Reproduksi

Mitos Seputar Keputihan yang Berbahaya

dr. Sara Elise Wijono MRes, 14 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Tak semua informasi tentang keputihan benar adanya. Yuk, cek mana yang mitos dan mana yang fakta.

Mitos Seputar Keputihan yang Berbahaya

Setidaknya 75 persen wanita pernah mengalami keputihan dalam hidupnya. Dari angka tersebut, timbul berbagai kepercayaan seputar gangguan kewanitaan yang satu ini.

Ada banyak fakta tentang keputihan dan terbukti secara medis. Namun, sayangnya tidak sedikit yang ternyata hanya mitos dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Karena itu, sebelum terlalu jauh Anda memercayainya, ketahui terlebih dulu mitos keputihan yang berbahaya dan tidak dapat dipercaya

1. Makan Nanas atau Timun Bisa Bikin Keputihan Semakin Banyak

Cukup familiar dengan anggapan tersebut? Walaupun banyak diyakini oleh penduduk Indonesia, nyatanya makan nanas atau timun tidak pernah terbukti secara medis mengakibatkan keputihan, sehingga merupakan salah satu mitos keputihan.

Pada dasarnya, keputihan merupakan suatu mekanisme pembersihan vagina dari kotoran. Selama tidak ada perubahan warna atau bau, maka keputihan masih dapat dianggap normal.

Artikel Lainnya: 5 Jenis Keputihan yang Perlu Anda Tahu

Banyak sedikitnya cairan yang keluar sangat bergantung dari berbagai sebab. Salah satunya adalah perubahan hormonal dalam tubuh seorang wanita.

Bila sudah terdapat perubahan warna atau bau, bisa jadi penyebabnya adalah infeksi. Jadi, jika disebutkan ada hubungannya dengan makanan, itu merupakan mitos keputihan.

2. Keputihan Merupakan Hal yang Perlu Segera Diatasi

Keputihan merupakan cairan atau lendir yang membantu menjaga vagina bersih dan lembap, juga melindungi dari infeksi. Sehingga, keputihan pun dapat merupakan hal yang normal. Anggapan bahwa semua keputihan perlu segera diobati merupakan mitos keputihan.

Sebaiknya Anda mengenali tanda-tanda keputihan normal. Umumnya, keputihan normal tidak berbau, tidak gatal, warnanya cenderung bening atau putih, dan dapat tampak kekuningan jika sudah kering.

3. Keputihan Merupakan Tanda Seorang Wanita Pernah Berhubungan Seksual

Anggapan ini adalah salah satu mitos keputihan yang menyesatkan. Pada keadaan tertentu, keputihan yang dialami seseorang dapat berupa keputihan yang tidak normal. Penyebabnya bisa beragam, dari bakteri, jamur hingga parasit. Penularannya tidak harus melalui hubungan seksual. 

Kebiasaan tidak mengganti celana dalam dan cara mencuci vagina yang salah dapat menjadi salah satu pemicunya. Hal ini sangat umum dialami wanita sekalipun belum pernah berhubungan seksual.

Artikel Lainnya: Ciri Keputihan Tidak Normal dan Pencegahannya

4. Keputihan Tidak Ada Hubungannya dengan Kebiasaan dan Cara Mencuci Area Kewanitaan

Faktanya, kebiasaan jarang mengganti celana dalam dan cara mencuci vagina erat hubungannya dengan risiko keputihan seorang wanita. 

Celana dalam yang kotor dan lembap merupakan media yang ideal untuk berkembangnya jamur, salah satu penyebab keputihan. Sehingga, ini juga merupakan mitos keputihan yang banyak beredar.

Perhatikan juga cara mencuci vagina. Pastikan arah pencucian dari depan ke belakang dan dikeringkan setelahnya. Arah sebaliknya (belakang ke depan) dapat membuat bakteri dari anus masuk ke vagina, dan berkembang menjadi keputihan.

5. Keputihan Dapat Disembuhkan dengan Gurah atau Pengasapan Menggunakan Herbal

Pengasapan atau pemberian obat-obatan herbal tidak terbukti efektif untuk ‘mengusir’ jamur ataupun bakteri penyebab keputihan, sehingga hanyalah mitos keputihan. 

Bila keputihan merupakan jenis yang tidak normal, maka diperlukan pengobatan medis seperti pemberian antibiotik.

6. Saat Mengalami Keputihan, Maka Perlu Menggunakan Produk Pembersih Khusus

Banyak orang beranggapan perlunya meningkatkan kebersihan secara khusus jika mengalami keputihan. Sehingga, pemakaian produk pembersih kewanitaan, sabun, dsb kerap digunakan saat muncul keputihan. Sayangnya, ini hanyalah mitos keputihan. 

Artikel Lainnya: Keputihan Warna Ini Bisa Jadi Tanda Penyakit Menular Seksual

Malah, penggunaan berbagai produk tersebut dapat mengganggu pH alami vagina dan memengaruhi keseimbangan bakteri baik yang fungsinya melindungi vagina. Akibatnya, malah membuat Anda rentan terkena infeksi.

Pada dasarnya, area vagina tidak perlu dibersihkan karena dapat membersihkan secara mandiri. Jadi, tidak diperlukan produk kewanitaan, khususnya yang bersifat douching atau disemprotkan dalam vagina. 

Untuk area luar vagina, seperti vulva, cukup dibersihkan menggunakan sabun tanpa pewangi saat mandi. Jangan termakan mitos keputihan lagi, ya!

7. Hanya Ada Satu Obat Ampuh untuk Mengatasi Keputihan

Ini adalah mitos keputihan belaka. Keputihan dapat merupakan hal yang normal terjadi, sehingga tidak perlu diobati. 

Di sisi lain, jika keputihan yang dialami tidak normal, penyebabnya pun banyak. Misalnya bisa karena infeksi jamur, bakteri, atau parasit. Sehingga, obat yang ampuh untuk mengatasi keputihan abnormal pun sangat bergantung pada kuman penyebabnya. 

Oleh karena itu, jika Anda mengalami keputihan abnormal, segeralah memeriksakan diri ke dokter agar dapat diberikan pengobatan yang sesuai. 

Jika keputihan teman atau keluarga Anda teratasi karena obat tertentu, belum tentu obat yang sama merupakan hal yang tepat untuk Anda. Jadi, waspadalah dengan mitos keputihan yang satu ini karena dapat memengaruhi kesembuhan.

Dengan mengetahui mitos dan fakta keputihan, Anda jadi lebih dapat menjaga kesehatan organ kewanitaan. Anda pun dapat turut membantu menyanggah mitos yang  berbahaya dengan berbagai fakta yang ada.

Bila ada pertanyaan seputar mitos keputihan atau masalah kesehatan lainnya, konsultasikan kepada dokter lewat Live Chat di aplikasi KlikDokter.

[FY]

Mitos dan FaktaKeputihan

Konsultasi Dokter Terkait