Saraf

Suhu Otak Dingin, Kinerja Lebih Efisien

Tim Redaksi KlikDokter, 11 Apr 2010

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Suhu Otak Dingin, Kinerja Lebih Efisien

Suhu Otak Dingin, Kinerja Lebih Efisien

Klikdokter.com - Pernahkah Anda berpikir bahwa tindakan mendinginkan otak manusia dapat membawa suatu keuntungan dalam meningkatkan fungsi otak? Mungkin Anda bingung dengan pernyataan ini, bagaimana caranya dan keuntungan seperti apa yang dihasilkan? Dapat dilakukan oleh siapa saja kah tindakan tersebut?

Namun, memang tindakan ini bukan diperuntukkan bagi orang sehat, tetapi pada orang yang mengalami henti jantung. Pada orang yang henti jantung, maka jantung akan berhenti berdetak sehingga peredaran darah ke otak maupun seluruh tubuh akan berhenti. Jika organ tersebut tidak menerima pasokan darah maka secara perlahan akan mengalami kerusakan sel dan lama-lama terjadi gangguan fungsi dari organ tersebut.

Otak adalah salah satu organ manusia yang hanya dapat bertahan selama 4 menit saja tanpa pasokan darah. Atas dasar informasi inilah, jika seseorang mengalami henti jantung-yang dapat dipastikan dengan meraba nadi yang berdetak di leher sisi kanan atau kiri tidak lagi berdenyut selama 10 detik- harus dilakukan resusitasi jantung paru atau dikenal dengan CPR (Cardio Pulmonary Resuscitation). Tetapi pada kenyataannya, kerusakan pada otak tetap sering terjadi meskipun sudah dilakukan resusitasi.

Dengan kemajuan ilmu kedokteran, beberapa peneliti berhasil menemukan metode baru untuk mengurangi angka kejadian kerusakan otak. Sebuah metode yang sedikit mencengangkan namun dapat memberikan perbedaan yang besar. Metode tersebut dilakukan dengan cara menurunkan suhu tubuh pada pasien yang baru saja mengalami henti jantung.

Metode tersebut diujicobakan dalam penelitian Pre-Resuscitation Intra-Nasal Cooling Effectiveness (PRINCE), sebuah penelitian uji coba secara acak pertama yang memperlihatkan bahwa pendinginan dengan menggunakan alat RhinoChill dapat dikerjakan dan aman selama keadaan henti jantung, menurut dr. Maaret Castrén, MD, dari the Karolinska Institute di Stockholm.

Cara kerjanya adalah dengan membuat suhu tubuh menjadi lebih rendah daripada suhu tubuh normal (hipotermia) dan dilakukan dengan menggunakan semacam selang yang melewati hidung. Selang tersebut serupa dengan selang oksigen, namun mengandung campuran pendingan yang mudah menguap dan oksigen yang langsung di bawah pembuluh besar otak. Proses penguapan dari gas tersebut akan mendinginkan rongga hidung secara cepat hingga kurang lebih 2°C, dari dari lokasi tersebut dingin ditransmisikan ke otak. Meskipun pada akhirnya seluruh tubuh akan menjadi dingin, tetapi otak lah yang menjadi target, menurut dr. Denise Barbut, seorang dokter ahli syaraf yang juga seorang presiden dan staf senior dari BeneChill Inc., perusahaan pembuat alat RhinoChill.

Efek samping yang berhubungan dengan tindakan tersebut memang tidak terlalu berat, dengan yang terbanyak berupa perubahan warna pada hidung. Namun efek samping tersebut akan kembali normal pada pasien yang bertahan hidup

Saat ini, alat RhinoChill sudah disetujui di Eropa meskipun belum dipasarkan. Direncanakan, pada triwulan pertama tahun 2010, sistem tersebut sudah dapat dipasarkan di benua Eropa. Semoga dalam waktu dekat juga dapat diterapkan di Indonesia.[RIPI]

Otak Manusia

Konsultasi Dokter Terkait