jantung saat bertanding, dan meninggal dunia sebelum mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Sebelum membahas mengenai jenis penyakit jantung yang menyebabkan para atlet muda ini meninggal dunia, Anda perlu mengetahui bahwa pada dasarnya jantung atlet memang berbeda dari mereka yang bukan atlet.

Jantung atlet  = jantung “super”?

Untuk menjaga dan meningkatkan performanya di lapangan, para atlet melakukan aktivitas fisik yang jauh lebih berat dibandingkan kebanyakan orang pada umumnya. Aktivitas fisik tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen otot dan berbagai organ di dalam tubuh.

Agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen tersebut, jantung para atlet melakukan perubahan struktur. Ukuran jantung, khususnya bilik kiri jantung, akan membesar agar bisa menampung darah lebih banyak. Kekuatan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh pun akan meningkat.

Supaya tak terlalu lelah, jantung melambatkan frekuensi denyutnya. Jadi bila dilakukan pemeriksaan, jantung para atlet umumnya berukuran lebih besar, kekuatannya dalam memompa darah juga jauh lebih besar, dengan denyut yang lebih lambat dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya.

Namun demikian, bila tidak ada penyakit lain, struktur jantung atlet yang berbeda dari orang pada umumnya ini tidak menimbulkan keluhan apa pun. Dengan kata lain tidak membahayakan. Adalah penyakit bernama kardiomiopati hipertrofik lah yang paling sering menyebabkan penyakit mematikan dan mendadak pada banyak atlet muda.

Kardiomiopati hipertrofik, silent killer bagi para atlet

Kardiomiopati hipertrofik merupakan salah satu jenis kelainan genetik yang menyerang organ jantung. Diperkirakan 1 dari 500 orang di dunia menderita penyakit ini.

Kardiomiopati hipertrofik menyebabkan otot jantung menebal dengan progresif. Lama-kelamaan, penebalan otot ini menyebabkan serambi dan bilik jantung tertutup oleh otot, sehingga darah tak dapat masuk ke dalam jantung. Akibatnya, jantung tak mendapatkan suplai darah, juga tak bisa menghantarkan darah ke otak dan organ-organ tubuh lainnya. Rangkaian kondisi inilah yang menyebabkan jantung berhenti mendadak dan menimbulkan kematian.

Kardiomiopati hipertrofik sebenarnya tak hanya bisa dialami atlet. Orang-orang yang bukan atlet pun juga dapat terkena penyakit tersebut. Meski demikian, karena perubahan struktur jantung yang terjadi pada atlet, penyakit ini lebih membahayakan dan fatal jika dialami oleh atlet. Kardiomiopati hipertrofik juga tak selalu menimbulkan kematian mendadak. Justru sebagian besar penderitanya dapat hidup layaknya orang normal.

Mencegah terjadinya penyakit jantung mematikan pada atlet

Agar penyakit jantung yang mengancam nyawa pada atlet bisa dihindari, baik para atlet maupun pelatihnya harus mengenali gejala awal kardiomiopati hipertrofik. Beberapa gejala tersebut antara lain:

- Adanya anggota keluarga yang meninggal mendadak pada usia muda

- Pernah pingsan atau kejang saat melakukan aktivitas fisik

- Nyeri dada atau sesak napas saat melakukan aktivitas fisik

Bila terdapat salah satu dari ketiga hal tersebut, atlet yang mengalaminya perlu diperiksa lebih lanjut oleh dokter ahli jantung. Dokter akan memeriksa aktivitas listrik jantung melalui pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), serta melihat gerakan dan struktur jantung melalui pemeriksaan ekokardiografi. Deteksi dini yang baik dapat menurunkan risiko kematian mendadak pada para atlet hingga 89%.

Jadi, meski para atlet kerap dikaitkan dengan kondisi fisik yang sehat dan bugar, adanya keluhan yang mengarah pada penyakit jantung harus segera ditindaklanjuti. Langkah tersebut sangat penting agar kematian mendadak seperti yang dialami Davide Astori dapat dihindari. Selamat jalan, Astori!

[RN/ RVS]

Davide AstoriJantungGangguan JantungKardiomiopati HipertrofikPenyakit Jantung

Konsultasi Dokter Terkait