Berita Kesehatan

Kiprah Dokter Lie Dharmawan, Pendiri Rumah Sakit Apung

Kartika Tarigan, 24 Okt 2017

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Lewat program Rumah Sakit Apung, dokter Lie Dharmawan telah mengobati pasien sampai ke pelosok Indonesia.

Kiprah Dokter Lie Dharmawan, Pendiri Rumah Sakit Apung

Bicara soal Rumah Sakit Apung (RSA), tak lengkap rasanya tanpa menyebut nama dokter Lie Agustinus Dharmawan. Dokter Lie, sapaan akrabnya, adalah pendiri rumah sakit apung swasta pertama di Indonesia, bahkan di dunia.

Lie merupakan seorang ahli bedah lulusan S3 Free University of Berlin, Jerman. Ia lulus dengan empat spesialisasi, yaitu ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung, dan ahli bedah pembuluh darah.  Pada tahun 2009, Lie mendirikan Yayasan Dokter Peduli atau yang lebih dikenal dengan doctorSHARE dan mewujudkan ide membangun rumah sakit apung.

Hingga kini, Rumah Sakit Apung terus berlayar dan telah melayani sampai ke pelosok negeri. Uniknya, semua tindakan medis dilakukan tanpa memungut biaya sepeserpun dari pasien.

Ukuran kapal yang disulap menjadi rumah sakit ini tidak terlalu besar. Namun di dalamnya, terdapat para ahli medis yang cukup kompeten dan alat-alat yang menunjang untuk melakukan tindakan darurat. Kapal tersebut didapatkan Lie setelah menjual satu buah rumah miliknya. Ia menyebutnya sebagai bentuk komitmennya dalam melayani masyarakat.

"Kapal ini bukan milik saya. Ini milik masyarakat Indonesia yang membutuhkannya, meskipun ukurannya kecil, rumah sakit apung ini mampu melakukan berbagai pelayanan kesehatan termasuk operasi kecil dan besar," katanya, seperti dikutip dari Liputan6.com.

Sejauh ini, Lie dan sejumlah kru Rumah Sakit Apung telah melewati banyak pengalaman berharga. Termasuk saat harus mengoperasi pasien di atas perairan dangkal. Pasalnya ada kemungkinan kapal akan kandas dan harus berhenti. Namun tindakan tetap dilakukan demi menyelamatkan pasien.

"Pasien saya operasi di atas kapal yang sedang bergerak dan hasilnya operasi berhasil. Dalam hal itu ada kiat khusus tentang melakukan operasi di dalam kapal yang bergoyang-goyang diterpa ombak, dengan berdiri di atas satu kaki, kadang kanan kadang kiri menyesuaikan arah gerakan kapal," ujarnya.

Inovasi di penghujung karier

Seakan tak ingin meninggalkan karier kedokterannya tanpa sebuah warisan, Lie pun menggagas ide rumah sakit apung saat ia memasuki usia pensiun. Selain Rumah Sakit Apung, pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 71 tahun yang lalu itu masih terus mengabdikan dirinya bagi masyarakat. Pada tahun 2015, ia dan yayasan doctorSHARE meluncurkan program Dokter Terbang alias Flying Doctors.

Lie bukanlah seseorang yang berasal dari keluarga dokter. Namun, layanan medis Rumah Sakit Apung dan Dokter Terbang adalah wujud kepedulian terhadap kemanusiaan, terutama terhadap pasien tak mampu yang berada di wilayah pegunungan terpencil seperti Papua. Dikarenakan mereka kerap terkendala transportasi, bahkan saat penyakit tengah menyerang.

"Sehingga dibutuhkan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari untuk menghampiri Rumah Sakit Apung yang berlabuh di tepi pantai. Maka kami mengembangkan Dokter Terbang untuk mencapai mereka yang bermukim di pegunungan," ucap Lie saat berbincang dengan Liputan6.com.

Berbeda dengan Rumah Sakit Apung yang memang disulap menyerupai rumah sakit, Dokter Terbang hanya mengirim tim untuk melakukan pertolongan pertama. Tim akan terdiri dari 5–6 orang dan terbang menggunakan pesawat perintis menuju lokasi terdekat pasien.

Perjalanan tim akan dilanjutkan dengan menggunakan mobil atau motor, namun jika jalanan tak lagi mendukung dan memungkinkan, mereka akan melanjutkan dengan berjalan kaki. Sejak 2015–2016, Dokter Terbang telah memberi layanan kesehatan di Distrik Sugapa, Distrik Gagemba, Distrik Ugimba, Distrik Wandai, Distrik Tisain, hingga Distrik Kuyuwage, Papua.

Di tengah kegiatan sosial yang terus berjalan, rupanya Lie menyimpan luka kelam di masa lalu. Lie kecil harus rela kehilangan adik kandungnya karena penyakit diare. Saat itu keluarga Lie tidak memiliki biaya untuk mengobati sang adik ke dokter. Hal itulah yang membuat Lie enggan mengambil sepeserpun uang dari pasien yang kurang mampu. Ia pun berharap, semakin banyak dokter di Indonesia yang akan melakukan hal serupa.

"Jika ingin menjadi dokter, maka jangan memeras orang miskin karena jika tidak memiliki jiwa sosial, maka pasien miskin akan terlantar," kata dokter Lie Dharmawan.

Apa yang dilakukan dokter Lie Dharmawan, baik dengan Rumah Sakit Apung yang digagasnya maupun aktivitas lainnya, tampaknya bisa menjadi inspirasi bagi para dokter lainnya. Selamat Hari Dokter Nasional.

[RS/ RVS]

dokterRumah Sakit ApungHari Dokter NasionalDokter Lie Dharmawan

Konsultasi Dokter Terkait