HomeIbu Dan anakTips ParentingNegara Ini Larang Menghukum Anak, Ini Dampaknya
Tips Parenting

Negara Ini Larang Menghukum Anak, Ini Dampaknya

dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, 31 Okt 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Swedia merupakan negara pertama yang menerbitkan larangan menghukum anak secara fisik. Apa dampaknya?

Negara Ini Larang Menghukum Anak, Ini Dampaknya

Swedia merupakan salah satu negara yang dikenal paling ramah anak di seluruh dunia. Di negara ini bahkan diberlakukan larangan menghukum anak secara fisik di negara tersebut. Padahal dahulu, sama seperti negara lain di Eropa, menghukum anak merupakan hal yang lumrah di Swedia.

Namun sekitar tahun 1920-an, terdapat banyak kejadian siswa sekolah mengalami luka-luka akibat dipukul oleh guru atau orangtuanya. Sejak saat itu, muncullah larangan memberikan hukuman berat pada anak usia sekolah menengah di Swedia.

Sayangnya, karena tidak disahkan secara hukum, lama-kelamaan aturan tersebut luntur dan dilupakan orang. Hingga akhirnya pada tahun 1975, ada seorang anak perempuan berusia 3 tahun dipukul habis-habisan oleh ayahnya hingga terluka memar di sekujur tubuhnya. Keprihatinan masyarakat Swedia akan kejadian itu memicu terbitnya petisi yang ditandatangani 60.000 orang. Isi petisi adalah meminta pemerintah untuk membuat aturan lebih ketat tentang larangan menghukum anak secara fisik. Pemerintah Swedia menyetujui hal tersebut, dan menerbitkan aturan hukum yang melarang memberi hukuman fisik kepada anak dalam bentuk apapun juga.

Aturan tersebut dipublikasikan secara luas dalam bentuk pamflet yang disebarkan di seluruh sekolah, perumahan, dan perkantoran, serta diterjemahkan ke berbagai bahasa. Sosialisasi besar-besaran ini bertujuan untuk memastikan bahwa 100% penduduk mengetahui aturan tersebut.

Dampak Secara Fisik Bagi Anak

Sejak dibuatnya larangan menghukum anak, angka kekerasan pada anak di Swedia menurun drastis. Anak-anak dilindungi, bukan hanya oleh orangtua, tetapi juga oleh seluruh masyarakat. Meskipun tidak bisa menghilangkan sepenuhnya, namun lebih dari 80% anak tidak pernah diberi hukuman fisik oleh orangtuanya.

Sebuah survei menyatakan bahwa sebagian besar anak-anak di Swedia merasa masa kecilnya aman dan bahagia. Kekhawatiran anak menjadi manja dan semaunya sendiri dengan adanya aturan tersebut tidak terbukti. Sebaliknya, hubungan orangtua dengan anak menjadi sangat demokratis. Anak terlatih untuk melakukan diskusi dengan orangtua, dan memiliki kecenderungan lebih mandiri serta berani mengambil keputusan yang dianggapnya baik.

Saat ini, Swedia memiliki generasi muda yang dibesarkan tanpa hukuman fisik sejak kecil. Studi menunjukkan bahwa dibandingkan pada tahun 70-an, angka kejahatan di kalangan remaja menurun. Demikian juga angka ketergantungan alkohol dan narkotika. Generasi ini juga memiliki kesehatan jiwa dan kecerdasan yang lebih baik. Dampak baik dari larangan menghukum anak secara fisik yang diterapkan di Swedia saat ini telah ditiru oleh 31 negara lain di dunia.

Di Indonesia, kebijakan dan perhatian kepada anak sebesar ini belum diterapkan. Semoga pemerintah dan masyarakat bisa lebih memerhatikan kesejahteraan anak demi generasi masa depan yang lebih baik.

(NB/RH)

Konsultasi Dokter Terkait