HomeIbu Dan anakKehamilanKisah Dokter yang Terkena Malaria saat Hamil
Kehamilan

Kisah Dokter yang Terkena Malaria saat Hamil

dr. Dyan Mega Inderawati, 26 Mei 2017

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Semangat untuk mengabdi pada negara dan masyarakat tak sedikitpun goyah, meski serangan malaria meghadang langkahku.

Kisah Dokter yang Terkena Malaria saat Hamil

Sebagai dokter, saya tentu pernah belajar tentang malaria. Tapi, bukan itu yang ada dalam pikiran hingga akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri di rumah sakit tempat saya menjalankan tugas. Demam ringan dan sedikit limbung saat berjalan, itulah yang saya rasakan saat itu.

Tak menyangka, hasilnya saya positif malaria. Bahkan tak tanggung-tanggung, kedua jenis malaria, vivax dan falciparum, yang selama ini dikenal di Indonesia sama-sama berdiam di dalam tubuh saya. Bila terlambat tertangani, malaria bisa menyebar ke otak dan sangat sulit dibasmi.

Kekhawatiran semakin bertambah ketika beberapa hari setelahnya saya mendapati diri tengah mengandung anak pertama. Saya dan suami –yang juga seorang dokter, sudah mengimpikan kehamilan ini selama dua tahun pernikahan kami.

Sebagai dokter, kami berdua tahu persis malaria pada trimester pertama kehamilan tidak hanya mengancam sang ibu, tetapi juga calon bayi.

Berobat ke pusat kota tidak memungkinkan kala itu. Musim ombak di ujung laut Maluku dapat menggulung siapa pun yang mencoba mengarunginya, tanpa mengenal ampun.

 

Berkenalan dengan Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang ditularkan lewat gigitan nyamuk Anopheles sp betina. Setelah masuk ke dalam tubuh, parasit akan segera menyebar lewat darah dan singgah di berbagai organ tubuh.

Penanganan yang terlambat akan membuat parasit menjalar hingga otak, menyebabkan kejang pada penderitanya, lumpuh, sampai kematian.

Beberapa daerah di Indonesia diketahui masih merupakan endemis penyakit malaria. Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra merupakan daerah yang tingkat penularannya sangat tinggi.

Jangan salah, beberapa daerah di Jawa seperti Pangandaran, Sukabumi, dan Ujung Kulon juga tidak luput dari malaria. Meski demikian, tingkat penularannya memang tergolong rendah.

 

Malaria di Sudut Indonesia

Saya dan suami berkesempatan menjadi dokter pegawai tidak tetap di Desa Bisui, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, pada 2013–2014. Daerah dengan kategori sangat sangat terpencil (SST).

Di sinilah saya akhirnya benar-benar berkenalan dengan malaria. Tidak sedikit pasien malaria berat yang saya tangani. Tiap minggunya, dua-tiga pasien datang dan terdiagnosis malaria. Bahkan, ada beberapa yang kesadarannya sudah menurun hingga sulit tertolong.

Kondisi ini memang tidak mudah dihadapi, tetapi rasanya benar-benar berbeda bila saya sendiri yang mengalaminya. Ditambah lagi saat itu saya sedang hamil bulan-bulan pertama.

Selain membahayakan saya maupun janin, pengobatannya pun terbilang tidak mudah. Hanya satu jenis obat yang terbukti aman untuk ibu hamil: kina.

Nyatanya, obat ini telah banyak ditinggalkan karena berbagai efek samping yang sangat mengganggu. Salah satunya tinnitus, dengungan di telinga yang berlangsung terus-menerus sepanjang hari.

Satu-satunya cara untuk memastikan malaria tidak mengganggu kehamilan saya adalah dengan USG kepada dokter kandungan di pusat kota. Akan tetapi, saat itu kondisinya tidak mudah.

Terpisah dua puluh jam perjalanan laut dengan pusat kota membuat transpor ke rumah sakit yang lebih besar sangat menyulitkan. Apalagi saat itu musim ombak dengan ketinggian hampir 5 meter. Berdoa dan terus bertahan dengan obat yang ada merupakan satu-satunya opsi yang saya miliki.

Beruntung Tuhan masih menyayangi saya. Dua bulan setelahnya, alam kembali bersahabat dan mengizinkan saya kontrol ke dokter di pusat kota.

Hasilnya segala sesuatu baik-baik saja. Kini si Kecil jagoan saya sudah berusia 2 tahun. Ia tumbuh sehat, cerdas, dan ceria seperti anak-anak lainnya.

Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman tersebut adalah bahwa malaria tidak dapat disepelekan. Tidak semua daerah berada di bawah ancamannya, tetapi semua orang bertanggung jawab melakukan langkah nyata untuk mencegah dan melawan penyebarannya.

Saya selamat, tetapi bagaimana dengan korban malaria lainnya? Pastikan diri Anda terlindungi dengan obat pencegahan sebelum melakukan perjalanan ke daerah malaria. Selamatkan diri dan orang-orang terdekat Anda.

[RS/ RH]

penyakit malariakisah dokterMalaria

Konsultasi Dokter Terkait