HomeInfo SehatGigi MulutKebiasaan Buruk Penyebab Gigi Berjejal
Gigi Mulut

Kebiasaan Buruk Penyebab Gigi Berjejal

drg. Callista Argentina, 17 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Memiliki gigi berjejal atau bertumpuk memang membuat senyum terlihat kurang indah. Supaya kondisi gigi berjejal tidak terjadi pada anak kita, simak penjelasannya berikut ini!

Kebiasaan Buruk Penyebab Gigi Berjejal

Gigi berjejal  (crowding) merupakan kondisi susunan gigi tidak rapi karena tidak berada di lengkung yang normal. Kondisi ini biasanya mulai terlihat pada masa pergantian gigi susu dengan gigi permanen dan dapat terjadi karena adanya perbedaan antara panjang lengkung rahang yang tersedia dan ukuran gigi yang baru tumbuh.

Gigi yang tumpang tindih atau berjejal dapat disebabkan oleh faktor genetik yang ditandai dengan pengurangan ukuran rahang tapi tidak diikuti oleh pengurangan ukuran gigi. Selain itu, sindrom genetik dan adanya cacat saat perkembangan embriologi juga dapat menjadi penyebab gigi berjejal.

Gigi berjejal  dikategorikan menjadi 2 tipe, yaitu simpel dan kompleks. Gigi berjejal simpel artinya ketidaksesuaian antara ruangan yang tersedia di lengkung rahang dan ukuran gigi tidak disertai gangguan fungsi pada tulang dan otot rahang.

Sedangkan gigi berjejal kompleks yaitu gangguan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan dari tulang rahang, fungsi bibir, dan lidah. Kondisi ini juga ditandai dengan gangguan fungsi oklusi yang menyebabkan ketidaksesuaian antara ukuran gigi dengan ruangan yang tersedia.

Selain itu,  ada keluhan lain yang dicemaskan oleh orangtua, misalnya posisi gigi miring, gigi jarang, gigitan dalam, gigi tonggos dan kelainan lainnya. Semua kondisi tersebut disebut maloklusi, yaitu kondisi hubungan kontak antara gigi bawah dan atas saat mulut ditutup (oklusi) tidak normal.

Oleh karena itu, sebaiknya orangtua mewaspadai beberapa faktor dan juga kebiasaan buruk yang memicu terjadinya maloklusi berikut ini.

1. Bernapas Lewat Mulut (Mouth Breathing)

Bernapas lewat mulut dapat disebabkan oleh gangguan dalam rongga hidung. Kebiasaan ini menyebabkan maloklusi dengan kondisi gigi depan atas yang lebih mundur, kemudian gigi menjadi berjejal, atau bisa juga cenderung maju.

Untuk menghindari kondisi maloklusi ini sebaiknya segera konsultasi dan lakukan perawatan untuk perbaikan jalan napas anak.

2. Mengisap Ibu Jari (Thumb Sucking)

Kebiasaan ini umum dilakukan oleh anak-anak usia 1-2 tahun. Namun, jika diteruskan sampai usia 5-6 tahun, maka bisa menyebabkan maloklusi pada gigi permanen si kecil.

Pasalnya, tekanan saat mengisap ibu jari dapat mengubah bentuk dari rongga mulut. Lidah akan terdorong ke bawah oleh jari sehingga akan terdapat jarak dengan langit-langit.

Lama-kelamaan, gigi depan bagian bawah berubah posisi menjadi tidur ke dalam. Lalu, gigi depan rahang atas bisa maju dan tonggos sehingga menyebabkan gigitannya terbuka (open bite).

Oleh karena itu, kebiasaan mengisap ibu jari harus dihentikan sebelum anak menginjak usia 5 tahun.

3. Menggigit Bibir (Lip Biting)

Kebiasaan lip biting atau sering menggigit-gigit bibir bawah dapat menyebabkan posisi gigi atas lebih maju. Selain itu, rahang atas juga jadi lebih maju ke depan dan rahang bawah jadi lebih mundur.

Kondisi gusi biasanya juga mengalami peradangan akibat susunan gigi yang tidak rapi. Hubungan kontak gigi depan atas dan bawah yang tidak menutup menyebabkan gigitan jadi terbuka (open bite).

Segeralah menghentikan kebiasaan buruk anak yang suka menggigit bibir sedini mungkin.

Artikel Lainnya: Fakta Memutihkan Gigi yang Perlu Anda Tahu

4. Menggertakkan Gigi (Bruxism)

Bruxism bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa. Kondisi ini biasanya terjadi saat tidur di malam hari. Oleh karena itu, banyak orang yang tidak menyadari melakukan bruxism saat tidur.

Kebiasaan ini membuat gigi atas dan gigi bawah saling bergesekkan. Bruxism juga lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria.

Sementara itu, kebiasaan bruxism pada anak-anak muncul saat tahap pertumbuhan gigi. Pada orang dewasa biasanya terjadi karena maloklusi, stres, rasa sakit, rasa marah, atau rasa frustasi.

Sebaiknya konsultasi ke dokter atau psikiater untuk mengatasi masalah dari sisi psikologis. Selanjutnya, segera periksa ke dokter gigi untuk memperbaiki masalah maloklusi.

5. Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting)

Kebiasaan ini muncul akibat gangguan proses menelan yang mendorong lidah ke depan atau ke samping, bahkan sampai mendorong dan menutupi gigi-gigi bawah.

Kadang kebiasaan ini  juga menyebabkan posisi lidah berada di antara gigi depan atas dan bawah. Kebiasaan menjulurkan lidah ini juga menandakan adanya ketidakseimbangan dari otot wajah dan mulut.

Alhasil, pasien dengan kebiasaan menjulurkan lidah memiliki susunan gigi atas yang tonggos dan gigitannya terbuka.

Orang tersebut juga bisa mengalami kesulitan dalam pengucapan, bisa disertai dengan kebiasaan bernapas lewat mulut, kebiasaan menjilat bibir sebelum menelan, dan adanya perubahan raut wajah menyeringai saat menelan.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, pasien perlu melakukan perawatan untuk memperbaiki gangguan menelan.

6. Mengisap Bibir (Lip Sucking)

Mengisap bibir bawah bisa dilakukan secara sengaja atau tidak disadari. Bahkan, lip sucking bisa disertai kebiasaan buruk lainnya, yaitu menjulurkan lidah. Kebiasaan ini masih wajar jika dilakukan di bawah usia tiga tahun.

Namun, lip sucking sudah dianggap tidak normal jika dilakukan di atas usia tiga tahun. Kebiasaan ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor psikologis.

Tak jarang pada berbagai kasus, penyebab kebiasaan buruk ini berhubungan dengan kondisi psikologis anak. Jadi, selain berkonsultasi ke dokter gigi, orangtua juga perlu berkonsultasi dengan psikolog.

Artikel Lainnya: Ketahui Penyebab Gigi Gingsul, Apakah Berbahaya?

Jika mendapati anak melakukan kebiasaan buruk seperti di atas, sebaiknya orangtua segera berusaha untuk menghentikannya.

Walaupun kebiasaan tersebut tergolong jarang terjadi, tapi tetap berisiko menyebabkan maloklusi. Gigi depan atas bisa lebih maju posisinya dengan gigitan yang terbuka, juga menyebabkan posisi gigitan gigi geraham yang terbalik.

Untuk menghentikan kebiasaan ini, dokter gigi perlu memperbaiki susunan gigi anak. Jika susunan gigi kembali rapi, maka otomatis kebiasaan ini juga akan hilang.

Faktor lain, seperti faktor lingkungan juga bisa menyebabkan gigi berjejal. Misalnya faktor tekanan di gigi akibat kebiasaan mengisap ibu jari atau trauma gigi susu yang mengakibatkan benih gigi permanen bergeser.

Faktor selanjutnya adalah kondisi dua gigi yang posisinya tertukar (transposisi), gigi susu yang tidak terkikis oleh benih gigi di bawahnya, gigi susu yang hilang sebelum waktunya, gigi susu berlubang yang menyebabkan jarak yang tersedia berkurang, gigi susu yang belum tanggal sesuai waktunya.

Gigi berjejal atau maloklusi lainnya dapat diperbaiki dengan perawatan kawat gigi (ortodontik) yang sering disebut dengan behel gigi.

Perawatan gigi berjejal atau maloklusi lainnya bukan hanya bertujuan meratakan susunan gigi supaya rapi, tapi juga memperbaiki masalah fungsional dan mencegah supaya tidak terjadi penyakit gusi.

Ortodontik termasuk perawatan yang membutuhkan biaya tidak sedikit, serta mengorbankan waktu dan kenyamanan anak.

Itu dia penjelasan mengenai gigi berjejal atau tumpang tindih. Untuk membaca artikel kesehatan gigi dan mulut lainnya, Anda bisa download aplikasi Klikdokter.

(OVI/JKT)

Referensi:

Medigraphic. Diakses 2021. Prevalence, types and etiologic factors of mandibular crowding in orthodontic patients in Tabasco, Mexico, 2015-2016

Gigi AnakGigi

Konsultasi Dokter Terkait