Berita Kesehatan

Every Mother Counts!

Klikdokter, 31 Okt 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Berawal dari situs jejaring sosial Twitter, gerakan yang memiliki slogan ‘Selamatkan Ibu, Selamatkan Bangsa’ ini didirikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di negeri kita ini.

Every Mother Counts!

KLIKDOKTER.com - Di antara pohon-pohon rindang di tengah keramaian taman Monas hari Sabtu sore, terdapat pemandangan menarik. Tikar-tikar digelar di atas rumput, sekelompok ibu-ibu serius mendengarkan seorang dokter muda berbicara di depan. Dokter muda itu bernama Muhammad Nurhadi Rahman, wong Jogja asli yang saat itu masih menjadi residen ilmu kebidanan dan kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo. Topik mengenai kontrasepsi dan kesehatan organ reproduksi perempuan dipaparkannya dengan sejelas-jelasnya sambil lesehan, gaya Yogyakarta.

Penyuluhan kesehatan di sore yang teduh itu merupakan bagian dari kegiatan gerakan sosial yang diprakarsainya bersama tiga anak muda lain yang bernama ‘Selamatkan Ibu’. Berawal dari situs jejaring sosial Twitter, gerakan yang memiliki slogan ‘Selamatkan Ibu, Selamatkan Bangsa’ ini didirikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di negeri kita ini.

Harapannya, virus semangat gerakan ini bisa menular ke seluruh pelosok Indonesia dan semakin banyak kegiatan yang dilakukan baik oleh masyarakat atau pun pemerintah untuk menurunkan AKI. Ide mendirikan gerakan ini didapat saat Dokter Adi, demikian panggilan akrabnya, menjabat sebagai Ketua POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) Muda.

Kenyataannya, target Millenium Development Goals ke-5 mengenai menurunkan AKI sudah dinyatakan tidak akan tercapai. Bukannya berkurang, AKI di Indonesia justru meningkat sebanyak 50% dari tahun 2007 hingga 2012. Mengenai hal ini, dokter yang berpraktik di Jogja International Hospital ini berpendapat bahwa dari sisi makro, sistem kesehatan, kondisi geografis dan ketidakmerataan antar daerah, infrastruktur medis maupun non medis menjadi masalah utama.

Namun, dari sisi mikro setiap individu seharusnya melakukan apa yang dapat dilakukan untuk berkontribusi dalam penurunan angka kematian ibu tersebut. “Bila dalam satu lingkungan masyarakat, ada seorang ibu yang sampai meninggal berkaitan dengan kehamilannya, berarti masyarakat tersebut harus bertanggungjawab, karena kita seharusnya berusaha sebaik mungkin dan berjuang.

Every mother counts. Semua ibu wajib untuk diselamatkan, dengan cara-cara positif yang bisa dilakukan dalam lingkungan masyarakat tersebut,” tambahnya.

Awal Mula Perjuangan

Kiprahnya malang melintang di dunia kesehatan dimulai setelah ia lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Inspirasinya datang dari rumah. Sebagai anak dari seorang dokter, pria kelahiran 6 Desember 1978 ini sudah terpapar dunia kedokteran sejak kecil. Ia pun jatuh cinta dengan dunia yang penuh suka duka ini. “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain, dan dokter adalah salah satu dari profesi yang memberi manfaat kepada orang lain secara langsung,” jawabnya ketika ditanya alasannya memilih profesi kedokteran. 

Sulung dari tiga dokter bersaudara ini memang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Setelah lulus sebagai dokter, ia melakoni berbagai kegiatan sosial, salah satunya menjadi relawan bencana tsunami Aceh.  Ia melihat dengan mata kepala sendiri dashyatnya dampak kiamat kecil tersebut. “Banyak pelajaran tentang kerjasama, membantu tanpa pamrih dan takdir yang saya dapat selama di sana. Kerjasama yang harmonis diperlukan supaya pertolongan tidak tumpang tindih. (Saya) bertemu banyak orang asing yang datang seorang diri dengan kemampuan yang dimiliki berusaha membantu semampunya,” ujarnya.

Praktisi hypnobirthing ini kemudian mengikuti jejak ayahnya mengambil spesialisasi obstetri dan ginekologi. Saat ditanya kenapa ia memiih spesialisasi ini, dokter Adi menjawab, “I love this job. Profesi ini merupakan profesi yang salah satu tugasnya membantu menghadirkan malaikat kecil yang sehat di bumi dalam tangisnya, sedangkan yang lain tertawa. (ayah ibu-nya, kakek nenek, saudara-saudara yang lain) atau menangis tertawa. Walaupun ada beberapa keadaan yang di luar kuasa kita, banyak happy ending-nya. Selain itu, saya juga senang bisa membantu meningkatkan kualitas kesehatan perempuan, dari mulai remaja, usia reproduksi, hingga usia senja.”

Hidup Seimbang

Sudah menjadi rahasia umum kalau sebagai praktisi kesehatan, sebagian dokter tidak menyempatkan diri untuk menjalani gaya hidup sehat. Di tengah kesibukannya sebagai dokter spesialis dan staf Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UGM – RSUP Dr. Sardjito, suami dari Dr. Wasthi Saily ini mengaku berusaha menyiasati keterbatasan waktu berolahraganya dengan mempraktikkan gerakan ‘Bike to Work’ 2 – 3 kali seminggu. Selain itu, ia juga menyempatkan lari pagi tiap minggu dan menjalani hobinya bermain tenis. 

Di waktu senggangnya, penggemar serial televisi yang bertema kedokteran seperti Grey’s Anatomy, House M.D., hingga drama Korea OBGYN ini, sering memanjakan telinganya dengan  mendengarkan aluranan musik pop dan jazz. Setiap tahun ia dipastikan hadir di acara Java Jazz Fetival di Jakarta. “Saat ini saya lagi suka lagu-lagunya Monita Tahalea gara-gara menonton penampilannya di ngayogjazz.com.” Berolahraga, mendatangi acara festival musik jazz menjadi upaya penyeimbang kehidupan yang sibuk pengantin baru ini. Semoga terus semangat berjuang, Dokter Adi![](PNA)

dr. Muhammad Nurhadi Rahman, Sp.OG

dr. Muhammad Nurhadi Rahman, Sp.OG.

Lahir:
Yogyakarta, 6 Desember, 1978

PENGALAMAN KERJA:
Urogynecology Division,
Departement of Obstetrics and Gynecology, Sardjito
Central General Hospital,
Faculty of Medicine
Gadjah Mada University,
Yogyakarta, Indonesia

JIH Hospital, Yogyakarta, Indonesia.

PENDIDIKAN FORMAL:

2006 – 2010
Obstetric and Gynecology, Faculty of
Medicine, University of Indonesia,
Jakarta, Indonesia.

1998 – 2004
Faculty of Medicine, Gadjah Mada University (GMU), Yogyakarta,
Indonesia.

1994 – 1997
SMU 4, Yogyakarta, Indonesia (Senior High School).

1991 – 1994
SLTP Negeri 1, Wonosobo, Indonesia (Junior High School).

1985 – 1991
SD Negeri 1, Wonosobo, Indonesia (Elementary School).

Dr. Muhammad Nurhadi RahmanSp.OG Every Mother Counts!

Konsultasi Dokter Terkait