Berita Kesehatan

Pendidikan Dokter Tidak Akan Cukup Lima-10-11 Tahun Saja..

Klikdokter, 10 Nov 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Isu komunikasi medis tersebut mengemuka atas tinjauan dari hasil polling pada kolom “Opini Anda” edisi 6 April 2009 di Klikdokter.com yang bertajuk : Sudah puaskah Anda pada cara pendekatan komunikasi para dokter Indonesia kepada pasien?

Pendidikan Dokter Tidak  Akan Cukup Lima-10-11 Tahun Saja..

Klikdokter.com berkesempatan untuk bertukar fikiran mengenai isu berkomunikasi dalam medis yang kompleks dengan salah satu tokoh kesehatan yang terpandang di Indonesia; Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat SpB-KBD pun menyambut ajakan diskusi Klikdokter.com dengan antusias.

Isu komunikasi medis tersebut mengemuka atas tinjauan dari hasil polling pada kolom Opini Anda” edisi 6 April 2009 di Klikdokter.com yang bertajuk : Sudah puaskah Anda pada cara pendekatan komunikasi para dokter Indonesia kepada pasien?

Polling yang diikuti beberapa responden, memberikan hasil terdapat suara 75,00% yang berpendapat mengalami ketidakpuasan pada cara pendekatan dokter kepada pasiennya. Sementara sisa suara 25,00% menyatakan sudah cukup puas dengan kondisi yang ada.

Sedikit banyak opini yang diterima oleh Klikdokter.com dari suara mayoritas responden yang ada cukup mengarahkan kepada opini bertajuk rencana “Perlukah penambahan materi pendidikan ilmu komunikasi kepada setiap calon dokter?” Dan Klikdokter.com pun berkesempatan memerkaya wawasan isu tersebut dengan Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat SpB-KBD.

Berdiskusi dengan beliau membuat seolah ruang tidak berwaktu. Akal dan fikiran diajak dalam sebuah turbulensi ilmiah yang kritis, tajam dan analistik. Opininya yang mendalam menghasilkan buah diskusi berupa mind-set yang harmonis dan komprehensif.

Pada awal sesi diskusi, pria yang selalu terlihat ramah dan antusias ini mengajak Klikdokter.com menilik kebelakang kiprah sejarah kependidikan dokter di Indonesia.

“Semakin banyak perkembangan di persoalan pendidikan kedokteran di Indonesia. Jika sekarang jumlah para lulusan fakultas kedokteran dalam setahun terdata sedikitnya 5.500 lulusan di seluruh Indonesia, pada tahun saya lulus (Pendidikan Kedokteran – Red.), lulusan yang ada hanya berjumlah 350 mahasiswa.” ujar beliau membuka diskusi.

Demikian adanya, semakin bertambahnya jumlah embrio ahli kesehatan yang setiap tahunnya, semakin berkembang pula bidang ilmu kedokteran karena selalu mengalami peninjauan penelitian di berbagai sektor yang membuka temuan-temuan fakta baru seputar ilmu medis. Sehingga menjadikan semakin luasnya kajian ilmu kedokteran yang ada.

“Kita (Indonesia–Red.) baru memiliki Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia yang pertama (KIPDI-1) pada tahun 1983.” lanjut prof. Syamsu, demikian ia biasa disapa.

Racikan kurikulum yang diprakarsai atas kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbentuk di New Delhi pada tahun 1983. Perumusan pemutakhiran ilmu medis dilakukan pada  saat berlangsungnya pertemuan Committee Oriented Medical Education (COME).”

Setelah sepuluh tahun kemudian berselang dari 1983, ilmu kedokteran terus mengalami perkembangan. Setiap waktu manusia terus mendapatkan temuan-temuan baru hingga memerkaya wawasan medis.

Hingga pada tahun 1993 KIPDI 2 diterbitkan. Dimana pada kurikulum ilmu kedokteran mengalami re-orientasi pada metode pembelajaran sebelumnya. Perubahan yang ada terjadi pada titik orientasi pandangan medis yang mulai mengambil perspektif scientific mutakhir dalam penelitian.

Melalui sudut pandang baru, ilmu kedokteran kembali melanjuti perkembangannya. Dimensi ilmu kedokteran menjadi semakin kompleks. Kompleksitas yang ada tidak lain disebabkan oleh banyaknya kontribusi pengetahuan baru yang luhur dalam perluasan horizontal khazanah dalam setiap departemen ilmu medis.

Akibatnya, "..body of knowledge ilmu medis tidak akan cukup dengan hanya mempelajari selama 10-11 tahun saja. Diperlukan strategi metode pembelajaran yg baru yang lebih efektif dan efisien." jelas beliau.

Disinilah persoalan mengemuka, jika inti dari ilmu kedokterannya saja tidak akan memiliki cukup waktu untuk masuk kedalam kapasitas otak seorang calon dokter, apalagi untuk dijejali ilmu komunikasi kepada pasien yang notabene merupakan kanal ilmu yang memiliki sub bagian pembahasan   detil yang berpotensi meluas lebih lanjut.

Bagai pisau bermata dua, seorang dokter dituntut wajib lebih jeli, tajam dan lebih peka dalam mencerna perkembangan situasi yang ada setelah dirinya membagi fokus kapasitas akal dan fikirannya kepada ilmu kedokteran yang masih terus berkembang hingga saat ini.

Diskusi terbawa pada posisi titik ambang batas kapasitas fikiran manusia. Seraya serentak seluruh anggota redaksi Klikdokter.com yang mengikuti diskusi bersama prof. Syamsu tersadar oleh kesimpulan yang luhur; ilmu yang kita miliki bagaikan setetes air ditengah samudra ilmu milikNya Yang Maha Luas.[]

Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat SpB-KBD

Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat SpB-KBD
Tanggal Lahir:
Tanjung Pinang,
7 November 1931

RIWAYAT PENDIDIKAN

Lulus Pendidikan Dokter:
1959
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Lulus Pendidikan Spesialis Bedah:
1963
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Guru Besar Ilmu Bedah:
1988
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Guru Besar Pensiun:
2001
dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

RIWAYAT ORGANISASI

Ikatan Dokter Indonesia:
1959 - sekarang

Majelis Kehormatan Etika Kedokteran
Ikatan Dokter Indonesia:
1967 - sekarang

Ikatan Ahli Bedah Indonesia:
1967 - sekarang

Anggota Konsorsium Ilmu Kedokteran:
1978 - 2004

Anggota Konsorsium Ilmu Kesehatan Indonesia:
2004 - sekarang

RIWAYAT JABATAN

Ketua Kolegium Ilmu Bedah Indonesia, 1978 – 1994

Ketua Kolegium Ilmu Bedah Digestif Indonesia,
1979 – 2008

Ketua Departemen (Kepala Bagian) Pendidikan Kedokteran FKUI,
2006 – 2009

Ketua Komisi Etika Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1998 – 2004

Founder Member and Life member, Asian Surgical Association, Hong Kong,
1976 – sekarang

Life member, National Geographic Society, USA,
1988 – sekarang

Life member, Kennedy Institute of Ethics, United States of America,
1996 – sekarang

Ketua Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan,
2007 – 2011

Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia,
1998 – sekarang

Member, New York Academy of Sciences,
United States of America,
1986 - 2001

Prof. Dr. R. Sjamsuhidajat SpB-KBD

Konsultasi Dokter Terkait