HomeIbu Dan anakIbu MenyusuiBerpuasakah Ibu Hamil dan Menyusui?
Ibu Menyusui

Berpuasakah Ibu Hamil dan Menyusui?

Tim Redaksi KlikDokter, 16 Jul 2013

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Berpuasa memang suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslimin. Namun ada kalanya seorang wanita diberikan keringanan untuk tidak berpuasa demi kesehatannya. Dalam sudut pandang agama Islam

Berpuasakah Ibu Hamil dan Menyusui?

Oleh : dr. Tri Rejeki Herdiana Apakah Ibu Hamil Boleh Berpuasa?Berpuasa memang suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslimin. Namun ada kalanya seorang wanita diberikan keringanan untuk tidak berpuasa demi kesehatannya. Dalam sudut pandang agama Islam, ibu hamil memiliki ‘ijin khusus’  untuk tidak berpuasa apabila memang kesehatan mereka tidak memungkinkan dan aktifitas puasa yang mereka lakukan berbahaya bagi janin yang dikandung.

Dari sudut pandang medis, kemampuan berpuasa ibu hamil akan tergantung dari kondisi kesehatan mereka sendiri. Apabila seorang ibu hamil merasa dirinya cukup sehat, mampu memenuhi kebutuhan gizinya di kala berpuasa, diijinkan berpuasa setelah berkonsultasi dengan dokternya, dan janinnya dalam kondisi sehat, maka berpuasa di bulan Ramadhan tetap dapat dilakukan.

Umumnya berpuasa dapat dilakukan dengan baik pada ibu yang sedang mengalami kehamilan minggu ke 16-28 (4-7 bulan kehamilan). Pada masa kehamilan ini, tubuh seorang ibu hamil sudah beradaptasi dengan perubahan kadar hormonal kehamilan sehingga keluhan di kala kehamilan sudah tidak terlalu mengganggu.

Trimester Pertama

Pada trimester pertama kehamilan (minggu 1-13), berpuasa mungkin merupakan sesuatu yang berat dan tidak dianjurkan. Hal ini berkenaan dengan keluhan ibu hamil yang cukup banyak di trimester pertama karena proses adapatasi terhadap perubahan hormonal tubuh, seperti mual dan muntah. Mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan dehidasi (kekurangan cairan) dan juga berdampak terhadap kurangnya nutrisi pada janin yang sedang tumbuh. Padahal, trimester pertama merupakan trimester yang sangat penting karena di trimester inilah janin sedang mengalami pertumbuhan dan penyempurnaan organ.

Namun apabila kondisi ibu dalam keadaan sehat, tidak ada komplikasi kehamilan sebelumnya, tidak terjadi muntah-muntah yang berlebihan, janin dalam kondisi sehat, dan mendapatkan ijin dari dokter untuk berpuasa, maka puasa tetap dapat dijalankan seperti biasa. Puasa harus dihentikan apabila terjadi gangguan kesehatan pada Ibu  sehingga menyebabkan penurunan berat badan yang cukup signifikan.

Trimester Kedua

Pada trimester kedua (minggu 14-28), berpuasa tetap dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut :

  • Berat badan Ibu harus tetap naik sekitar 0,5 kg per minggu. Berpuasa harus dihentikan apabila berat badan Ibu mengalami penurunan
  • Ibu tidak boleh merasa lemah dan lemas sekali, dimana kadar gula dalam darah sangat menurun. Apabila terjadi kelelahan yang sangat maka disarankan untuk berbuka
  • Gerakan janin harus tetap sering dirasakan dan tidak mengalami perubahan. Apabila terdapat penurunan gerak janin atau janin tidak seaktif biasanya meskipun sudah dirangsang (berbaring miring dan mengelus perut), maka disarankan untuk berbuka puasa dan berkonsultasi ke dokter
  • Asupan makanan yang cukup pada waktu sahur dan buka puasa, bila perlu ditambah sewaktu tengah malam untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin dan Ibu
  • Apabila perlu, penambahan suplemen dalam kehamilan dapat diberikan setelah terlebih dahulu berkonsultasi ke dokter

Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga kehamilan (minggu 29-40) tidak disarankan seorang ibu hamil untuk berpuasa karena sudah mendekati masa melahirkan dimana janin membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk pertumbuhan. Janin yang sedang bertumbuh di rahim hanya mengandalkan asupan nutrisi yang diperoleh dari ibunya. Apabila kandungan nutrisi tidak mencukupi, dikhkawatirkan kesehatan janin dapat terganggu.

Apabila memang ibu hamil berniat untuk berpuasa, maka persyaratan seperti layaknya trimester kedua kehamilan tetap harus diikuti dan tentunya kesehatan ibu dan janin harus terus dipantau.

Bukan merupakan suatu kesalahan untuk berbuka puasa apabila memang tidak kuat berpuasa. Kesehatan tentunya harus diutamakan, terutama apabila menyangkut tumbuh kembang dan kesehatan janin. Terlebih lagi, ibu hamil sudah diberikan ‘ijin’ untuk tidak berpuasa berdasarkan aturan agama Islam. Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi untuk memaksa diri berpuasa apabila memang puasa dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Namun apabila memang kondisi ibu dan janin sehat dan mampu untuk berpuasa, silakan menunaikan ibadah puasa.

Apakah Ibu Menyusui Boleh Berpuasa?

Seperti juga layaknya ibu hamil. Ibu yang sedang menyusui pun diperbolehkan untuk tidak berpuasa dikarenakan kondisi tubuhnya yang sedang menyusui. Dari segi medis, berpuasa di kala menyusui sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, terutama usia bayi.

Ibu yang baru memiliki bayi berusia 0-6 bulan dianjurkan untuk tidak berpuasa. Hal ini dikarenakan ASI merupakan makanan utama bayi yang berusia 0-6 bulan. ASI eksklusif sangat dianjurkan bagi bayi berusia 0-6 bulan dikarenakan kelengkapan kandungan gizi ASI serta zat kekebalan tubuh untuk bayi yang dikandungnya. Apabila berpuasa menyebabkan produksi ASI menurun atau kondisi kesehatan ibu terganggu, maka disarankan untuk tidak berpuasa.

Ibu menyusui perlu menambahkan sekitar 300-400 kalori ekstra/hari di dalam dietnya guna memproduksi ASI yang baik. Menambahkan ekstra cairan baik air mineral, susu, maupun jus buah setiap harinya (12 gelas sehari) sangat baik untuk menghindari terjadinya dehidrasi. Minuman yang berkafein juga sebaiknya dihindari dikonsumsi dalam jumlah berlebihan karena dapat masuk ke ASI. Nikotin dari rokok dan obat-obatan sebaiknya jugua dihindari guna menjaga kualitas ASI.

Untuk sahur, disarankan ibu menyusui mengonsumsi makanan yang lama dicerna seperti karbohidrat kompleks (gandum, pasta, mie), kacang-kacangan, dan sayuran. Konsumsi makanan seimbang dan terutama mengandung banyak protein, kalsium, dan zat besi.

ASI tetap diproduksi selama ibu berpuasa, namun jumlah kandungan lemak di dalam ASI tersebut akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan bayi menjadi mudah lapar dan semakin sering menyusu. Ibu dapat menghindari hal tersebut dengan menambah asupan lemak di dalam makanan berupa keju, mentega, dan susu.

Tanda-tanda bayi tidak mendapatkan asupan ASI cukup adalah :

  • Air seni bayi berkurang (bayi baru lahir paling tidak berkemih sekitar 8-10 kali sehari)
  • BAB berwarna kehijauan
  • Bayi gelisah, rewel, dan terus menangis
  • Berat badan bayi berkurang atau bayi tidak meningkat berat badannya
  • Bayi terlihat kurang nyaman setelah menyusui atau membutuhkan asupan makanan tambahan lainnya

Berpuasa di kala menyusui sebaiknya dihentikan apabila terlihat tanda-tanda dehidrasi (kekurangan cairan) pada ibu, seperti :

  • Keluhan sangat haus
  • Air seni menjadi lebih pekat dan berwarna gelas
  • Ibu merasakan keluhan pingsan, kelelahan, dan lemas
  • Terdapat keluhan demam dan sakit kepala

Apabila ibu merasakan keluhan di atas atau terlihat bayi tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup, segeralah berkonsultasi ke dokter.[](TRH)

Kesehatan Kandungan

Konsultasi Dokter Terkait