Masalah Kehamilan

Retensi Plasenta

Tim Medis Klikdokter, 14 Apr 2022

Ditinjau Oleh

Icon ShareBagikan
Icon Like

Retensi plasenta merupakan suatu kondisi kehamilan di mana plasenta tidak dapat terlepas dari dinding rahim, penyebab, gejala, pengobatan

Pengertian

Retensi plasenta merupakan suatu kondisi kehamilan di mana plasenta tidak dapat terlepas dari dinding rahim. Secara umum, plasenta seharusnya terlepas dari dinding rahim pada kurun waktu 30 menit setelah persalinan.

Pada retensi plasenta, sebagian atau seluruh plasenta tetap terlekat. Hal ini dapat membuat seorang wanita yang baru melahirkan kehilangan darah berlebihan setelah persalinan.

Terdapat tiga jenis retensi plasenta yang dapat terjadi, yaitu:

  • Plasenta adherens. Plasenta adherens merupakan tipe retensi plasenta yang paling sering ditemui. Hal ini terjadi apabila rahim mengalami kegagalan kontraksi yang cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta.
  • Plasenta terperangkap (trapped placenta). Plasenta terperangkap terjadi apabila plasenta terlepas dari dinding rahim namun tidak dapat keluar dari tubuh. Hal ini seringkali terjadi apabila mulut rahim mulai menutup sebelum plasenta dikeluarkan, yang menyebabkan plasenta menjadi terperangkap di belakangnya.
  • Plasenta akreta. Plasenta akreta merupakan kondisi ketika plasenta merekat ke lapisan otot pada dinding rahim dan bukan pada dinding rahim.  Hal ini seringkali membuat persalinan lebih sulit dan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Penyebab

Retensi plasenta dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk:

  • Tertanamnya plasenta pada bagian dalam dinding rahim.
  • Kontraksi rahim yang tidak cukup kuat untuk mendorong plasenta keluar dari rahim.
  • Pelekatan sebagian atau seluruh plasenta pada dinding rahim.
  • Plasenta yang sudah terlepas dari rahim namun tidak dapat dikeluarkan dari tubuh, akibat mulut rahim yang sudah mulai menutup.

Penyakit Retensi Plasenta - KlikDokter.com (nd3000/Shutterstock)

Gejala

Tanda terjadinya retensi plasenta yang paling sering ditemui adalah kegagalan sebagian atau seluruh plasenta keluar dari tubuh dalam kurun waktu satu jam setelah persalinan. Bila plasenta menetap di dalam, wanita bersalin umumnya mengalami gejala sekitar satu hari setelah persalinan. Gejala retensi plasenta yang terjadi satu hari setelah persalinan dapat berupa:

  • Demam
  • Terdapat cairan  vagina yang mengandung gumpalan jaringan
  • Perdarahan berlebih yang menetap
  • Nyeri yang menetap

Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya retensi plasenta adalah:

  • Berusia di atas 30 tahun
  • Melahirkan sebelum usia kehamilan 34 minggu, atau terjadi persalinan prematur
  • Pernah memiliki riwayat kala satu atau kala dua persalinan yang memanjang
  • Pernah memiliki riwayat bayi yang lahir meninggal

Artikel Lainnya: Penyebab dan Bahaya Plasenta Tertinggal Pascamelahirkan

Diagnosis

Dokter dapat menetapkan diagnosis retensi plasenta dengan memeriksa keutuhan plasenta yang keluar dari vagina secara teliti. Plasenta memiliki bentuk yang khas.

Adanya bagian kecil yang tidak lengkap merupakan petunjuk yang perlu diperhatikan. Namun pada beberapa kasus, dokter bisa saja tidak memperhatikan adanya bagian kecil yang terlepas dari plasenta. Ketika hal ini terjadi, umumnya pasien menunjukkan tanda atau gejala segera setelah persalinan.

Bila terdapat kecurigaan adanya retensi plasenta, dokter dapat melakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat kondisi rahim. Jika ada bagian tertentu dari plasenta yang hilang, dibutuhkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi.

Penanganan

Penanganan retensi plasenta melibatkan pengangkatan seluruh plasenta atau bagian tertentu plasenta. Hal ini meliputi beberapa prosedur berikut:

  • Pengeluaran plasenta dengan menggunakan tangan oleh tenaga kesehatan. Namun, hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
  • Menggunakan pengobatan yang diresepkan oleh dokter yang berfungsi merelaksasi rahim atau meningkatkan kontraksi. Hal ini dapat membantu tubuh mengeluarkan plasenta.
  • Pada beberapa kasus, menyusui juga efektif dalam mengatasi retensi plasenta. Aktivitas menyusui mendorong pelepasan hormon yang meningkatkan kontraksi rahim.
  • Dokter juga dapat menyarankan untuk berkemih. Terkadang, kandung kemih yang penuh dapat menghambat pengeluaran plasenta.
  • Bila penanganan tersebut tidak dapat membantu masalah ini, bisa saja diperlukan pembedahan untuk mengeluarkan plasenta atau jaringan yang tersisa. Namun, karena pembedahan selalu memiliki risiko, prosedur ini umumnya dijadikan sebagai pilihan terakhir.

Pencegahan

Retensi plasenta dapat dicegah dengan menunjang pengeluaran plasenta yang lengkap saat kala tiga persalinan. Langkah-langkah tersebut dapat berupa:

  •  Pemberian pengobatan yang mendukung kontraksi rahim dan pengeluaran plasenta. Oksitosin merupakan salah satu tipe pengobatan yang dapat diberikan oleh dokter.
  • Dapat dilakukan peregangan tali pusat terkendali setelah plasenta terlepas. Saat hal ini dilakukan, tenaga medis memegang tali pusat menggunakan klem dan meregangkan tanpa menariknya. Hal ini dapat mendukung pengeluaran plasenta setelah bayi lahir.
  • Stabilisasi dari rahim melalui sentuhan saat melakukan peregangan tali pusat terkendali.