Kesehatan Anak

Zat Besi untuk Anak Usia Pertumbuhan: Penting!

dr. Melyarna Putri, 16 Feb 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Zat besi merupakan suatu zat yang sangat diperlukan oleh tubuh. Mengapa demikian? Lalu, bagaimana cara memenuhi kebutuhan zat besi ini? Berikut ulasannya.

Zat Besi untuk Anak Usia Pertumbuhan: Penting!

Mikronutrien, seperti vitamin dan mineral, merupakan zat-zat yang penting bagi tubuh untuk dapat menjalankan fungsi fisiologis tubuh secara optimal.

Sayangnya, fakta menunjukkan bahwa kekurangan mikronutrien terjadi secara global di seluruh dunia, terutama pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.

Zat besi adalah mikronutrien pada tubuh yang paling sering ditemukan dalam jumlah yang tidak mencukupi. Apabila hal ini terjadi dapat menyebabkan penurunan produktivitas, dan kondisi anemia mikrositik, atau suatu kondisi tubuh yang memiliki kadar sel darah merah sangat rendah akibat kurangnya zat besi pada tubuh.

Anemia mikrositik merupakan kondisi dimana terjadi penurunan hemoglobin di dalam darah akibat adanya kekurangan besi di dalam tubuh. Zat besi merupakan salah satu zat yang diperlukan untuk membentuk hemoglobin.

Selain itu, kekurangan zat besi pada tubuh juga dapat berakibat pada kelainan fungsi endokrin (organ yang memproduksi dan mengatur hormon dalam aliran darah untuk mengontrol banyak fungsi tubuh), serta sistem imun.

Zat besi telah diketahui merupakan salah satu zat yang diperlukan untuk membentuk sel darah merah. Salah satu cara pemenuhan zat besi adalah dengan memenuhi kebutuhan asupan zat besi melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Zat besi terdapat di dalam makanan dalam bentuk heme dan nonheme.  Zat besi heme dapat ditemukan hampir pada seluruh makanan yang berasal dari daging hewan. Sedangkan zat besi nonheme dapat ditemukan pada daging hewan, beberapa tumbuhan, makanan yang difortifikasi, dan suplemen.

Daging hewan dan tumbuhan yang menjadi sumber zat besi, antara lain:

  • Daging sapi
  • Daging ayam
  • Daging unggas lain
  • Daging kambing
  • Telur
  • Kacang polong
  • Kacang kedelai
  • Kacang tanah
  • Almond
  • Brokoli
  • Biji bunga matahari
  • Ikan
  • Hati ayam atau sapi
  • Kerang
  • Cumi-cumi

Sumber zat besi lain adalah makanan yang difortifikasi. Makan yang difortifikasi adalah makanan yang ditambahkan zat tertentu, seperti zat besi, untuk menambah kandungan gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut. Terkadang, dalam proses pembentukan sumber makanan tertentu, terdapat nutrien yang hilang sehingga perlu ditambahkan nutrien dalam kemasan, seperti misalnya susu dan sereal.

Suplemen zat besi nonheme banyak ditemukan di apotek. Bentuk suplemen yang paling umum ditemukan adalah sulfat ferosus, fumarat ferosus, glukonat ferosus, sulfat glisin ferosus, dan polisakarida zat besi.

Sebuah penelitian mengatakan bahwa suplementasi zat besi secara nyata dapat meningkatkan feritin (suatu bentuk simpanan zat besi di dalam tubuh) sehingga dapat menurunkan risiko anemia pada anak yang berusia di bawah 12 tahun.  Suplementasi zat besi baru dapat terlihat dampaknya setelah pemberian suplementasi dalam kurun waktu minimal 3 bulan.

Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa hasil maksimal baru akan didapatkan setelah pemberian dosis sebanyak 25-75 miligram dalam seminggu, baik diberikan dalam bentuk zat besi saja maupun dalam bentuk multivitamin gabungan dengan asam folat atau mikronutrien lain.

zat besi

Konsultasi Dokter Terkait