Kesehatan Mental

Mengenal Sosok Psikopat Lebih Jauh

dr. Nadia Octavia, 11 Feb 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sosok psikopat merupakan sosok seseorang yang sangat mengerikan. Sebenarnya, bagaimana cara mengetahui sosok psikopat pada seseorang? Berikut ulasannya.

Mengenal Sosok Psikopat Lebih Jauh

Jessica Kumala Wongso, tersangka dugaan pembunuhan Mirna Salihin saat ini sedang menjadi pembicaraan banyak masyarakat, baik di media cetak, media televisi, maupun media sosial.

Dari beberapa penuturan Jessica saat diwawancara, terlihat bahwa pembawaannya sangat tenang ketika menjawab pertanyaan yang diajukan oleh wartawan. Berbagai tuduhan pun dilayangkan pada Jessica, mulai dari sosoknya yang dikaitkan memiliki hubungan sesama jenis dengan Mirna, hingga tuduhan bahwa ia adalah seorang psikopat.

Benar atau tidaknya hal tersebut tentu masih memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Psikopat, apa itu?

Di serial televisi, atau di film kita sering kali menjumpai sosok psikopat sebagai sosok yang hobi membunuh seseorang dengan keji, atau gemar menyiksa orang yang tak bersalah. Sebenarmya, psikopat merupakan suatu gangguan kepribadian yang ditandai dengan sikap tidak sensitif, kasar, manipulatif, mencari sensasi dan antisosial.

Dalam kehidupan nyata, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian tersebut tidak selalu bersikap kasar. Mereka cenderung akan melakukan manipulasi atau melakukan berbagai perilaku yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Psikopat, bagaimana cara mengenalinya?

Psikopat termasuk bagian dari gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian dapat ditandai dengan perilaku antisosial, impulsif, tidak mengikuti atau mengabaikan norma masyarakat/social, dan tidak memiliki perasan takut ataupun bersalah.

Terdapat stereotip di masyarakat bahwa seorang pembunuh merupakan seseorang yang antisosial, senang menyendiri, dan tidak mampu menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Padahal sebetulnya, beberapa psikopat dapat "terlihat" normal dan bahkan memiliki kehidupan yang sukses.

Mengenali sosok psikopat memang tidak mudah. Pasalnya, seorang psikopat bisa saja tampak pandai, rajin, menarik dan memiliki emosi yang baik. Para psikopat ini cenderung bersikap seperti aktor yang handal dan dapat memanipulasi orang lain dengan mudah. Seorang psikopat cenderung memiliki hati yang "dingin" dan memikirkan matang-matang apa yang akan ia lakukan.

Untuk mendiagnosis apakah seseorang adalah psikopat atau memiliki kecenderungan psikopat dapat dilakukan serangkaian tes. Salah satunya adalah The Hare Psychopathy Checklist yang pada mulanya digunakan untuk mengetahui kondisi mental seseorang yang melakukan kriminal atau kecenderungan psikopat. Diagnosis yang dilakukan adalah berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV).

Adakah psikopat di antara kita?

Jika teman atau kerabat Anda ada yang sering bersikap kasar atau bersikap antisosial, bukan serta-merta ia adalah seorang psikopat atau memiliki gangguan kejiwaan. Seorang psikopat sesungguhnya bersikap sangat “dingin”, tidak memiliki emosi, dan tidak memiliki rasa empati.

Perlu Anda ketahui, terdapat 2 jenis rasa empati, yakni empati kognitif dan empati emosional. Empati kognitif adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang orang lain rasakan. Sedangkan, empati emosional adalah ketika Anda merasakan apa yang orang lain rasakan.

Pada orang autisme, mereka dapat merasakan nyeri yang orang lain alami, namun tidak mampu mengenali atau membaca ekspresi orang lain (seperti misalnya kerutan atau senyuman saat seseorang sedang berpikir atau sedang bahagia).

Pada psikopat justru sebaliknya. Mereka mengetahui apa yang orang lain rasakan, tetapi tidak dapat merasakannya. Hal ini justru memberikan "keuntungan" bagi seorang psikopat karena mereka mengerti apa yang Anda pikirkan, namun mereka tidak peduli sehingga mereka akan bersikap semena-mena. 

Empati bagi para psikopat merupakan aktivitas yang volunter. Tidak seperti ketika kita melihat korban atau keluarga korban pembunuhan, tentu kita dapat merasakan apa yang mereka rasakan. Namun bagi para psikopat, mereka bisa bersifat manipulatif dengan bersikap seakan-akan memiliki rasa empati, namun perasaan itu bukanlah hal yang konstan. Untuk membujuk korbannya, mereka dapat "menyalakan" mode empati mereka, namun ketika sang korban sudah berada dalam jebakan, rasa empati itu akan kembali hilang.

Psikopat

Konsultasi Dokter Terkait