Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatSarafKenali Respon Stres pada Pria dan Wanita
Saraf

Kenali Respon Stres pada Pria dan Wanita

dr. Valda Garcia, 31 Mar 2020

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Pria diketahui lebih merespons stres dengan melakukan tindakan berisiko, sedangkan wanita lebih waspada. Kenapa bisa berbeda?

Kenali Respon Stres pada Pria dan Wanita

Ternyata, pria dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam merespons stres yang dialami. Menarik untuk disimak, seperti apa perbedaannya? Berikut ini penjelasannya!

Ada contoh sederhana. Bagi pasangan yang pulang larut malam karena harus menghadiri sebuah acara yang bikin kewalahan, ada tip yang bisa dicoba. Jika datang dengan membawa mobil pribadi, biarkan wanita yang menyetir.

Kenapa? Karena pria cenderung merespons situasi stres dengan melakukan lebih banyak tindakan berisiko, sedangkan wanita cenderung lebih waspada.

 

Bedanya Pria dan Wanita dalam Merespons Stres dalam Sebuah Studi

Perbedaan respons antara pria dan wanita terhadap stres ini terungkap lewat hasil percobaan psikologis, yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Southern Carolina, Amerika Serikat.

Artikel lainnya: 7 Dampak Stres pada Ibu Hamil

Penelitian tersebut menemukan perbedaan antara respons stres antara pria dan wanita. Pria cenderung meresponsnya dengan melakukan berbagai tindakan yang berbahaya, seperti merokok, berjudi, menggunakan obat-obatan ilegal, atau selingkuh.

Temuan tersebut, menurut peneliti, bisa dijelaskan melalui perkembangan evolusi.

Tim peneliti menjelaskan, pada zaman kuno dulu, tentu akan lebih menguntungkan kalau pria menjadi lebih agresif dalam situasi yang mengancam.

Sementara itu, wanita yang lebih banyak bertugas dalam merawat anak-anak menjadi lebih waspada. Hal yang terjadi di masa lalu ini dikatakan oleh tim peneliti turut memengaruhi perbedaan reaksi stres antara wanita dan pria.

Artikel lainnya: Daftar Tanaman Pengusir Stres untuk Anda

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal medis “PLoS One” ini, peneliti meminta 48 partisipan untuk bermain permainan pengambilan risiko (risk-taking game). Dengan memakai mouse dan keyboard, partisipan diminta untuk mengembungkan balon di layar dengan pompa.

Partisipan diberi tahu bahwa tiap tekanan yang dilakukan pada pompa bernilai 5 sen. Mereka bisa berhenti kapan saja dan menukarkan poin mereka dengan uang tunai kapan saja.

Akan tetapi, partisipan juga diberi tahu bahwa balon bisa pecah jika sudah mencapai ukuran yang dipilih secara acak. Bila ini sampai terjadi, mereka akan kehilangan semua uang yang telah dikumpulkan.

Selanjutnya, partisipan dibagi menjadi dua kelompok. Sebagian diminta mencelupkan tangan ke dalam air es selama 3 menit sebelum melakukan tes. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kadar hormon stres kortisol dalam aliran darah.

Artikel lainnya: Kenali 5 Tanda Stres Menyerang Keluarga Anda

Sementara itu, sebagian partisipan lain yang dijadikan kelompok pengontrol diminta mencelupkan tangan ke dalam air dengan suhu ruang. Kadar stres mereka tidak meningkat.

Dalam kelompok pengontrol, di mana pria dan wanita sama-sama tidak stres, mereka bertindak dengan risiko yang sama. Mereka sama-sama menggembungkan balon rata-rata sebanyak 40 kali, sebelum menukarnya dengan uang tunai.

Akan tetapi, pada kelompok partisipan yang stres, wanita rata-rata menggembungkan balon sebanyak 32 kali, sedangkan pria sebanyak 48 kali.

Menurut Dr. Nicole Lighthall, B.A., PhD, dosen program psikologi di Universitas Southern Carolina, salah satu peneliti, tindakan berisiko pada pria ini lebih terlihat pada pengambilan risiko yang berhubungan dengan keuangan.

Artikel lainnya: Sering Sakit Perut? Mungkin Bukan Masalah Pencernaan, tapi Stres!

Katanya lagi, perbedaan tingkah laku berisiko tersebut hanya terlihat saat wanita dan pria berada pada kondisi stres.

Ia meyakini bahwa pria merespons stres dengan prinsip “fight-or-flight” (hadapi atau tinggalkan) selama jutaan tahun. Sementara itu, partisipan wanita dalam penelitian terlihat lebih konservatif.

Pasalnya, jika wanita juga bertindak agresif dalam kondisi penuh tekanan, misalnya saat mencari makan di masa lampau, itu malah dapat membahayakan anak-anaknya.

Ada kalanya, mengambil tindakan berisiko justru merugikan. Kadang, bersikap cermat, penuh perkiraan, dan memikirkan secara perlahan adalah hal yang baik saat berada di bawah tekanan.

Artikel lainnya: Benarkah Stres Picu Infertilitas?

Berdasarkan penelitian, respons terhadap stres antara pria dan wanita memang berbeda, baik secara psikologis maupun biologis.

Wanita punya risiko lebih tinggi untuk mengalami stres jika dibandingkan dengan pria. Selain itu, saat sedang stres, wanita akan lebih sering menunjukkan tanda dan gejala stres ketimbang pria, baik secara fisik maupun emosional.

Jika membandingkan status pernikahan, wanita yang sudah menikah memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang masih single.

Respon Stres pada Pria

Salah satu faktor yang membedakan respons stres antara pria dan wanita adalah hormon. Ada tiga jenis hormon yang memegang peranan penting: kortisol, epinefrin, dan oksitosin.

Artikel lainnya: 3 Tanda Tidur Anda Terganggu karena Stres

Saat sedang stres, akan terjadi peningkatan produksi hormon krotisol dan epinefrin yang secara bersamaan juga dapat memicu peningkatan tekanan darah.

Respons otak terhadap hal tersebut adalah mengeluarkan hormon oksitosin, yang berperan untuk menenangkan dan mengontrol stres.

Pada kondisi tersebut, produksi hormon oksitosin pada pria lebih sedikit dibandingkan wanita. Akibatnya, pria tak punya cukup ‘senjata’ untuk meredam stres bila dibandingkan dengan wanita.

Hal tersebut juga memengaruhi respon pria terhadap stres. Karena, sedikitnya oksitosin yang diproduksi saat menghadapi stres cenderung bersifat fight-or-flight, yang mana akan melawan kondisi stres yang dialami.

Artikel lainnya: Yuk, Lakukan Meditasi Kundalini untuk Tangkal Stres!

Respon Stres pada Wanita

Ketika mengalami stres yang seiring dengan peningkatan kortisol dan epinefrin, tubuh memiliki respons untuk meningkatkan produksi oksitosin yang lebih banyak ketimbang pria, untuk bisa meredakan stres.

Berbeda dengan pria, karena produksi oksitosin yang tinggi saat stres, respons wanita terhadap stres cenderung bersifat “tend-and-befriend”. Artinya, wanita akan lebih memilih untuk membiasakan diri dengan keadaan ketimbang melawan.

Meski terdapat berbagai teori yang menyatakan perbedaan bagaimana pria dan wanita bereaksi terhadap stres, tetapi itu semua tidak bisa menjadi patokan yang baku.

Faktor eksternal seperti lingkungan dari tempat tinggal, keluarga, maupun ruang lingkup sosial juga dapat sangat mempengaruhi respons seseorang terhadap stres.

Masih penasaran dengan topik bedanya respons stres antara pria dan wanita atau seputar kesehatan mental? Anda juga bisa tanya langsung lewat fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter yang aktif 24 jam setiap hari. Anda juga bisa berbagi pengalaman lewat kolom komentar di bawah.

(RN/ RH)

StresOksitosinkortisolEpinefrin

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter