Masalah Infeksi

Leptospirosis

dr. Devia Irine Putri, 01 Nov 2022

Ditinjau Oleh

Icon ShareBagikan
Icon Like

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bagaimana cara penularan penyakit leptospirosis? Simak penjelasannya di sini.

Leptospirosis

Leptospirosis

Dokter spesialis

Spesialis penyakit dalam

Gejala

Demam, nyeri otot, sakit kepala, batuk, mual, muntah

Faktor risiko

Tinggal di daerah rawan banjir, dokter hewan, peternak, aktivitas berkemah dekat sungai, berenang di sungai

Cara diagnosis

Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (tes darah, tes urine, ELISA, MAT)

Pengobatan

Obat-obatan

Obat

Antibiotik (doxycycline, azithromycin, ciprofloxacin), antidemam (ibuprofen, parasetamol)

Komplikasi

Gagal ginjal, DIC, gagal jantung, sepsis, kematian

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami gejala leptospirosis dan termasuk dalam kelompok yang berisiko


Pengertian Leptospirosis 

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini menyebar lewat paparan urine atau hewan yang terinfeksi Leptospira.

Tak hanya menyerang manusia, bakteri ini juga dapat menginfeksi hewan (zoonosis). Bakteri Leptospira dapat hidup dan berkembang biak di tubuh hewan dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa hewan yang bisa menjadi sumber penyebaran leptospirosis adalah tikus, anjing, sapi, babi, kucing, kuda, dan juga hewan liar.

Kasus penyakit ini banyak timbul pada musim hujan, terutama pada daerah yang terkena banjir dengan sanitasi yang buruk.

Penyakit Leptospirosis punya gejala mirip dengan influenza. Apabila tidak diobati dengan segera, kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan di organ dalam dan bahkan berefek fatal.

Artikel lainnya: Sering Menyerang Saat Banjir, Waspadai Gejala Leptospirosis

Penyebab Leptospirosis

Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira yang hidup di dalam ginjal hewan. Bakteri keluar bersama dengan urine hewan terinfeksi, dan dapat mengontaminasi tanah serta air.

Penyakit leptospirosis pada manusia dapat terjadi jika:

  • Minum air yang terkontaminasi bakteri Leptospira
  • Masuk ke dalam air atau kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi bakteri Leptospira saat terdapat luka di kulit
  • Mata, hidung, dan mulut terkontaminasi dengan air atau tanah yang mengandung bakteri Leptospira
  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi dengan bakteri Leptospirosis

Faktor Risiko Leptospirosis

Leptospirosis banyak dijumpai di negara tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Suhu udara yang panas dan lembap membuat bakteri Leptospira bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang lebih lama.

Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang bisa terinfeksi leptospirosis, antara lain:

  • Tinggal dalam daerah yang rawan banjir
  • Memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan air, misalnya membersihkan selokan, sungai, pekerja tambang, dan lain sebagainya
  • Berinteraksi dengan hewan, misalnya pemilik hewan, peternak, dokter hewan, pemotongan hewan
  • Personel militer
  • Sering melakukan aktivitas di luar, seperti berenang dan berkemah di dekat danau atau sungai

Gejala Leptospirosis

Faktanya, tidak semua orang yang terinfeksi leptospirosis langsung menampakkan keluhan.

Secara umum, gejala barulah muncul setelah pasien melewati masa inkubasi, yakni berkisar 2-30 hari (rata-rata 5-14 hari).

Berikut gejala leptospirosis yang dapat muncul, yakni:

  • Demam tinggi sampai menggigil
  • Nyeri otot, utamanya di area betis
  • Nyeri kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Batuk kering
  • Mual dan muntah
  • Mata merah
  • Diare
  • Bercak kemerahan di kulit

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, leptospirosis terbagi menjadi dua fase, yaitu fase akut yang umumnya terjadi 5-7 hari; lalu diikuti dengan periode perbaikan.

Pada tahap tersebut, suhu tubuh mulai menurun dan gejala berkurang bahkan menghilang.

Namun, di fase berikutnya, leptospirosis bisa menjadi penyakit yang lebih parah.

Kondisi leptospirosis yang berat disebut sebagai penyakit Weil (Weil’s diseases) yang ditandai dengan:

  • Demam
  • Jaundice (kuning pada tubuh dan mata)
  • Gangguan ginjal yang ditandai dengan kesulitan BAK
  • Perdarahan seperti mimisan, batuk darah
  • Nyeri dada
  • Sesak napas
  • Kekakuan leher

Artikel lainnya: Cara Mencegah Penularan Leptospirosis

Diagnosis Leptospirosis

Sering kali gejala leptospirosis menyerupai penyakit lain seperti demam berdarah, demam thypoid, maupun influenza.

Oleh sebab itu, untuk menegakkan diagnosis dokter spesialis penyakit dalam akan melakukan pemeriksaan terperinci.

Dokter akan melakukan wawancara medis, seperti sejak kapan keluhan muncul; serta apakah ada faktor risiko yang dimiliki penderita, seperti tinggal di daerah banjir, kontak dengan hewan, riwayat bepergian atau aktivitas di luar ruangan.

Setelah itu, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan pada tahap ini bisa berbeda-beda berdasarkan tingkat keparahan infeksi leptospirosis yang dialami.

Pada tahap awal, ditemukan suhu tubuh yang meningkat, takikardia (peningkatan detak jantung), dan bintik merah pada kulit.

Pada tahap lanjut dan derajat berat, bisa ditemukan hipotensi (penurunan tekanan darah), oliguria (penurunan volume urin), jaundice (kuning pada kulit dan mata), suara paru dan jantung yang abnormal, maupun tanda meningitis seperti kekakuan leher dan fotofobia.

Selain itu, ditemukan pula nyeri di seluruh tubuh, salah satunya di area betis.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang lain tergantung pada kondisi pasien. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

  • Tes darah lengkap (complete blood count) untuk melihat infeksi secara keseluruhan
  • Pemeriksaan fungsi hati
  • Pemeriksaan fungsi ginjal
  • Kultur urine dan darah
  • Leptospiraimmunoglobulin M (IgM) ELISA atau IgM/immunoglobulin G (IgG) enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), yaitu tes cepat yang berguna untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh.
  • Real-time DNA polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi materi genetik dari bakteri Leptospira di dalam tubuh
  • Microscopic agglutination testing (MAT), adalah pemeriksaan serologi yang mengidentifikasi leptospira.
  • Pemeriksaan x-ray paru, CT-scan, USG, EKG untuk melihat kondisi organ tubuh lainnya akibat penyakit leptospirosis
  • Pemeriksaan cairan serebrospinal

Pengobatan Leptospirosis

Leptospirosis yang ringan umumnya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan medis khusus.

Pemberian obat-obatan seperti antibiotik dan penurun demam diberikan untuk membantu mengurangi keluhan yang muncul.

Adapun pengobatan leptospirosis yang umumnya diberikan antara lain:

  • Antibiotik, seperti doxycycline, ampicillin, amoxicillin, azithromycin, clarithromycin, ciprofloxacin, levofloxacin
  • Penurun demam sekaligus pereda nyeri, seperti parasetamol, ibuprofen

Apabila penderita memerlukan perawatan di rumah sakit akibat, pilihan antibiotik yang bisa diberikan adalah:

  • Intravena penicillin G
  • Intravena golongan sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime, ceftriaxone
  • intravena ampicilin atau amoxicillin
  • Intravena erythromycin

Selain itu, pada kasus leptospirosis yang berat juga membutuhkan terapi lain untuk mengatasi komplikasi seperti hemodialisis pada kasus leptospirosis disertai komplikasi gagal ginjal hingga penggunaan ventilator atau alat bantu napas apabila pasien mengalami gagal napas.

Artikel lainnya: Komplikasi Leptospirosis yang Perlu Anda Ketahui dan Waspadai

Pencegahan Leptospirosis

Agar terhindar dari leptospirosis, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti:

  • Membersihkan rumah sebelum banjir melanda. Jangan sampai ada ruang untuk tikus tinggal hingga membuang kotoran. Tikus merupakan salah satu hewan yang menjadi media penyebaran kuman, selain anjing, kucing, domba, sapi, dan babi
  • Sebisa mungkin jauhkan diri dari genangan air ketika banjir terjadi. Apalagi jika ada bagian tubuh yang sedang terluka, kuman dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh
  • Menghindari area-area yang mungkin berpotensi terkontaminasi bakteri Leptospira, seperti berkemah di dekat sungai ataupun berenang di kali
  • Gunakan alat pelindung diri, seperti sarung tangan, sepatu bot, dan kacamata pelindung, ketika bekerja di area yang berisiko terinfeksi bakteri Leptospira, seperti di selokan, sungai, kendang hewan, atau saat di area banjir
  • Menutup luka dengan plester antiair, terutama saat beraktivitas di air
  • Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin keamanan dan kebersihannya
  • Rajin mencuci tangan usai memegang hewan peliharaan
  • Menjaga kesehatan dan kebersihan hewan peliharaan, salah satunya memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi bersih dan melakukan vaksinasi

Komplikasi Leptospirosis

Penyakit leptospirosis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Selain itu, komplikasi leptospirosis lainnya yang dapat muncul berupa:

  • Disseminated Intravascular Coagulation
  • Syok sepsis
  • Meningoensefalitis
  • Perdarahan paru-paru
  • Miokarditis
  • Gagal jantung
  • Gagal ginjal
  • Pankreatitis
  • Uveitis kronis
  • Kematian janin pada ibu hamil

Kapan Harus Ke Dokter?

Segera ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci apabila kamu atau salah satu anggota keluarga terdekat mengalami gejala leptospirosis, terlebih memiliki faktor risiko.

Penanganan yang dilakukan secara dini dapat meningkatkan angka kesembuhan dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan.

Jika kamu ingin bertanya lebih lanjut seputar penyakit leptospirosis dan pencegahannya, manfaatkan fitur Tanya Dokter.

Jangan tunggu sakit memberat. #JagaSehatmu dari sekarang.

[HNS/NM]