Kesehatan Bayi

Tanda Serangan Epilepsi pada Bayi yang Wajib Diketahui

dr. Reza Fahlevi, 08 Jun 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Anda mesti tahu tanda dan gejala epilepsi pada bayi. Karena, bila terdeteksi dini, epilepsi bisa segera ditangani dengan tepat. Berikut tanda dan gejala yang harus diperhatikan.

Tanda Serangan Epilepsi pada Bayi yang Wajib Diketahui

Epilepsi bisa terjadi pada semua golongan umur, termasuk sejak bayi baru lahir dan anak-anak. Risiko epilepsi meningkat apabila terdapat riwayat epilepsi pada anggota keluarga, bayi lahir prematur, gangguan metabolisme, atau infeksi pada bayi baru lahir. 

Tanda epilepsi tidak hanya kejang, dapat juga disertai gejala lainnya. Namun, tidak semua kejang adalah epilepsi. 

Pada bayi, kejang akibat serangan epilepsi bisa menimbulkan masalah serius pada otak. Hal ini nantinya akan menyebabkan hambatan pada perkembangannya. 

Mengetahui tanda-tanda epilepsi pada anak dan mendeteksinya sejak dini dapat membantu menentukan pengobatan yang sesuai.

Apa saja tanda-tanda epilepsi pada bayi yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh orang tua? Berikut di antaranya:

1. Kejang Berulang

Tanda gejala epilepsi pada anak yang pertama kali terlihat adalah kejang. Namun, bentuk kejang dapat berbeda-beda pada setiap anak. 

Kejang dapat berupa kaku dan lepas secara cepat (kelojotan), terkaget-kaget, terdiam seperti patung, atau terjatuh tiba-tiba. Kejang tersebut terjadi berulang dalam waktu 24 jam. 

2. Bayi Sering Terlihat Bengong

Ketika anak sedang beraktivitas namun tiba-tiba bengong dan tidak menyahut ketika dipanggil, kemudian tersadar kembali setelah waktu tertentu, maka hati-hati! Bisa jadi ini adalah salah satu bentuk kejang. Segera periksakan ke dokter anak. 

Jika memungkinkan, dokumentasikan ketika anak sedang mengalami hal tersebut agar dokter anak dapat menilai apakah itu kejang atau bukan. 

3. Bayi Sering Terlihat Kebiruan Saat Kejang

Apabila saat kejang terjadi, bibir dan ujung-ujung jari anak tampak berwarna kebiruan, itu artinya anak kekurangan oksigen. 

Ketika kejang terjadi, aktivitas pernapasan termasuk saluran pernapasan dan otot pernapasan tidak berfungsi dengan normal karena pusat pengatur pernapasan di otak turut terganggu. Akibatnya, oksigen tidak dapat optimal diterima oleh sel-sel tubuh. 

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemberian oksigen saat anak sedang mengalami kejang. 

Bila anak kejang terlalu sering dan tidak ada rumah sakit terdekat, maka sebaiknya sedia tabung oksigen di rumah sambil memberikan obat untuk menghentikan kejang sebagai pertolongan pertama. 

Artikel lainnya: Orang Tua Harus Tahu Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi pada Anak

4. Kejang Tidak Memiliki Suatu Pemicu yang Jelas

Berbeda dengan kejang demam yang dipicu oleh kondisi demam yang tinggi, kejang pada epilepsi terjadi tanpa demam atau pemicu lainnya. 

Bila bayi mengalami kejang tanpa pemicu yang jelas untuk pertama kalinya, segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Karena, bisa saja itu merupakan tanda penyakit epilepsi pada bayi.

5. Bayi Beraktivitas Biasa Setelah Kejang

Setelah kejang terjadi, apa pun bentuk kejangnya, anak dapat beraktivitas seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. 

Pada bayi yang lebih kecil, ia bisa kembali menangis dan minta menyusu. Karena itu, waspadalah dengan tanda penyakit epilepsi pada anak yang satu ini. 

6. Dapat Disertai Keterlambatan Perkembangan

Epilepsi merupakan akibat dari aktivitas sinyal listrik otak yang tidak normal. Hal ini nantinya berisiko mengganggu perkembangan otak anak. Alhasil, perkembangan anak dan proses belajarnya dapat terganggu. 

Bila anak kejang berulang dan perkembangannya tampak lebih lambat dari anak seusianya, orang tua perlu lebih waspada. 

Artikel lainnya: Bayi Kuning Hari Pertama Kelahiran Penyebab Kejang pada Anak

7. Dapat Disertai Gangguan Motorik Menetap

Ini juga merupakan tanda epilepsi pada bayi yang perlu diwaspadai. Saat terjadi kejang, aktivitas dan fungsi tubuh lainnya ikut terganggu. Salah satunya sistem pernapasan yang membantu menyuplai oksigen ke seluruh tubuh, termasuk otak. 

Bila otak kekurangan oksigen dalam waktu lama dan berulang, maka dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak secara permanen. Dampaknya adalah gangguan motorik pada anak yang menetap, seperti kaku pada anggota gerak. 

Selain tanda dan gejala di atas, pemeriksaan lebih lanjut seperti tes darah, urine, elektroensefalogram (EEG) untuk merekam aktivitas otak, dan MRI diperlukan untuk mendiagnosis epilepsi pada anak. 

Orang tua harus waspada namun juga tidak panik saat anak kejang. Begitu melihat tanda-tanda di atas terjadi pada anak, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. 

Semakin cepat penegakan diagnosis dan penanganan, semakin baik bagi anak untuk membantu tumbuh kembangnya. 

Jika Anda ingin tanya lebih lanjut seputar tanda epilepsi pada bayi dan anak-anak, konsultasikan lewat Live Chat dengan dokter. Dapatkan info penyakit dan penanganannya hanya di  aplikasi KlikDokter.

[RS]

BayiEpilepsi

Konsultasi Dokter Terkait