6 Dampak Buruk Rokok terhadap Rongga Mulut

Tidak dapat dipungkiri, Anda pasti memiliki rekan, keluarga, serta relasi yang merupakan penikmat rokok. Kebiasaan tersebut memang sudah sangat melekat pada sebagian orang, bahkan sulit untuk dihentikan. Meski produk rokok telah mencantumkan pictorial health warning atau gambar seram sebagai peringatan kesehatan, nyatanya konsumsi rokok masyarakat tetap tinggi. Hal ini tentu meresahkan, mengingat penyakit-penyakit mematikan yang menghantui para perokok aktif seperti jantung, kanker paru-paru, stroke, dan sebagainya.

Fakta di atas telah sering dibahas dalam berbagai kesempatan untuk mengingatkan bahaya rokok terhadap tubuh. Namun sayangnya, masih sedikit sekali informasi yang diterima oleh masyarakat bahwa kebiasaan merokok juga berbahaya bagi kesehatan gigi serta rongga mulut.

Durasi merokok, jenis rokok, seberapa dalam rokok diisap, serta jumlah rokok yang diisap akan berpengaruh terhadap seberapa besar efek yang ditimbulkan rokok pada gigi dan rongga mulut. Sebagian orang menduga bahwa perubahan warna pada gigi merupakan satu-satunya efek buruk yang ditimbulkan. Tentu saja hal itu tidak benar. Merokok juga membahayakan jaringan pendukung gigi seperti gusi dan tulang alveolar.

Berikut adalah enam dampak buruk merokok terhadap rongga mulut, selengkapnya di halaman selanjutnya:

Berikut adalah enam dampak buruk merokok terhadap rongga mulut:

• Bau mulut yang kurang sedap
• Mempermudah terjadinya pembentukan plak pada permukaan gigi, yang kemudian mengeras menjadi karang gigi dan berisiko terhadap penyakit periodontal (penyakit pada jaringan pendukung gigi)
• Memperlambat dan menghambat penyembuhan luka pencabutan gigi dan luka pascaoperasi di sekitar rongga mulut
• Kanker rongga mulut
• Kegagalan dalam perawatan pemasangan implan gigi
• Penyakit oral leukoplakia, yang merupakan penyakit prakanker

Bagi Anda yang merupakan perokok aktif, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter gigi untuk memastikan kesehatan rongga mulut. Janganlah menunggu sampai ada keluhan, baru melakukan kontrol. Penanggulangan yang dilakukan lebih cepat tentu lebih baik dan lebih murah dari segi biaya, ketimbang penanganan yang dilakukan dalam kondisi yang sudah parah.