HomeInfo SehatKulitTerapi Topikal untuk Mengatasi Jerawat
Kulit

Terapi Topikal untuk Mengatasi Jerawat

dr. Agung Mohamad Rheza, SpDV, 02 Sep 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Terapi topikal kerap menjadi pilihan utama untuk mengatasi jerawat. Berikut ini jenis-jenis terapi topikal yang bisa kamu aplikasikan untuk mengatasi jerawat.

Terapi Topikal untuk Mengatasi Jerawat

Jerawat atau akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan pada unit pilosebasea di folikel rambut. Jerawat termasuk keluhan masalah kulit yang sering dijumpai. 

Penyakit ini berlangsung kronis dan menimbulkan berbagai komplikasi baik secara klinis maupun psikologis. Ada berbagai cara pengobatan jerawat yang meliputi terapi sistemik, terapi hormonal, terapi fisik (pengelupasan/ peeling kimiawi, laser, suntik jerawat), terapi topikal, dan lainnya.

Namun, terapi topikal masih menjadi pilihan utama dalam mengobati dan mencegah komplikasi jerawat. Terapi topikal adalah pengobatan yang diaplikasikan langsung pada permukaan kulit atau selaput lendir dengan cara dioleskan. 

Terapi topikal jerawat biasanya merupakan pilihan utama pada kasus derajat ringan hingga sedang dan dikombinasikan dengan jenis terapi lainnya pada kasus acne vulgaris derajat berat. 

Berikut ini beberapa terapi topikal standar dan pendukung yang dapat membantu mengatasi jerawat:

1. Retinoid Topikal

Retinoid merupakan turunan vitamin A yang terdiri dari tretinoin, adapalen, tazaroten, retinaldehid, dan isotretinoin. Cara kerja retinoid yaitu menormalkan proses keratinisasi folikel sehingga mampu mencegah pembentukan komedo dan meningkatkan penyerapan terapi topikal jerawat lain. 

Retinoid juga memiliki efek antiradang sehingga tepat digunakan untuk lesi jerawat yang meradang. Selain digunakan sebagai terapi awal, retinoid juga dapat digunakan sebagai terapi perawatan dan pencegahan kekambuhan jerawat. 

Reaksi yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan retinoid topikal antara lain kulit kering, mengelupas, kemerahan, dan iritasi. Perlu diperhatikan bahwa retinoid topikal dapat meningkatkan risiko fotosensitivitas. Artinya, bagian tubuh yang diberikan retinoid akan menjadi lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari. 

Itu sebabnya, pengguna retinoid topikal disarankan juga menggunakan tabir surya. Retinoid tidak boleh digunakan pada ibu hamil, ibu menyusui, yang sedang merencanakan kehamilan, dan punya riwayat hipersensitivitas sebelumnya.

2. Benzoil Peroksida

Benzoil peroksida (BPO) memiliki banyak fungsi. Beberapa diantaranya yaitu, meluruhkan komedo dan keratin. Selain itu,  benzoil peroksida juga punya sifat antimikroba, antiradang, dan mempercepat penyembuhan luka. 

Pemakaiannya tergantung derajat keparahan jerawat dan tidak digunakan sebagai terapi satu-satunya. Benzoil peroksida dapat menyebabkan reaksi di kulit berupa iritasi sesaat yang akan mereda bila pemakaian diteruskan. 

Konsentrasi benzoil peroksida yang tersedia di pasaran saat ini antara 2,5-10%. Semakin tinggi konsentrasinya, akan semakin tinggi juga risiko iritasi yang dapat ditimbulkan.

3. Antibiotik Topikal

Antibiotik topikal digunakan untuk mengatasi Cutibacterium acnes, bakteri penyebab jerawat.  Jenis terapi topikal jerawat ini juga punya efek antiradang. 

Antibiotik yang sering dipakai sebagai terapi untuk jerawat adalah eritromisin, klindamisin, kuinolon, dan tetrasiklin. Eritromisin dan klindamisin biasanya dikombinasikan dengan benzoil peroksida untuk mengurangi resistensi kuman. 

Adapun yang termasuk golongan kuinolon adalah nadifloksasin, yang jika dikombinasikan dengan retinoid efektif mengurangi jumlah lesi pada jerawat ringan hingga berat. Sementara antibiotik golongan tetrasiklin yaitu minosiklin, juga dilaporkan memberikan hasil yang baik untuk kasus jerawat ringan hingga berat. 

Saat ini antibiotik topikal yang tersedia di Indonesia hanya eritromisin, klindamisin, dan nadifloksasin.

4. Asam Azeleat

Asam azeleat (AA) biasa direkomendasikan sebagai alternatif pada kasus jerawat dengan kulit sensitif dan riwayat hipersensitivitas terhadap retinoid. Cara kerjanya yaitu dengan menghilangkan komedo, antibakteri, dan antiradang. 

Asam azeleat juga menjadi terapi pilihan pada pasien jerawat dengan riwayat hiperpigmentasi pascainflamasi (HPI). Suatu studi menunjukkan, efektivitas asam azeleat tidak berbeda signifikan jika dibandingkan dengan retinoid. Itu sebabnya, asam azeleat dapat menjadi alternatif penyembuhan jerawat. 

5. Asam Salisilat

Asam salisilat (AS) adalah obat kulit yang telah dikenal sejak lama. Asam salisilat bermanfaat untuk mengurangi komedo dan punya efek antiradang. 

Efektivitasnya memang tidak lebih baik daripada retinoid. Namun, Asam salisilat dapat diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap retinoid dan asam azeleat.

Dalam perkembangannya, banyak studi yang mencoba mencari jenis terapi topikal baru sebagai alternatif cara mengatasi jerawat. Sebab, proses peradangan jerawat sangat kompleks. Ditambah lagi, terapi topikal yang tersedia saat ini punya berbagai efek samping. 

Beberapa obat-obatan topikal terbaru, diantaranya clascoterone (sudah disetujui US Food and Drug Administration untuk pengobatan jerawat), olumacostat glasaretil, simvastatin, dan spironolakton. Namun obat-obatan ini belum tersedia di Indonesia.

Selain terapi topikal utama yang telah disebutkan diatas, pasien dapat juga diberikan terapi tambahan untuk pengobatan jerawat. Misalnya, dengan zink yang bekerja dengan mencegah pertumbuhan kuman, menurunkan kadar enzim yang menyebabkan peningkatan aktivitas kelenjar minyak, serta efek antiradang. 

Ada pula niacinamide yang kerap dipakai sebagai kombinasi klindamisin atau zink topikal sehingga dapat memperbaiki luka jerawat. Terapi topikal lain juga menggunakan Tea tree oil (TTO), minyak dari tumbuhan Melaluca alternifolia, yang memiliki efek antibakteri serta antiradang walaupun minimal.

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menemukan obat-obatan terbaru yang berpotensi mempercepat penyembuhan dan mengurangi komplikasi jerawat. Yang pasti, tata laksana topikal jerawat hingga saat ini masih terus berkembang dengan efektivitas yang berbeda-beda dari setiap obat. 

Dengan begitu banyaknya obat yang bisa diperoleh tanpa resep, pasien dengan jerawat diharapkan berkonsultasi dulu kepada dokter spesialis kulit. Dengan demikian, akan diperoleh diagnosis dan rekomendasi tata laksana yang tepat sesuai kondisi masing-masing. 

Kamu bisa gunakan layanan tanya dokter untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan yang berkompeten. Yuk, #JagaSehatmu bersama KlikDokter.

(JKT)

Dokter terkait: dokter spesialis kulit dan kelamin

Kulit berjerawat

Konsultasi Dokter Terkait