Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatBerita KesehatanPresiden SBY Resmikan RS Pusat Otak Nasional di Jakarta
Berita Kesehatan

Presiden SBY Resmikan RS Pusat Otak Nasional di Jakarta

Klikdokter, 16 Jul 2014

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Presiden SBY meresmikan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) yang terletak di daerah Cawang, Jakarta Timur pada Senin (14/7) lalu. RS PON adalah RS pertama kali yang diharapkan dapat menjadi pusat rujukan nasional dalam penanganan kasus gangguan otak dan saraf (neurologi). Simak selengkapnya dengan dr. Anita Amalia Sari disini.

Presiden SBY Resmikan RS Pusat Otak Nasional di Jakarta

Klikdokter.com - Pada hari Senin (14/7/2014) presiden SBY meresmikan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) yang terletak di daerah Cawang, Jakarta Timur. RS PON diharapkan dapat menjadi pusat rujukan nasional dalam penanganan kasus gangguan otak dan saraf (neurologi) serta dapat menjadi sarana untuk pengembangan riset dan pendidikan di bidang neurologi.

Pendirian RS PON merupakan gagasan dan cita-cita SBY sejak lama. "Akhirnya berdirilah Rumah Sakit Pusat Otak Nasional yang pertama kali di negeri kita ini dan Insya Allah akan terus berkembang di tahun-tahun yang akan datang," ucap Presiden SBY.

RS PON dilengkapi dengan berbagai peralatan mutakhir, salah satunya CT scan 250 slice. Presiden SBY berharap agar RS PON dapat bersaing secara global dan menjadi rumah sakit bertaraf internasional.

Terdapat hampir 446 kamar tidur di dalam bangunan RS PON yang terbagi menjadi kamar president suite, VVIP, VIP, kamar tidur kelas I, kamar tidur kelas II, serta kamar tidur kelas III. Meskipun pada saat peluncuran baru 150 unit yang bisa difungsikan.

Sebagai rumah sakit yang bertarget top referral hospital di Indonesia, RS PON menargetkan idealnya dapat dilengkapi 850 personel praktisi kesehatan, meskipun saat ini aktif berjalan dengan 300 tenaga kerja kesehatan.


Praktisi kesehatan yang dibutuhkan terdiri atas:

  • 60 dokter spesialis saraf – saat ini aktif 19 dokter spesialis saraf

  • 10 dokter spesialis bedah saraf – saat ini aktif 4 dokter spesialis bedah saraf.

  • Selain itu juga akan tersedia fasilitas UGD, ruang operasi UGD, kamar operasi sentral, cath lab, hemodialisis, rehabilitasi medik neuro, poliklikik spesialis dan sub-spesialis, poliklinik Neurobehaviour Dewasa dan Poliklinik Khusus Neurobehaviour Anak.

    Kedepannya, tantangan RS PON menghadapi pertumbuhan masalah kesehatan masyarakat di masa depan seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup (UHH). Diantaranya seperti:

    • Kecacatan karena stroke. Dimana perkembangan stroke dari 12 penderita per 1000 penduduk pada 2013 akan meningkat menjadi sekitar 25 penderita per 1000 penduduk pada 2035.

  • Tumor

  • Penyakit saraf akibat infeksi (HIV/AIDS, dan lainnya)

  • Pada kesempatan terpisah, Ketua Presidium Forum Komunikasi Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Seluruh Indonesia, dr. Doddy Partomihardjo, Sp.M menyampaikan harapan kehadiran RS PON di masa depan, “diharapkan RS PON juga melakukan penelitian dan pengembangan horizon dari: neuroscience. Dimana diharapkan penelitian-penelitian neuroscience yang terserak diseluruh pusat-pusat penelitian akan dikoordinasikan dari RSPON ini,” tutur beliau.

    Pejabat Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2010 hingga 2014 ini menambahkan, “Sebagai gambaran betapa pentingnya eksistensi sebuah pusat penelitian neuroscience; di Singapura pusat penelitian neuroscience dirupakan dalam National Neuroscience Institute dan dipimpin oleh Perdana Menteri Lee Hsien Liong sendiri.”

    Lebih lanjut, dr. Doddy menyampaikan harapan kedepan perkembangan RS PON akan sangat tergantung kepada beberapa indikator, “Perkembangan RS PON di masa depan sangat bergantung pada faktor kepemimpinan, faktor kemampuan sinergisme antar pusat-pusat penelitian yang ada di Perguruan Tinggi atau RS Pendidikan, faktor upaya promotif - preventif terhadap stroke, faktor kemauan politik otoritas kesehatan untuk masalah yang ada, kemudian faktor sistem BPJS yang mendukung dan terakhir faktor opini publik yang masih berorientasi kuratif,” jelas dr. Doddy.[](AAS/DA)

    Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta

    Konsultasi Dokter Terkait