HomePsikologiKesehatan MentalAwas, Rasa Marah Bisa Ganggu Kesehatan Anda
Kesehatan Mental

Awas, Rasa Marah Bisa Ganggu Kesehatan Anda

Ruri Nurulia, 11 Jan 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Rasa marah yang tidak terkontrol bisa berdampak buruk pada kesehatan. Baca bahaya dan cara mengatasinya di sini.

Awas, Rasa Marah Bisa Ganggu Kesehatan Anda

Jika diekspresikan dengan benar, melampiaskan rasa marah memang baik karena faktanya reaksi tersebut dapat membantu seseorang untuk berpikir lebih rasional. Meski demikian, rentetan rasa amarah—baik amarah yang meledak-ledak maupun yang dipendam—dapat berbahaya bagi tubuh Anda. Percayalah, tetap tenang jauh lebih baik dan lebih sehat, dibanding terhanyut amarah.

Marah yang tidak terkontrol akan berdampak negatif, terutama bagi pelaku. Ada sejumlah gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh rasa marah baik yang dipendam, maupun yang diluapkan. Berikut ini adalah berapa akibat yang harus Anda waspadai:

  • Ledakan amarah berdampak pada kesehatan jantung

Menurut Chris Aiken, MD, psikiatri klinis Wake Forest University School of Medicine sekaligus direktur Mood Treatment Center, Amerika Serikat (AS), dua jam setelah amarah meledak, risiko Anda terkena serangan jantung naik dua kali lipat.

Selain itu, kemarahan yang ditekan (repressed anger), berkaitan dengan penyakit jantung. Menurut sebuah studi, orang-orang yang pribadinya cenderung mudah marah, risiko terkena penyakit jantung koroner juga naik dua kali lipat.

Solusinya? Kelola marah secara konstruktif. Datangi langsung orang yang membuat Anda marah sambil berusaha memecahkan masalah. Kondisi ini tidak berkaitan dengan penyakit jantung apapun, dan justru sangat normal dan menunjukkan emosi yang sehat.

  • Ngamuk tingkatkan risiko terkena strok

Ada penelitian yang menemukan fakta bahwa mereka yang suka ngamuk (hingga cenderung membanting, melempar, atau memukul sesuatu) rentan terkena strok tiga kali lipat lebih tinggi akibat penggumpalan darah di otak atau pendarahan dalam otak, dua jam setelah ngamuk.

Kabar baiknya, Anda dapat belajar untuk mengontrol ledakan amarah tersebut. Menurut Mary Fristad, PhD, profesor psikiatri dan psikologi dari Ohio State University, AS, yang harus pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi pemicu, lalu ubah cara Anda bereaksi.  

“Tarik napas dalam-dalam. Gunakan kemampuan komunikasi asertif (yaitu mengomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan, namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain). Dan terkadang, meninggalkan lingkungan yang toksik bisa jadi jalan terbaik,” jelas Mary seperti dikutip di laman Everyday Health.

  • Marah melemahkan daya tahan tubuh

Jika sering marah, bukan tak mungkin Anda jadi lebih sering sakit. Bahkan, menurut studi dari Universitas Harvard, AS, hanya dengan mengingat pengalaman yang membuat orang marah di masa lalu dapat menurunkan tingkat antibodi imunoglobulin A, yaitu sel garis depan pertahanan terhadap infeksi.

“Untuk Anda yang cenderung pemarah, lindungi daya tahan tubuh dengan melakukan komunikasi asertif, pemecahan masalah yang efektif, penggunaan humor, merestrukturisasi pikiran untuk tidak memiliki pola pikir hitam dan putih, yaitu pola pikir yang mengategorikan segala peristiwa ke dalam dua kutub berlawanan, seperti jelek atau bagus, baik atau benar, atau lakukan atau tidak sama sekali. Dan yang terpenting, cobalah untuk tetap tenang,” Mary menjelaskan.

  • Memperparah gangguan kecemasan

Amarah yang Anda rasakan dan gangguan kecemasan sangat berkaitan. Menurut studi tahun 2012 yang dipublikasikan di jurnal Cognitive Behavior Therapy, kemarahan dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan umum (GAD), ditandai dengan kekhawatiran berlebih dan tak terkendali. Bukan hanya tingkat kemarahan tinggi yang ditemukan pada orang yang memiliki GAD, namun juga kebencian—disertai kemarahan yang tidak diekspresikan—berkontribusi terhadap tingkat keparahan gejala GAD.

  • Rasa marah identik dengan depresi

Sudah banyak studi yang mengaitkan depresi dengan perilaku agresif dan ledakan kemarahan, khususnya pada pria. “Ketika depresi, kemarahan pasif—yaitu ketika Anda hanya merenung namun tak pernah mengambil tindakan—umum terjadi,” kata Chris. Menurutnya, hentikan kebiasaan terlalu banyak berpikir dan tetap sibuk dengan melakukan aktivitas yang Anda sukai.

  • Rasa benci dapat menyakiti paru-paru Anda

Para peneliti Universitas Harvard mengukur tingkat kemarahan 670 pria berusia di atas 80 tahun dan mengaitkannya dengan kondisi paru-paru mereka. Hasilnya, mereka yang tingkat kemarahannya tinggi memiliki kapasitas paru-paru yang lebih buruk, yang akhirnya meningkatkan risiko masalah pernapasan. Kondisi ini diduga disebabkan oleh hormon stres dari perasaan marah, yang lalu mengakibatkan inflamasi di saluran napas.

  • Sering marah dapat memperpendek umur

“Ketika Anda stres dan marah, Anda memperpendek masa hidup,” kata Mary. Pendapatnya ini didukung penelitian selama 17 tahun dari Universitas Michigan, AS, yaitu pasangan yang selalu menekan amarah berusia lebih pendek dibanding pasangan yang mengonfrontasinya.

Setelah membaca penjelasan di atas tentang bahaya rasa marah, dan menyadari bahwa Anda cenderung menyimpan banyak amarah dan kurang mampu mengekspresikan emosi negatif, ada baiknya berlatih untuk lebih ekspresif, atau lebih baik lagi berkonsultasi dengan terapis. Hal ini tak hanya penting bagi kesehatan emosional dan fisik Anda, namun juga akan berdampak baik untuk orang-orang di sekitar Anda.

[RVS]

Marahgangguan kesehatanKesehatanDepresi

Konsultasi Dokter Terkait