Tips Parenting

Dampak Overprotektif pada Tumbuh Kembang Anak

dr. Rio Aditya, 18 Feb 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Melindungi anak dari pergaulan dan aktivitas negatif tentu baik, asal jangan sampai overprotektif.

Dampak Overprotektif pada Tumbuh Kembang Anak

Setiap orang tua tentu ingin melindungi anak, entah dari pergaulan yang tidak baik, kegiatan yang membahayakan, atau makanan tertentu yang dapat mengganggu kesehatan. Melindungi anak dari mara bahaya memang kewajiban orang tua, tapi jangan sampai overprotektif pula.

Overprotektif atau melindungi anak secara berlebihan tentu tidak baik. Ada dampak jangka pendek dan panjang yang dapat terjadi pada diri anak akibat orang tua yang overprotektif.

Pola asuh yang overprotektif sangat memengaruhi aspek kejiwaan atau psikis anak. Agar lebih mudah memahaminya, Anda perlu menyimak contoh berikut ini.

Pada zaman dahulu, ada anak-anak yang selalu bermain ayunan di taman. Orang tua tentu paham bahwa ayunan merupakan alat permainan yang berpotensi membahayakan anak.  Jika terjadi kecelakaan, maka anak akan langsung merasakan akibatnya seperti terbentur, jatuh, dan bahkan mengalami luka.

Tentu, tidak ada orang tua yang menginginkan hal itu terjadi pada anak. Karena itu, orang tua tetap mengawasi anak dengan ketat. Namun pada orang tua yang overprotektif, mereka justru akan melarang anak bermain ke taman, karena menganggap area tersebut terlalu berbahaya bagi anak.

Jika itu yang dilakukan orang tua, anak memang akan terhindar dari kecelakaan saat bermain. Namun sayangnya, anak justru akan kehilangan waktu bermain yang sangat berharga bersama dengan teman-temannya. Anak juga dapat kehilangan kesempatan untuk menjalani aktivitas fisik yang sangat penting untuk tumbuh kembangnya.

Risiko seperti cedera, luka, atau perselisihan dengan teman, sebenarnya merupakan “stres ringan” yang bisa dialami anak. Meski demikian, hal ini ternyata sangat penting untuk pertumbuhan psikis si anak.

Dengan terpapar “stres ringan” - yang tentu tidak membahayakan nyawa – anak dapat belajar menghadapi atau memberikan respons yang tepat.

Contohnya, anak pernah jatuh saat bermain sepeda. Pada kesempatan bermain berikutnya, ia tentu akan lebih waspada dan lebih menyesuaikan diri agar tidak jatuh lagi. Contoh lainnya, anak dimarahi oleh guru karena berbicara terlalu keras atau memotong pembicaraan. Meski mungkin tidak menyadari, anak dapat belajar tentang bagaimana seharusnya bersikap dan berbicara.

Sementara itu, studi mengatakan bahwa anak yang cenderung terlindungi dari “stress ringan” akibat pola asuh overprotektif, ia akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi saat memasuki usia dewasa.

Tidak hanya itu, anak dengan pola asuh overprotektif cenderung menjadi kurang percaya diri, dan tidak tangguh dalam menghadapi permasalahan hidup kelak. Jika melihat dari kacamata medis, anak yang lebih sering terpapar dengan kotoran seperti tanah atau bahkan tanah yang mengandung kotoran hewan, memiliki tingkat daya tahan tubuh yang lebih tinggi, dibandingkan anak yang jarang sekali terpapar kotoran. 

Maka dari itu, sebagai orang tua Anda tidak perlu berlebihan dalam menjaga dan melindungi anak. Sebab, pola asuh overprotektif dapat sangat merugikan anak. Anak dapat tumbuh menjadi orang yang tidak percaya diri, kesulitan dalam bersosialisasi, dan cenderung lebih mudah sakit.

[BA/ RVS]

Orang Tuapola asuhAnakTumbuh kembangOverprotektif

Konsultasi Dokter Terkait