Gigi Mulut

Stigma Masyarakat Terhadap Dokter Gigi

drg. Callista Argentina, 31 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Komunikasi dan sikap kritis pasien kepada dokter gigi sangat penting saat perawatan dilakukan. Mengapa demikian? Yuk, cari jawabannya di sini!

Stigma Masyarakat Terhadap Dokter Gigi

Pernahkah Anda mengalami perdarahan setelah cabut gigi, lalu tidak tahu apa yang harus dilakukan? Atau tambalan gigi yang lepas setelah makan? Hal-hal seperti ini bisa timbul akibat sikap pasien yang kurang kritis. Untuk tahu pentingnya sikap kritis pasien, baca selengkapnya di sini!

Dokter Gigi dan Stigma di Masyarakat

Pengalaman berobat ke dokter gigi di masa kecil memang banyak yang menyisakan rasa takut dan tidak nyaman. Semakin lama, hal ini menyebabkan terbentuknya stigma di masyarakat tentang dokter gigi.

Misalnya, dokter gigi yang jarang ngomong, tapi langsung mencabut atau mengebor gigi yang lagi sakit. Atau bentuk peralatan gigi yang terlihat menyeramkan, serta bau khas ruangan gigi yang tidak enak.

Hal-hal seperti inilah yang menjadi penyebab orang malas dan tidak rutin ke dokter gigi. Bahkan, ada yang menunggu sampai sakit gigi berat dulu baru mau ke dokter gigi.

Memori masa kecil dan stigma tersebut sebaiknya segera dihapus karena zaman sudah berubah. Peralatan gigi pun sudah semakin modern.

Profil seorang dokter gigi juga sudah tidak kaku, tidak galak, dan lebih informatif. Ruangan gigi juga sudah dibuat sedemikian rupa juga sehingga lebih nyaman.

Namun, ada hal lain yang harus dilakukan agar masyarakat bisa mendapatkan pengobatan yang baik, yaitu masyarakat harus kritis dan proaktif.

Pentingnya Pasien Mempunyai Sikap Kritis

Pasien-pasien di negara maju sudah semakin menyadari hak pasien bukan hanya mendapatkan pelayanan yang baik. Mereka juga berhak mendapatkan informasi yang objektif dan berimbang.

Artikel lainnya: 5 Alasan Orang Enggan ke Dokter Gigi

Namun terkadang, klinik gigi dengan pasien yang ramai membuat dokter gigi seakan-akan kurang membangun komunikasi yang baik dengan pasien. Di sinilah si pasien dituntut untuk bersikap kritis dan proaktif. Mengapa demikian?

Sikap kritis dan proaktif pasien akan bermanfaat untuk:

  • Tidak menimbulkan prasangka dan kesalahpahaman antara dokter gigi dan pasien.
  • Pasien memiliki informasi terhadap tindakan gigi yang sudah dilakukan dan bagaimana cara merawatnya, supaya tidak menimbulkan keluhan yang sama di masa datang.
  • Bila suatu saat pasien tersebut dirawat oleh dokter gigi lain, pasien dapat menceritakan riwayat kondisi dan perawatan giginya di masa lalu. Hal ini dapat menjadi acuan dokter gigi dalam memutuskan tindakan yang tepat dan diperlukan.
  • Tercapai pengobatan gigi yang optimal, sehingga diharapkan komunikasi dua arah pasien dan dokter yang lancar.
  • Pasien tahu hal-hal seperti bahan tambal apa yang digunakan, berapa lama ketahanannya, apa yang harus dilakukan supaya tambalan tersebut lebih lama bertahan dalam mulut, dan lain sebagainya.

Artikel lainnya: Kapan Waktu yang Tepat Membawa Anak ke Dokter Gigi?

Contoh Pentingnya Sikap Kritis dari Pasien

Ada banyak contoh pentingnya sikap kritis pasien ketika melakukan pemeriksaan ke dokter gigi. Beberapa contoh sikap kritis itu adalah:

  • Pasien meminta penjelasan yang lengkap dan detail mengenai penyakit yang dikeluhkan, rencana perawatan, tindakan yang dilakukan. Tanyakan juga risiko atau efek samping dari tindakan yang akan dilakukan.
  • Kurang informatifnya dokter gigi dapat menyebabkan citra si dokter menjadi buruk. Misalnya, seorang pasien mengeluhkan pengalamannya kepada teman tentang perawatan gigi berlubangnya yang ditambal oleh dokter gigi.

Menurut si pasien, tambalan tersebut tidak tahan lama dan mudah terkikis. Padahal, itu adalah tambalan sementara yang memang hanya dimaksudkan sebagai bahan tambal antar-kunjungan yang daya tahan maksimalnya adalah 1-2 minggu.

Ketidaktahuan semacam ini pada ujungnya dapat merugikan, baik dokter gigi maupun pasien sendiri.

  • Komunikasi yang buruk ditambah sikap pasien yang kurang kritis dapat menimbulkan prasangka. Misalnya, ada beberapa perawatan yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan, seperti perawatan saluran akar (endodontic).
  • Pasien pun perlu kembali lagi untuk menyelesaikannya. Ketika hal ini tidak disampaikan dokter gigi secara jelas, pasien bisa enggan kembali untuk kunjungan selanjutnya.

Artikel lainnya: Pasang Behel di Tukang Gigi, Ini Risikonya!

Selain itu, untuk menghindari kesalahpahaman di masa datang, setiap tindakan dokter gigi harus mendapat persetujuan pasien. Bila pasien masih di bawah umur maka orang tua yang memberikan persetujuan tersebut.

Hal ini disebut informed consent. Sebaiknya, informed consent berbentuk tertulis yang ditandatangani oleh wali pasien setelah mendapat penjelasan lengkap, termasuk mengenai risiko dan efek samping perawatan yang akan dilakukan.

Dengan adanya form tersebut, diharapkan pasien sudah mengerti. Bila terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan setelah perawatan, pasien tidak akan kaget karena sudah dijelaskan oleh dokter gigi yang merawatnya.

Itulah alasannya penting sekali sikan kritis pasien saat menjalani perawatan gigi. Lebih proaktiflah bertanya agar stigma buruk kepada dokter gigi perlahan bisa terhapus. Bila ingin mendapatkan informasi kesehatan gigi lainnya, Anda bisa unduh aplikasi KlikDokter!

[HNS/ RH]

Dokter Gigikesehatan gigi dan mulut

Konsultasi Dokter Terkait