Diabetes

Waspada, Sakit Gula Sebabkan Amputasi Kaki

Tim Redaksi KlikDokter, 01 Mar 2010

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penyakit gula yang dikenal khalayak dengan istilah diabetes mellitus (DM) perlu mendapat perhatian yang cukup serius terkait dengan komplikasinya pada tubuh. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam

Waspada, Sakit Gula Sebabkan Amputasi Kaki

Klikdokter.com - Penyakit gula yang dikenal khalayak dengan istilah diabetes mellitus (DM) perlu mendapat perhatian yang cukup serius terkait dengan komplikasinya pada tubuh. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu lama dapat memberikan komplikasi pada syaraf, jantung dan pembuluh darah serta mata. Hal terpenting yang harus diingat dalam menjalani pengobatan DM adalah menjaga kadar gula darah dalam ambang nilai normal. Jangan biarkan kadar gula darah naik turun seperti yoyo!

Pada penderita DM seringkali ditemukan luka pada bagian kaki (ulkus diabetikum). Ulkus sendiri merupakan istilah yang digunakan yang menjelaskan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.

Semula ulkus ditemukan berukuran kecil namun tak kunjung sembuh dan kemudian meluas hingga bahkan memerlukan amputasi.  Sungguh ironis bila Anda harus menerima kenyataan pahit mengamputasi kaki hanya karena terlambat mengenali dan mengantisipasi keadaan tersebut.

Berikut informasi yang dapat membantu Anda mengenal ulkus diabetikum:

  • Biasanya dialami oleh pasien yang telah mengidap DM sejak lama.
  • Kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan syaraf yang disebut dengan neuropati diabetes. Gejala yang sering ditemukan adalah kesemutan, rasa panas di telapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari. Gejala neuropati mneyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, apabila penderita mendapat trauma sedikit mereka tidak akan merasakan nyeri sehingga mengakibatkan luka pada kaki.
  • Selain menyerang syaraf, penyakit dapat memberikan gangguan pada pembuluh darah (angiopati) dengan keluhan berupa nyeri tungkai sesudah berjalan pada jarak tertentu akibat aliran darah yang ke tungkai berkurang (klaudikasio intermitten). Keluhan lain berupa ujung jari terasa dingin, nyeri kaki di waktu malam, denyut arteri hilang dan kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati ini menyebabkan penurunan suplai nutrisi dan oksigen sehingga menyebabkan luka yang sukar sembuh.

Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum sebagai berikut:

  • Penderita DM lama
  • Kadar gula darah tinggi
  • Jenis kelamin laki-laki
  • Usia tua
  • Perokok
  • Hipertensi
  • Obesitas
  • Hiperkolesterol , kadar kolesterol tinggi

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada daerah tungkai:Inspeksi (look) Kesan umum akan tampak kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat berkurangnya produksi keringat, hilangnya rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus/ kapalan pada daerah yang mengalami penekanan seperti pada tumit, plantar/telapak,  perubahan bentuk kaki berupa claw toe sering pada ibu jari. Daerah yang mengalami penekanan dapat menjadi lokasi ulkus diabetikum karena trauma yang berulang-ulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien. Gangren tampak sebagai daerah kehitaman yang terbatas pada jari atau melibatkan seluruh kaki.Palpasi (feel) Kulit yang kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang sehat. Penyumbatan arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya denyut pada arteri yang terlibat. Kalus/kapalan disekeliling ulkus akan terasa sebagai daerah yang tebal dan keras.

Pemeriksaan sensorik Risiko pembentukan ulkus sangat tinggi pada penderita neuropati sehingga apabila belum tampak adanya ulkus namun sudah ada neuropati sensorik maka proses pembentukan ulkus dapat dicegah.

Pemeriksaan pembuluh darah/vaskuler Dismping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa dengan test vaskuler noninvasive yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus, ankle-brachial index (ABI), dan absolute toe systolic pressure. ABI didapat dengan cara membagi tekanan sistolik betis denga tekanan sistolik lengan. Apabila didapat angka yang abnormal perlu dicurigai adanya iskemia (kurangnya aliran oksigen). Arteriografi perlu dilakukan untuk memastikan terjadinya sumbatan arteri

Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan radiologi akan dapat mengetahui apakah didapat gas subkutan, benda asing serta adanya osteomielitis (infeksi pada tulang).

Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan darah rutin menunjukkan angka lekosit yang meningkat bila sudah terjadi infeksi. Gula darah puasa dan 2 jam postprandial harus diperiksa untuk mengetahui kadar gula dalam lemak. Albumin diperiksa untuk mengetahui status nutrisi pasien.

Pengelolaan 1. Kontrol nutrisi dan metabolik Faktor nutrisi meru[akan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 g/dL dan mempertahankan albumin diatas 3,5 g/dL.

2. Kontrol stres mekanik Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing meliputi bed rest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat di tempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilundungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang di tempat yang sama menyebabkan bakteri masuk ke tempat luka.

3. Obat-obatan Pencegahan infeksi sistemik karena luka lama yang sukar sembuh dan penanganan pengobatan DM merupakan faktor utama keberhasilan pengobatan secara keseluruhan. Pemberian obat untuk sirkulasi darah perifer dengan pendekatan multidisiplin (reologi-vasoaktif-neurotropik-antiagregasi-antioksidan-antibiotika).

4. Tindakan bedah yang akan disesuaikan dengan derajat berat ringannya ulkus.Pencegahan

  • Pemakaian sepatu harus pas dengan lebar serta kedalaman yang cukup untuk jari-jari kaki.
  • Sepatu kulit lebih dianjurkan karena mudah beradaptasi dengan bentuk kaki serta bisa ‘bernapas’.
  • Kaos kaki juga harus pas, tidak boleh melipat.
  • Hindari pemakaian sandal atau alas kaki dengam jari terbuka.
  • Hindari berjalan tanpa alas kaki.
  • Trauma minor dan infeksi kaki seperti terpotong, lecet, lepuh, bila diobati sendiri oleh pasien dengan obat bebas dapat menghambat penyembuhan luka. Membersihkan dengan hati-hati trauma minor serta aplikasi antibiotika topikal bisa mencegah infeksi lebih lanjut serta memelihara kelembaban kulit untuk mencegah pembentukan ulkus.

Lebih bijaksana lagi, memperhatikan gaya hidup dan melakukan pola hidup sehat merupakan pencegahan terbaik timbulnya kendala diabetes yang terbaik. Bagi diabetesein, meninjau gangguan ini yang permanen, disiplin melakukan pola makan, aktivitas olahraga, dan periksa gula darah berkala merupakan solusi mengendalikan diabetes. Diabetes tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan.[](AJS/DA)

Diabetes

Konsultasi Dokter Terkait