HomeInfo SehatBerita KesehatanBahaya di Balik Terapi Urine
Berita Kesehatan

Bahaya di Balik Terapi Urine

dr. Alvin Nursalim, SpPD, 18 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Banyak orang percaya terapi urine dapat mengobati penyakit. Namun hati-hati, terapi ini ternyata menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Bahaya di Balik Terapi Urine

Selama ribuan tahun, orang-orang telah menggunakan urine manusia atau hewan untuk tujuan pengobatan. Bahkan beberapa catatan sejarah menunjukkan cara ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno, Yunani, dan Roma.

Terapi urine hingga kini masih dilakukan sebagai pengobatan alternatif. Anda mungkin kenal keluarga atau kerabat yang pernah melakukan terapi ini. Namun sebaiknya Anda lebih berhati-hati, karena bahaya terapi urine dapat mengintai kesehatan.

Mengenal Kandungan Urine

Urine adalah cairan sisa produk yang tidak berguna dan tidak bisa disimpan di dalam tubuh. Urine disaring oleh ginjal untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. 

Kandungan urine terdiri atas air (95 persen), urea (2,5 persen), dan sisanya merupakan kombinasi dari garam, berbagai mineral, enzim, dan hormon. Banyak nutrisi penting dan bahan kimia berakhir dalam urine.

Nah, nutrisi dan bahan kimia yang berada di dalam urine tersebut dipercaya oleh beberapa kalangan dapat kembali digunakan sebagai antivirus alami. Juga sebagai antibakteri dan antikarsinogenik. 

Bahkan ada beberapa buku yang menulis manfaat terapi urine. Salah satunya The Water of Life: A Treatise on Urine Therapy, yang ditulis oleh seorang naturopath Inggris bernama John W. Armstrong pada tahun 1945. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa urine dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Namun, sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa meminum, memijat, atau mandi dengan urine bermanfaat bagi kesehatan. Karena itu, penggunaan urine sebagai obat pada orang yang sakit tidaklah dianjurkan. Pada beberapa keadaan, urine justru dapat menyebabkan penyakit jika dikonsumsi.

Bahaya Terapi Urine bagi Kesehatan

Selain belum terbukti secara medis, terapi urine justru dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan jika dilakukan. Perlu diperhatikan beberapa risiko dan efek samping terapi urine, antara lain sebagai berikut: 

  1. Kandungan urine dapat berubah tergantung apa yang dikonsumsi, termasuk makanan, minuman, dan obat-obatan. Semuanya akan berpengaruh pada kandungan urine seseorang. 

Artikel Lainnya: Benarkah Minum Air Kencing Bisa Sembuhkan Penyakit?

  1. Jika seseorang memiliki infeksi saluran kemih atau penyakit menular seksual, bakteri penyebab infeksi tersebut ada di dalam urine. Jika diminum tentunya dapat menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan. 
  1. Terdapat beberapa efek samping terapi urine. Jika urine terkena kulit, akan menyebabkan rasa gatal dan kemerahan. Risiko lainnya yang bisa terjadi adalah diare, nyeri, serta demam.
  1. Urine adalah salah satu cara tubuh untuk mengeluarkan limbah sisa metabolisme. Limbah yang dikeluarkan ini telah mengalami proses pemilahan karena tidak baik untuk kesehatan. 

Intinya, urine adalah limbah yang seharusnya dibuang oleh tubuh. Jadi jika urine digunakan untuk terapi pengobatan, tentu hal ini bertolak belakang dengan usaha yang telah dilakukan oleh tubuh. Jangan sampai kondisi kesehatan malah menjadi semakin buruk, karena penggunaan terapi yang belum terbukti efektivitasnya.

Demikian beberapa hal yang perlu Anda pahami terkait terapi urine. Para ahli kesehatan tidak menyarankan terapi urine untuk pengobatan karena manfaatnya belum terbukti. Malah sebaliknya, banyak ahli yang menjelaskan tentang bahaya terapi urine bagi tubuh. 

Ingat, urine adalah limbah yang dapat mengandung bakteri, racun, dan obat-obatan yang telah Anda konsumsi. Sebagaimana limbah, ia adalah sampah yang seharusnya dibuang oleh tubuh. Mengonsumsi sampah bukannya baik, malah akan memperburuk kesehatan. Jadi sebaiknya Anda menghindari terapi alternatif yang tidak disarankan oleh dokter. Jangan sampai terapi tersebut malah berakibat buruk bagi tubuh Anda.

[FY/ RS]

Terapi urinealternatif

Konsultasi Dokter Terkait