Kesehatan Mental

Depresi Dapat Berisiko Demensia

Klikdokter, 14 Jun 2011

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Peneliti baru menunjukkan, depresi berisiko mengundang demensia di masa depan. Terdapat dua penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology...

Depresi Dapat  Berisiko Demensia

Jakarta, KlikDokter.com -- Peneliti baru menunjukkan, depresi berisiko mengundang demensia di masa depan. Terdapat dua penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology Amerika menyatakan, demensia dan depresi ditemukan kesamaan angka penderita demensia dari penderita depresi tahun-tahun sebelumnya.

Walau demikian belum terungkap penyebabnya secara langsung dua korelasi tersebut, dan masih diperlukan lebih banyak studi lagi untuk mengetahui mengapa dua kondisi yang terkait terjadi. Mereka percaya bahwa faktor bahan kimia dalam makanan dan gaya hidup tidak sehat seperti diet, sangat memegang peran penting terhadap terjadinya depresi.

Menurut Dr. Jane Saczynski dari Universitas Massachusetts, meskipun terlihat jelas depresi menyebabkan demensia, ada sejumlah kemungkinan depresi mempengaruhi risiko demensia lebih tinggi lagi. “Radang jaringan otak yang terjadi ketika seseorang ditekan mungkin berpengaruh  terhadap demensia. Protein tertentu yang ditemukan di otak yang meningkatkan depresi juga dapat meningkatkan risiko demensia berkembang,” ujarnya sebagaimana terkutip pada laman BBC Health.

Studi yang diikuti 949 orang tua selama 17 tahun, menunjukkan demensia lebih sering mengikuti perkembangan depresi. Pada akhir penelitian, 164 orang telah mengembangkan demensia. Secara spesifik, 22% dari mereka yang mengalami depresi terus mengembangkan demensia dibanding, 17% yang tidak mengalami depresi.

Penelitian kedua, diikuti 1.239 orang AS dan melihat beberapa kali orang mengalami depresi berisiko demensia. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang lebih sering mengalami depresi, semakin tinggi risiko terkena demensia.

Rebecca Wood, Chief Executive dari Alzheimer’s Research Trust, mengatakan, “Persamaan gejala antara demensia dan depresi terkadang membingungkan pada saat di diagnosis, tetapi kita tidak tahu apakah mereka secara biologis saling terkait. Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan yang mendalam antara demensia dan depresi sehingga kami harus memperluas penelitian ini untuk mengetahuinya lebih lanjut,” tuturnya menjelaskan.

Professor Clive Ballard dari Alzheimer’s Society setuju, bahwa diperlukan lebih banyak penelitian lagi yang untuk mengetahui mengapa jaringan keterkaitan antara depresi dan demensia itu ada. “Depresi biasa dikenal pada tahap awal demensia. Apakah penelitian menunjukkan bahwa depresi pada usia yang lebih muda memiliki risiko yang signifikan pada faktor demensia,” katanya.[](DA/SNP)

Konsultasi Dokter Terkait