Kesehatan Anak

Aorta Dissection, Bisakah Terjadi pada Anak?

dr. Fiona Amelia MPH, 11 Feb 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Robekan aorta atau aorta dissection bisa terjadi pada anak dan remaja, terutama yang berisiko.

Aorta Dissection, Bisakah Terjadi pada Anak?

Lama tak muncul di berita, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, menyapa publik melalui akun Twitternya dengan menyebutkan bahwa ia baru saja menjalani perawatan akibat aorta dissection (atau aortic dissection). Meski umumnya terjadi pada orang dewasa, kondisi ini juga bisa dialami oleh anak dan remaja.

Aorta adalah pembuluh darah terbesar di dalam tubuh, yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Pada aorta dissection atau diseksi aorta, lapisan dinding dalam pembuluh darah ini robek dan bisa menyebabkan darah bocor dan keluar dari pembuluh darah. Akibatnya, pasokan darah ke berbagai organ tubuh akan berkurang. Kondisi ini amat berbahaya dan dapat mengancam nyawa. Faktanya, 1 dari 2 penderita aorta dissection meninggal dunia.

Bisa Terjadi pada Anak dan Remaja

Aorta dissection paling sering ditemukan pada laki-laki dewasa di atas 60 tahun. Utamanya mereka yang memiliki hipertensi dan tekanan darahnya tidak terkendali dengan baik. Namun, anak dan remaja pun bisa mengalaminya.

Pada anak dan remaja di bawah usia 19 tahun, robekan aorta kerap berhubungan dengan mereka yang memiliki kelainan bawaan lahir, seperti kelainan jantung bawaan, sindrom Turner, kelainan jaringan ikat (sindrom Marfan, Ehlers-Danlos tipe IV dan homosistinuria), serta trauma berat. Kendati demikian, sebanyak 22% kasus aorta dissection pada anak dan remaja tidak didasari oleh faktor risiko yang nyata.

Gejala Mirip Serangan Jantung

Jika terjadi di bawah usia muda, aorta dissection lebih sering ditemukan pada masa remaja, dibandingkan masa kanak-kanak. Sebagian besar penderita gangguan kesehatan ini biasanya adalah laki-laki.

Gejala utama yang dirasakan biasanya berupa nyeri dada yang berat, tajam, atau terasa menusuk di tengah tulang dada. Selain di bagian tersebut, bisa juga terasa di dinding dada belakang, leher, rahang, bahu, lengan dan perut.

Sekilas, ciri nyeri menyerupai nyeri dada pada serangan jantung. Namun, nyeri dada pada aorta dissection memiliki ciri khas yaitu nyeri menjalar sesuai dengan arah robekan dinding aorta. Penjalaran nyeri paling sering ke area interskapula punggung atas, yang berada di antara kedua tulang belikat.

Aktivitas Fisik dan Stres Bisa Jadi Pemicu

Pada anak dan remaja, sebagian besar kematian mendadak akibat aorta dissection sering ditemukan selama atau tak lama setelah selesai berolahraga. Jenis olahraga yang kerap memicu yaitu angkat beban dan berenang.

Selain aktivitas fisik, stres emosional yang berlebihan dan penggunaan narkoba jenis heroin juga dapat memicu robekan aorta. Ini karena heroin berefek meningkatkan tekanan darah.

Pentingnya Terapi Secara Dini

Secara statisik, peluang kematian akibat aorta dissection yang tidak diobati meningkat 1-2% setiap jamnya, pada 48 jam pertama sejak timbulnya gejala. Karena itu, individu yang mengalami aorta dissection harus segera mendapat terapi.

Terapinya tergantung pada bagian aorta mana yang mengalami robekan. Jika robekan terjadi pada aorta ascendens, yakni bagian aorta yang keluar dari jantung, hingga lengkung aorta, maka diperlukan operasi. Jika terjadi di bagian aorta selain itu serta tidak ada komplikasi lain, hanya diperlukan terapi dengan obat-obatan.

Jika Anda memiliki anak dengan kelainan jantung bawaan atau kelainan bawaan lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Anda harus waspada. Meski jarang  dijumpai, aorta dissection pada anak dapat berakibat fatal kalau sampai terjadi. Oleh karenanya, segera bawa si Kecil ke dokter anak jika mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri di dada. Prinsipnya, semakin cepat ditangani, semakin baik pula peluang untuk sembuh.

[RN/ RVS]

Dahlan IskanAortaaorta dissection

Konsultasi Dokter Terkait