HomeInfo SehatPencernaanSeberapa Kotor Pencernaan Kita
Pencernaan

Seberapa Kotor Pencernaan Kita

Klikdokter, 23 Sep 2010

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Seberapa Kotor Pencernaan Kita

Seberapa Kotor Pencernaan Kita

Sumber : kompas.com

Menjaga keseimbangan ekosistem di dalam saluran pencernaan sungguh penting, supaya jumlah bakteri baik tetap memadai. Asupan makanan yang keliru akan mengotori pencernaan dan menjadi teman baik bakteri jahat.

Tak sedikit orang yang saking getolnya menjaga kesehatan sampai berperilaku berlebihan. Salah satu contoh perilaku berlebihan itu adalah rajin melakukan cuci usus. Setiap habis makan makanan yang dirasa berlebihan lemaknya, misalnya, orang seperti ini langsung cuci usus.

Kita patut kasihan kepada mereka, dan mengingatkan bahwa itu bukan cara yang tepat. Bahkan membahayakan kesehatannya sendiri. Kekhawatiran berlebihan menjadi gemuk atau sakit itu mungkin perlu diatasi dengan bantuan konseling psikologi. Yang pasti, The Mayo Clinic, Amerika Serikat, lembaga yang sangat dipercaya di bidang kesehatan, merekomendasikan bahwa cuci usus itu sama sekali tidak diperlukan dan bahkan bisa berakibat merugikan.

Cuci kolon yang juga populer di Indonesia beberapa tahun belakangan ini, dapat dikatakan merupakan tindakan perusakan alam yang semena-mena. Sebab sesungguhnya Tuhan telah mengatur sedemikian rupa sehingga kolon atau usus besar, sebagai bagian dari sistem pencernaan kita, dapat bekerja sendiri dengan sangat indahnya dalam menyerap air, mineral, elektrolit dalam fungsinya mengontrol berbagai fungsi tubuh.

Karena itu, sering melakukan cuci usus dalam jangka panjang, menurut Gensler, dapat menyebabkan anemia, malanutrisi dan bahkan gagal jantung. Yang terbaik dilakukan untuk menjaga keseimbangan flora di saluran cerna adalah memilih bahan pangan yang sesuai, yaitu makanan yang mengandung probiotik dan prebiotik.

Pertimbangkan makan suplemen
Walaupun demikian, mengonsumsi sumber probiotik dan prebiotik berlebihan, juga berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini bisanya terjadi pada mereka yang mengonsumsi suplemen probiotik secara berlebihan, sehingga terjadi probiotic bacteremia (di dalam darah terdapat bakteri berlebihan).

Oleh sebab itu jika ingin mengonsumsi suplemen probiotik sebaiknya terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter Anda, baik menyangkut jenis suplemen, lama penggunaan dan berapa banyak perlu mengonsumsinya.

Perlu diketahui, bahwa sejumlah efek samping mengonsumsi suplemen probiotik dapat terjadi. Antara lain kentut, bengkak, dan kadang terjadi komplikasi, bahkan dapat juga menyebabkan infeksi. Menurut Gensler, suplemen dapat menyebabkan stimulasi terlalu banyak pada sistem imun sehingga malah tidak dapat berfungsi optimal.

Bagaimanapun juga lebih aman jika kita mengonsumsi sumber probiotik dan prebiotik dari makanan. Menurut Gensler, diet probiotik dan prebiotik sebetulnya sangat mudah. Tidak berbeda dengan diet yang biasa disarankan oleh para pakar gizi untuk mencegah penyakit jantung koroner, kanker, gangguan pencernaan, ataupun diet untuk mengelola berat badan agar ideal.

Diet yang disarankan adalah banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur mayur dan buah-bahkan, biji-bijian, rendah lemak, daging dan rendah gula. Dengan pola makan seperti itu, dijamin bahwa kita akan segera merasakan manfaatnya dalam hal keseimbangan jumlah bakteri di saluran cerna, imunitas tubuh meningkat, saluran pencernaan lebih sehat, dan risiko sakit menurun.

Sayur dan buah kadang disebut sebagai raja dan ratu nutrisi, karena kandungan seratnya yang tinggi sehingga sangat membantu sistem pencernaan dan menjadi pendukung bakteri probiotik di dalam usus besar.Keuntungan mendapatkan bakteri probiotik dari makanan ialah bahwa bakteri dapat hidup di dalam perut. Jadi, singkirkan jauh-jauh pikiran yang serba mau instan tapi merusak flora usus dan kesehatan kita.

Konsultasi Dokter Terkait