Berita Kesehatan

Keajaiban Hidup Valencia Mieke Randa, Pendiri Rumah Harapan

Ruth Hutagalung, 24 Feb 2017

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Melalui gerakan-gerakan sosialnya, Valencia Mieke Randa ingin membuat setiap orang merasakan indahnya berbagi dan memaknai hidup.

Keajaiban Hidup Valencia Mieke Randa, Pendiri Rumah Harapan

Hari itu, Valencia Mieke Randa (Silly) menemani ibunya cuci darah di rumah sakit. Sembari menunggu, ia melihat seorang ibu mengalami pendarahan sampai muntah darah. Keluarga ibu tersebut panik, berusaha untuk mencari donor, tetapi tidak berhasil. Pada akhirnya, ibu itu tidak tertolong.

“Berawal dari sana, saya bikin Blood for Life pada 2009. Saya ingin menghilangkan gap antara pendonor dan orang yang membutuhkan donor,” kata Silly saat ditemui Klikdokter di Rumah Harapan, Tebet, Jakarta Selatan.

Setahun kemudian Blood for Life vakum. Silly memutuskan untuk kembali bekerja. Ia memang sempat berhenti berkarier, karena harus mengurus dan membimbing anak-anaknya yang berkebutuhan khusus.

Di tengah meeting kantor, seseorang mengirimi Silly sebuah SMS, meminta bantuan untuk mencarikan donor bagi ibunya yang sakit. Merasa kegiatan sosial bukan tugas utamanya lagi, Silly pun mengabaikannya. Namun, pada malam hari ia tidak bisa tidur. “Saya telepon orang itu, menanyakan apakah sudah dapat donor atau belum. Dia bilang kalau ibunya sudah meninggal.”

Silly seperti merasa ditikam. Dua bulan kemudian, ibunya meninggal tanpa berada di sisinya. Ia sempat berpikir, Tuhan pasti menghukumnya karena tidak menolong orang tersebut.

Saat ibunya disemayamkan, Silly mendengar banyak cerita dari para pelayat tentang kebaikan ibunya. “Setiap selesai cuci darah, ibu selalu mendatangi tempat tidur pasien-pasien lainnya untuk menghibur mereka. Inilah yang memberikan ibu saya energi sampai akhirnya bertahan hidup sampai 8 tahun, jauh dari prediksi dokter yang katanya hanya sampai 8 bulan.”

Kembali ke Titik Awal

Kepergian ibunya menyisakan kesedihan yang mendalam. Namun di balik itu, Silly juga merasa tercerahkan. Ia banyak merenung saat itu. “Saya dititipi anak-anak berkebutuhan khusus, pasti ada maksudnya. Orangtua saya sakit, pasti ada maksudnya. Suatu hari nanti kita pasti mati, jadi saya ingin bermakna untuk orang lain sepanjang sisa hidup saya ini.”

Silly kemudian berhenti bekerja dan mulai pergi ke rumah sakit-rumah sakit dengan sisa gajinya. Ia mendatangi anak-anak yang sakit, menghibur mereka.

“Ketika mereka tersenyum dan tertawa, I feel so good, so happy. Lalu saya berpikir, saya ingin sekali semua orang ikut merasakan ini, dan saya percaya bahwa di luar sana banyak orang ingin berbagi tetapi tidak tahu harus ke mana.”

Ia memutuskan untuk membuat 3 Little Angels pada 2011, sebuah komunitas yang memfokuskan bantuan untuk anak-anak sakit dari keluarga tidak mampu. Seperti halnya Blood for Life, untuk menghidupkan komunitas ini, Silly membuat akun di Twitter, situs web, dan milis untuk komunikasi antarvolunter.

Secara rutin Silly berkunjung ke bangsal anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) bersama para volunter 3 Little Angels. Ia menjenguk anak-anak yang sakit di sana, membacakan buku cerita, dan bermain bersama. Para orangtua dari anak-anak itu juga ia dampingi.

Di RSCM itulah, ia sering berpapasan dengan banyak orang sakit yang tidur di selasar. “Mereka datang dari luar kota untuk berobat. Sebagian besar tidak ada keluarga atau saudara di sini. Kalaupun ada, rumahnya jauh sekali,” kata Silly. Melihat hal ini, ia bermimpi ingin menciptakan sebuah fasilitas bagi pasien-pasien luar kota yang memerlukan tempat tinggal sementara di Jakarta.

Keinginannya terwujud secara perlahan-lahan. Pada 2014, ia mendirikan Rumah Harapan di Tebet dengan uang yang didapatkannya setiap kali menjadi pembicara dan ambassador.

Anak dampingan pertama Rumah Harapan bernama Tyas. Ia menderita kanker tulang akut. Tubuhnya sudah sangat kurus dan penuh belatung. Usia hidupnya divonis tidak lama lagi.

“Saya bilang ke para volunter, ‘Yuk, kita bikin dia senang aja.’ Kita ajak dia ke mal, salon, pokoknya bikin senang,” kata Silly. Delapan bulan kemudian, Tyas dinyatakan sembuh. Dokter pun tercengang. “Miracle can happen when you’re happy. Karena ketika seseorang bahagia, sel-sel tubuhnya akan beregenerasi dengan sempurna.”

Selain menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan sehari-hari lainnya, Rumah Harapan juga memiliki segudang kegiatan untuk mengembangkan bakat sekaligus menghibur hati anak-anak. Mulai dari main angklung, menari, dan meditasi. Sesekali mereka juga outing pada akhir pekan.

Pada tahun 2016, Rumah Harapan membuka empat cabang di Indonesia: Makasar, Bandung, Bali, dan Aceh. Tahun 2017 ini akan buka di Semarang. Training value juga akan dilakukan kepada para calon volunter.

Anak-Anak Itu Sekolah Kehidupan

Selain mengurus gerakan-gerakan sosialnya, Silly tak lupa mencurahkan perhatian pada ketiga buah hatinya. Mereka tergolong berkebutuhan khusus. Namun, berkat keteguhan Silly, mereka bisa bertumbuh dengan baik.

Anak pertamanya didiagnosis overanxiety (kecemasan/ ketakutan berlebihan). Jika bertemu dengan orang baru, bisa mengalami muntah- muntah. Ia juga perlu ditemani setiap hari, termasuk saat sekolah. Inilah yang dulu membuat Silly memutuskan untuk berhenti bekerja.

“Dari dia saya belajar mendengar hal-hal yang tak terucapkan, yang kemudian saya pakai untuk mendampingi anak- anak di sini (Rumah Harapan),” ujar Silly. “Sometimes they cry in silence, tetapi dari diamnya itu mereka menjerit.”

Kegigihan Silly pada akhirnya membuahkan hasil. Melihat anaknya ‘berbeda’ bukan berarti ia harus ikut terpuruk. Bahkan, ia berperan aktif dalam mengembangkan bakat anak- anaknya.

Saat melihat anak pertamanya sering membaca dan menulis, Silly memberikan anaknya kertas HVS kosong untuk menumpahkan segala sesuatu. Pada usia 10 tahun, anak pertamanya telah menerbitkan novel dalam bahasa Inggris dan sekarang tengah belajar ilmu perfilman.

Anak kedua Silly menderita autisme. Ia berkata bahwa anak keduanya ini telah membentuknya menjadi orang yang kuat. Sedangkan anak ketiga mengidap food intolerance, yang kini juga sudah sembuh.

“Anak-anak saya adalah sekolah kehidupan bagi saya, yang tidak mungkin saya dapatkan di bangku universitas manapun,” ungkap Silly. Setiap hari, sebelum anak-anaknya berangkat sekolah, ia membiasakan diri untuk memeluk mereka. “Pelukan itu luar biasa, membangkitkan energi…”

Ingin Menyenangkan Hati Tuhan

“Saya melakukan ini semua untuk menyenangkan hati Tuhan. Itu nomor satu.”

Silly mengaku bahwa dirinya tidak begitu hapal ayat-ayat Alkitab. Namun, satu hal yang ia yakini: hukum yang paling utama adalah kasih. Ia juga ingin Tuhan bangga telah menciptakannya.

“Ketika saya berhenti kerja, saya mau kasih hidup saya buat Tuhan. Keluarga saya adalah Tuhan dalam bentuk yang kecil. Rumah Harapan adalah my other family.”

Karena cintanya yang besar ini, Silly semakin menyadari akan pentingnya kesehatan. Apalagi dua tahun yang lalu ia didiagnosis memiliki kista di hati. Matanya menguning, bagian bawah matanya hitam, kulit juga terlihat kusam. Ia segera mengubah pola makannya, tidak lagi menyentuh nasi dan gula (hanya makan gula dari buah). Olahraga juga ia terapkan, seperti jalan kaki minimal 30 menit.

“Dulu saya kayak umur 50-an, lho. Sekarang sih merasa lebih sehat, I feel like twenty four, hahaha…” katanya, terbahak-bahak. Sekarang kista di hatinya sudah hilang.

Selain dengan anak-anak di Rumah Harapan, kedekatannya dengan para volunter juga terlihat. Ia sempat memanggil salah satu volunter untuk berbincang dengan kami. Namanya Rindho. Volunter itu sedang mengurus bayi salah seorang volunter lainnya. Kami pun bermain balon dengan bayi tersebut, yang semakin terkekeh saat kami melempar balon-balon tersebut ke udara.

Balon-balon putih-merah jambu dipasang di langit-langit dan sudut-sudut ruangan untuk merayakan Hari Valentine. Kartu-kartu berbentuk hati digantung di bawah pohon sakura imitasi, berisi mimpi- mimpi dari setiap anak di Rumah Harapan. Salah satunya dari Jodi, seorang anak penderita leukemia berusia 11 tahun, yang berbunyi: “Saya ingin cepat sembuh dan bisa pulang ke Batam.”

Rumah Harapan terlihat begitu ceria, intim, dan bersahabat—sesuai dengan yang diharapkan oleh Silly. Warna-warna cerah hadir di dinding ruang tamu, ruang makan, ruang tidur. Ada juga ayunan besar di dekat tangga menuju kamar anak-anak. Semuanya diperhatikan dengan cermat.

Sementara itu, komunitas 3 Little Angels sudah melebur bersama Rumah Harapan sejak Januari 2017. Blood for Life yang disebut Silly sebagai “IGD Dunia Maya” masih aktif. Sekarang memiliki dua belas admin Twitter yang kerja bergantian selama 24 jam. Setiap berita donor yang masuk akan langsung dikonfirmasi, agar tidak menyebarkan hoax.

Silly tidak akan berhenti. Ia ingin terus berbagi cinta dan keajaiban kepada setiap orang.
Bagi seorang Valencia Mieke Randa, indahnya kehidupan ini tidak bergantung pada seberapa bahagianya kita, tetapi bagaimana orang lain bahagia, karena kita.

[RS/ RH]

Rumah SakitAnakValencia Mieke Randa

Konsultasi Dokter Terkait