HomeIbu Dan anakKesehatan BayiMitos dan Fakta Seputar MPASI
Kesehatan Bayi

Mitos dan Fakta Seputar MPASI

dr. Dyan Mega Inderawati, 02 Feb 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Banyak pendapat yang dianut masyarakat terkait MPASI, namun sayangnya tidak semuanya benar. Nah, apa saja fakta seputar MPASI yang wajib diketahui oleh orangtua?

Mitos dan Fakta Seputar MPASI

Menyambut kelahiran buah hati adalah hal yang membahagiakan bagi setiap orangtua. Semua peralatan sudah dipersiapkan, berbagai sumber cara mendidik anak juga sudah dibaca, namun apakah Anda siap dengan dengan bekal pengetahuan tentang cara pemberian nutrisi pada anak?

Setelah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, energi tidak lagi cukup didapatkan dari ASI saja, saat itulah bayi membutuhkan sumber energi tambahan dari bahan makanan padat pertamanya. Pengetahuan tentang makanan pendamping ASI atau MPASI penting untuk dimiliki para orangtua sebagai bekal pemberian makanan yang terbaik untuk bayinya.

Banyak pendapat yang dianut masyarakat terkait MPASI ini, namun sayangnya tidak semuanya benar. Oleh karena itu, simak penjelasan lengkap mengenai fakta seputar MPASI di sini:

Semakin cepat memulai MPASI, semakin baik.

Fakta: Sesuai dengan rekomendasi WHO dalam “Complementary feeding: Family foods for breasfed children”, MPASI sebaiknya dimulai setelah bayi berusia 6 bulan atau 180 hari.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan terbukti dapat melindungi bayi dari infeksi saluran cerna (Kramer et al., 2001), dan meningkatkan perkembangan motorik (Dewey et al., 2001). Selain itu, ASI eksklusif selama 6 bulan dapat berfungsi sebagai KB alami dengan metode amenorea pada ibu dan mempercepat penurunan berat badan setelah melahirkan (Dewey et al., 2001).

Apakah ASI saja cukup memenuhi kebutuhan bayi? Jangan khawatir, pemberian ASI saja selama 6 bulan sangat cukup memenuhi kebutuhan energi bayi, dengan catatan status gizi ibu juga baik.

Dengan saran dari dokter, pemberian MPASI dapat dimulai lebih awal, yaitu pada usia 4-6 bulan dengan kondisi sebagai berikut: 1) Berat badan bayi tidak naik dengan memadai, sekalipun pemberian ASI sudah optimal; 2) Bayi cepat terlihat lapar kembali setelah mendapatkan cukup ASI.

Kurang dari 4 bulan, bayi tidak direkomendasikan untuk diberikan makanan tambahan, karena fungsi motorik lidah belum berkembang secara sempurna dan saluran pencernaannya dianggap belum matang untuk mencerna makanan padat yang masuk.

Saat anak sudah mulai MPASI, frekuensi menyusui sebaiknya dikurangi.

Fakta: WHO merekomendasikan frekuensi menyusui harus tetap dipertahankan sama dengan sebelumnya. Pemberian makanan padat juga sebaiknya dilakukan setelah bayi menyusu. Susui bayi saat bayi ingin menyusu, tidak perlu dibatasi. Di awal MPASI, ASI masih tetap sebagai sumber utama energi bayi.

Pada bayi yang lebih tua usianya (12-23 bulan), 35-40% kebutuhan energinya masih dipenuhi dari ASI. Selain itu, ASI adalah sumber asam lemak esensial yang penting untuk tumbuh kembang bayi. Saat usia bayi 15-18 bulan, sebagian kebutuhan mikronutrien juga masih dipenuhi lewat ASI, yaitu 70% vitamin A, 40% kalsium, dan 37% riboflavin.

Pada awal perkenalan MPASI, sebaiknya langsung memberikan bahan makanan kombinasi kepada bayi.

Fakta: Sebagian besar sumber menyarankan pemberian makanan tunggal pada awal perkenalan MPASI, misalnya puree beras merah dengan ASI. Tujuan yang pertama adalah perkenalan rasa tunggal pada bayi. Rasa tunggal ini diperkenalkan selama tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari tersebut, dilakukan pemantauan apakah terjadi reaksi alergi pada bayi atau tidak.

Reaksi alergi tersebut dapat berupa kemerahan pada kulit, konstipasi, bahkan diare. Apabila makanan yang diberikan pada awal MPASI merupakan kombinasi beberapa bahan makanan sekaligus dan terjadi reaksi alergi, akan sulit menentukan bahan makanan mana yang sebenarnya menyebabkan alergi tersebut.

Ketika anak tidak mau makan, berikan jus sebanyak-banyaknya karena jus dapat memberikan energi pengganti makanan utamanya.

Fakta: Terlalu banyak jus justru akan semakin mengurangi nafsu makan anak dan dapat mengakibatkan fesesnya menjadi lebih cair. American Academy of Pediatrics (1998) merekomendasikan pemberian jus tidak lebih dari 240 cc setiap harinya. Selain itu, studi yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa konsumsi jus yang berlebih dapat mengakibatkan anak gagal tumbuh (Smith and Lifshitz, 1994), postur tubuh pendek, dan obesitas (Dennison et al., 1997).

Saat anak sedang sulit makan, misalnya karena sakit, tetap berikan dukungan kepada anak untuk makan makanan utamanya. Namun janganlah memaksanya. Tawarkan menu makanan yang menarik dan bervariasi dalam porsi kecil namun sering, untuk meningkatkan nafsu makannya. Ciptakan suasana yang menyenangkan saat anak makan.

Madu adalah bahan makanan yang baik dan sehat untuk diberikan pada bayi.

Fakta: Madu tidak direkomendasikan untuk diberikan pada bayi berusia kurang dari 12 bulan. Hal ini dikarenakan kemungkinan terdapatnya bakteri Clostridium botulinum yang mungkin mencemari madu. Bakteri ini dapat mengakibatkan konstipasi pada bayi, hilangnya nafsu makan, lemas, dan gangguan pernapasan. Gejala akibat infeksi Clostridium botulinum biasanya terjadi 3-30 hari setelah bayi mengonsumsi madu.

Setelah bayi berusia satu tahun, Anda baru boleh memberikannya madu karena pencernaannya akan lebih matang dan pertahanannya akan lebih kuat terhadap bakteri-bakteri pencemar makanan.

MPASINutrisi Untuk Balita

Konsultasi Dokter Terkait