Saraf

Inilah Latihan Otak untuk Turunkan Risiko Demensia

Gerardus Septian Kalis, 24 Nov 2017

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Menurunkan risiko demensia ternyata bisa dilakukan dengan metode tertentu. Berikut ini penjelasannya.

Inilah Latihan Otak untuk Turunkan Risiko Demensia

Sebuah studi baru-baru ini menemukan metode untuk mencegah demensia, yaitu dengan memberikan latihan pada otak. Penelitian yang diikuti lebih dari 2.800 orang dewasa ini mengungkapkan bahwa latihan otak yang dikenal sebagai speed-of-processing training mampu mengurangi demensia hingga sebesar 29 persen.

Latihan otak ini dikembangkan oleh dr. Karlene Ball dari University of Alabama di Birmingham  dan dr. Dan Roenker dari Western Kentucky University di Bowling Green. Penelitian ini juga diterbitkan dalam jurnal  Alzheimer's & Dementia: Translational Research & Clinical Interventions.

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penurunan fungsi kognitif (ingatan dan penalaran) seseorang. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa penurunan kognitif dapat diatasi melalui latihan otak. Latihan otak ini bertujuan untuk memperkuat koneksi saraf dengan cara mempertahankan atau meningkatkan fungsi kognitif.

Untuk melihat keterkaitan antara latihan otak dan menurunnya demensia, dr. Ball, Roenker dan rekannya meluncurkan The Advanced Cognitive Training in Vital Elderly (ACTIVE). Penelitian ini melibatkan 2.802 orang dewasa dengan usia rata-rata 74 tahun.

Para peserta diacak ke dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama mendapatkan latihan otak dan kelompok kedua tidak menerima pelatihan kognitif.

Kelompok pertama diberi instruksi mengenai strategi untuk membantu meningkatkan daya ingat, sedangkan kelompok kedua menerima instruksi mengenai strategi untuk memperbaiki keterampilan penalaran. Sementara itu, kelompok ketiga menerima speed-of-processing training.

Speed-of-processing training  sendiri melibatkan permainan komputer yang disebut Keputusan Ganda, dimana peserta diminta untuk melihat suatu objek, misalnya sebuah mobil. Di saat bersamaan peserta juga diminta mengidentifikasi objek lain yang ada di sekitarnya.

Peserta diberi sedikit waktu untuk melihat suatu objek disertai dengan gangguan untuk membuatnya lebih menantang. Dengan cara ini, otak pun terlatih untuk mengingat sesuatu hal secara bergantian.

Hasilnya, selama jangka waktu 6 minggu penelitian, para peneliti ACTIVE menemukan bahwa kejadian demensia paling tinggi terjadi pada kelompok pertama, yaitu sebanyak 10,8 persen responden. Akan tetapi peserta yang menerima speed-of-processing training memiliki risiko demensia yang lebih rendah, yaitu 5,9 persen.

Tim peneliti mengungkapkan, speed-of-processing training dapat menurunkan demensia sebesar 29 persen jika dilakukan selama 10 tahun. Menurut Jerri Edwards, Ph.D., dari University of South Florida, ketika memeriksa responsnya, ditemukan bahwa mereka yang berlatih (speed-of-processing training) lebih terlindung dari risiko demensia.

Para peneliti mengungkapkan bahwa metode speed-of-processing training telah menunjukkan manfaat yang signifikan untuk meningkatkan fungsi kognitif. Mereka juga yakin bahwa bentuk pelatihan otak ini dapat mengurangi risiko demensia.

Berangkat dari penelitian ACTIVE tersebut, para peneliti menekankan bahwa studi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mengapa speed-of-processing training sangat efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif, sementara bentuk latihan otak lainnya tidak.

“Kami juga perlu menyelidiki berapa jumlah pelatihan yang tepat untuk mendapatkan hasil terbaik,” pungkas Edwards.

Penting untuk diketahui, bahwa speed-of-processing training adalah aktivitas untuk menurunkan risiko demensia, bukan untuk mengobati demensia. Dengan latihan otak ini, Anda ataupun keluarga dapat menurunkan risiko terjadinya demensia.

[NP/ RVS]

SarafOtakLatihan Otakspeed-of-processing trainingDemensia

Konsultasi Dokter Terkait