Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatKesehatan UmumPemberian Vaksin Tidak Menyebabkan Autisme
Kesehatan Umum

Pemberian Vaksin Tidak Menyebabkan Autisme

dr. Dewi Ema Anindia, 23 Apr 2013

Ditinjau Oleh dr. Dewi Ema Anindia

Icon ShareBagikan
Icon Like

Sebanyak 10% orangtua melewati atau menunda vaksin rutin untuk anak. Studi terbaru menemukan bahwa anak yang mendapatkan vaksin sesuai dengan jadwal penuh tidak ada hubungannya dengan resiko autisme.

Pemberian Vaksin Tidak Menyebabkan Autisme

Sebanyak 10% orangtua akan melewati atau mengundur-undur vaksin rutin untuk anak, karena ketakutan akibat anaknya yang mendapat terlalu banyak vaksin dalam waktu yang sangat dekat.

Studi terbaru menemukan bahwa anak yang mendapatkan vaksin sesuai dengan jadwal penuh tidak ada hubungannya dengan resiko autisme.

Geraldine Dawson, chief science officer Talk of autism, mengatakan bahwa studi baru ini merupakan hal yang sangat penting dalam dunia medis dan hal yang dapat menghapus kekhawatiran orangtua hampir satu dunia.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatrics, merupakan studi terbaru dari hampir 20 studi terdahulu yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah vaksin yang diterima oleh anak pada masa kecil, atau jumlah vaksin yang anak dapat dalam satu hari dengan autisme.

Studi ini juga merupakan studi pertama yang dapat meluruskan ketakutan banyak orang mengenai pemberian vaksin multipel yang katanya dapat menstimulasi sistem imun anak yang berlebihan sehingga ditakutkan dapat menimbulkan masalah jangka panjang.

Sejarahnya 20 tahun yang lalu, anak dijadwalkan untuk vaksin terhadap 9 penyakit namun saat ini tercatat ada 14 penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, menurut pendapat dari CDC (Center for Disease Control and Prevention).

Walaupun pada masa yang akan datang, anak akan mendapat lebih banyak suntikan namun vaksin yang baru akan lebih baik untuk sistem imun karena hanya menggunakan sedikit antigen untuk mengstimulasi sistem imun untuk mengeluarkan antibodi yang nantinya akan memblokade infeksi.

Akibat perubahan baru ini, anak berusia 2 tahun yang melakukan vaksin lengkap sesuai jadwal akan terekspos dengan 315 antigen, dan hanya merupakan jumlah yang cukup sedikit dibandingkan dengan berjuta-juta mikroba yang dapat terekspos oleh bayi pada saat kelahiran.

Penelitian ini membenarkan penelitian sebelumnya tahun 2012, membandingkan bayi yang mendapat vaksin lengkap hingga tahun-tahun pertama kehidupan dengan bayi yang tidak melengkapi jadwal vaksin.

Para peneliti tidak menemukan perbedaan neuropsikologikal, seperti kegagapan ataupun nilai test IQ yang lebih rendah antar 2 kelompok.

Seperti yang dikemukakan oleh Michael Smith, seorang spesialis infeksi pediatrik di University of Louisville School of Medicine, tidak ada gunanya menunda pemberian vaksin karena saat kita menunda, kita hanya meningkatkan resiko anak terkena infeksi.

(EA)

Konsultasi Dokter Terkait