HomeIbu Dan anakKesehatan AnakEfek Samping Vaksinasi Difteri pada Anak
Kesehatan Anak

Efek Samping Vaksinasi Difteri pada Anak

Birgitta Ajeng, 29 Jan 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Kenali efek samping vaksinasi difteri yang bisa dialami anak, agar tidak salah memahaminya.

Efek Samping Vaksinasi Difteri pada Anak

Anda pernah mendengar tentang difteri? Ya, penyakit ini sedang menjadi buah bibir, karena masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria.

Bakteri berbentuk batang ini begitu mudah menyebar dan menyebabkan manusia tertular difteri. Bakteri ini dapat menyebar melalui bersin, kontaminasi barang pribadi (misalnya menggunakan gelas bekas penderita difteri yang belum dicuci), dan kontaminasi barang rumah tangga (misalnya memakai handuk atau mainan milik penderita difteri).

Penyakit ini umumnya menyerang tenggorokan, hidung, dan terkadang kulit dan telinga. Difteri biasa terjadi pada anak. untuk mencegahnya, anak perlu mendapatkan vaksinasi difteri yaitu imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus). Lantas adakah efek samping dari vaksinasi difteri pada anak?

Efek samping vaksinasi difteri

Menurut dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, ada dua dampak yang terjadi dari imunisasi DPT, yaitu ringan dan berat. “Efek samping yang ringan kurang lebih sama dengan imunisasi lainnya, seperti merah dan bengkak di bekas lokasi suntikan, demam, kadang hingga muntah,” ujar Astrid.

Sementara itu efek samping yang berat dapat terjadi, meski jarang. Dampak yang terjadi pada anak usai imunisasi DPT yaitu tidak mau makan dan minum, kejang, hingga reaksi alergi anafilaksis (reaksi alergi yang berat).

Pada kesempatan berbeda, dr. Fiona Amelia, MPH, menyampaikan efek samping lainnya yang cukup yaitu pucat atau biru, sesak napas, muntah berlebihan, demam tinggi (lebih dari 39 derajat celsius) lebih dari satu hari, menangis terus-menerus lebih dari tiga jam, kesadaran menurun, dan abses.

Meski demikian, reaksi pada masing-masing anak tentu berbeda. Bila kondisi anak kurang fit saat hendak vaksinasi difteri, efek samping yang ringan lebih sering terjadi. Demikian pula untuk efek samping yang berat, kemunculannya tergantung pada kondisi masing-masing individu.

Dampak yang ringan akibat vaksinasi difteri akan hilang dengan sendirinya. Berdasarkan pernyataan dr. Fiona, jika bengkak di bekas titik suntikan cukup besar dan membuat anak terganggu, Anda dapat memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk meredakan nyeri dan bengkak.

Sedangkan reaksi yang serius membutuhkan penanganan dokter. Jika cukup khawatir akan reaksi yang muncul, Anda bisa membawa si Kecil ke dokter spesialis anak.

Selanjutnya

Tidak perlu takut

Dokter Astrid mengingatkan bahwa vaksin sudah diproduksi sedemikian rupa untuk meminimalkan efek samping. “Namun memang, kemungkinan efek samping masih bisa terjadi pada beberapa anak,” kata Astrid.

Meski demikian, Anda tidak perlu takut akan efek samping dari vaksinasi difteri. Di samping itu, anak yang batuk pilek tetap perlu melakukan imunisasi DPT. “Karena batuk pilek bukan merupakan hambatan untuk imunisasi,” ucap Astrid.

Lagi pula, tenaga kesehatan juga akan memeriksa terlebih dahulu kondisi anak. Ini untuk memastikan apakah kondisi tersebut memungkinkan anak untuk mendapatkan vaksinasi difteri atau menundanya.

Menurut Astrid, pemerintah kembali melaksanakan Outbreak Response Immunization (ORI) pada Januari 2018.  ORI merupakan prosedur standar untuk menangani KLB suatu penyakit (dalam hal ini difteri) yang bisa dicegah oleh imunisasi. Berdasarkan tulisan yang dipublikasikan di situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sasaran ORI adalah anak berusia usia 1-19 tahun.

Jadi, meski ada beberapa efek samping, Anda tetap perlu membawa anak ke layanan kesehatan untuk mendapatkan vaksinasi difteri. Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, jangan menunda imunisasi DPT pada anak.

[RVS]

Efek Samping Aborsi PresipitatusImunisasi DPTvaksinasi difteri

Konsultasi Dokter Terkait