Jadikan Masyarakat Sebagai Aset, Bukan Konsumen!
Klikdokter, 30 Agt 2010
Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter
Prof. dr, Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP
Klikdokter.com berkesempatan bertemu dengan salah satu tokoh kesehatan yang memiliki posisi strategis dalam proses penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Indonesia, Ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), Prof. dr, Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP
Kehadiran KKI ditengah masyarakat yang berfungsi sebagai regulator yang mewadahi konsil kedokteran dan kedokteran gigi di Indonesia. Dimana konsil ini merupakan representasi seluruh lembaga-lembaga bidang kedokteran lainnya. Tidak hanya para pelaku kesehatan, pula bertindak sebagai perwakilan dari konsil itu sendiri juga terdiri dari representasi dari masyarakat.
Beliau yang baru dilantik oleh Presiden sebagai Ketua KKI pada tanggal 4 September 2009 lalu berbicara mengenai tantangan kelangsungan pembinaan pelayanan kesehatan yang optimal di Indonesia.
“Untuk pembinaan kesehatan di Indonesia, menurut pendapat saya harus ada peran konsisten dari ‘Segitiga Kesehatan’. Dimana tiga sisi kesehatan meliputi Institusi Departemen Kesehatan – Ikatan Dokter Indonesia – Konsil Kedokteran Indonesia. Segitiga aspek ini merupakan ‘anchor’ dari mutu pelayanan di Indonesia,“ tutur pria kelahiran 54 tahun.
Apa kira-kira tantangan dalam proses realisasi hal tersebut?
Kita ada 3 tantangan. Pertama, dokter dan masyarakat di Indonesia dewasa ini belum terlingkup asuransi. Jika masyarakat terjamin , maka layanan medis yang optimal semakin mudah diakses dimana-mana.
Lalu kedua, tenaga dokter yang ada sekarang dirasa kurang strategis. Bisa dibayangkan jika kita melihat dokter sebagai jaminan aset negara, dengan keterjaminannya, negara bisa sedikit berharap, bisa menuntut, meminta pengabdian dokter kepada masyarakat lebih loyal. Pun berlaku sebaliknya juga kepada masyarakat. Jika kita semua melihat masyarakat sebagai aset – bukan konsumen, maka akan terwujud pula bagaimana kita melihat aspek penting kesejahteraan masyarakat dalam kelangsungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Lalu tantangan yang terakhir adalah globalisasi, kita mau memasuki AFTA 2010 (Asean Free Trade Area-Red) dimana layanan kesehatan dimasukkan ke dalam kategori barang atau jasa yang bisa dibebaskan. Posisi kita salah kaprah disini, jika kita terjun kedalam era perdagangan bebas hanya demi menjaga pasien-pasien Indonesia tidak lari ke luar negeri. Kenyataannya, kompetisi dibuka bebas hanya untuk menjaga 300.000 jiwa dibandingkan 260 juta jiwa lainnya di Indonesia.
Tepatnya, kompetisikanlah untuk menjaga layanan kesehatan kepada 260 juta jiwa rakyat Indonesia untuk sama kualitas hidupnya seperti yang 300.000 jiwa yang keluar negeri tersebut.[](DA)
Prof. dr, Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP
RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI
Nama:
Prof. dr, Menaldi Rasmin, Sp.P(K), FCCP
Tanggal Lahir:
Jakarta, 30 September 1955
Status:
Menikah
Istri :
dr. Sri Linuwih SW., SpKK
Anak :
Adhityawarman Menaldi Rasmin
Rizki Radhitya Menaldi Rasmin
RIWAYAT PENDIDIKAN
Lulus Pendidikan Dokter:
1981
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Lulus Pendidikan Spesialis:
1991
Spesialis Paru
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Consultant in Interventional :
1994
Pulmonology – Respiratory Emergency & Critical Care,
Collegium of Indonesian Society of Pulmonologist
FUNCTIONAL POSITION
1982-1985
Head, District Public Health Centre- West Sumatera Province
1986- present
Doctor (GP-Pulmonologist)- Persahabatan Hospital, Jakarta
1994-1996
Vice Head, ICU- Persahabatan Hospital, Jakarta
2003-2005
Member, Committee of Indonesian Medical Education (DGHE)
SRUCTURAL POSITION
1994-1996
Head of Division, Interventional Pulmonology – Respiratory
Emergency & Critical Care, Dept.of Pulmonology FMUI
1995-1998 : Secretary, Pulmonology Study Program, FMUI
1997-2000 : Vice Dean for Student Affairs, FMUI
2001-2003 : Chairman. Continouing Medical Education (CME) Unit, FMUI
2004-2008 : Dean, Fac.of Medicine, Univ.of Indonesia (FMUI), Jakarta
Konsultasi Dokter Terkait
Artikel Terkait