Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatKesehatan UmumAncaman Dari Obesitas
Kesehatan Umum

Ancaman Dari Obesitas

KlikDokter, 22 Jan 2015

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung koroner, dan masih banyak lagi. Jika ingin tahu lebih jauh, berikut selengkapnya:

Ancaman Dari Obesitas

KlikDokter.com - Obesitas bermakna kelebihan berat badan yang jauh melebihi berat yang diinginkan. Tidak jarang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan kelebihan berat badan, padahal kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda satu sama lain. 

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara kelebihan berat badan (overweight) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal. Obesitas dapat terjadi disebabkan karena antara lain terjadinya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) telah diakui sebagai cara yang paling praktis dalam menentukan tingkat kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa di bawah umur 70 tahun. Indeks massa tubuh adalah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui apakah Anda termasuk dalam berat badan normal, kurang, atau berlebih (obesitas). 

Rumus Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh dapat kita hitung sendiri dengan rumusan:

Namun keterbatasan IMT adalah tidak dapat digunakan bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, wanita hamil, serta orang yang memiliki volume otot banyak, contohnya atlet. Penghitungan IMT ini dapat juga anda lakukan secara on-line di website ini di layanan fitur Hitung Body Mass Index di sebelah kanan tampilan website klikdokter.com.

Tubuh Subur Belum Berarti Sehat

Stigma publik pada figur bentuk tubuh manusia kurus selalu dikonotasikan representatif personal yang selalu dalam kondisi tertekan atau stress. Belum tentu. Justru stress atau depresi adalah pemicu obesitas dan kelebihan berat badan. Dr. Paresh Dandona dari Kaleida Health di Buffalo, New York, menemukan bahwa orang yang mengalami obesitas cenderung memiliki kadar stress lebih besar dibandingkan orang yang memiliki berat badan dalam kategori normal. Paresh juga menunjukkan bahwa makanan berlemak ternyata meningkatkan stress dan lebih cepat berpengaruh kepada orang yang bertubuh gemuk. Pada penemuannya tersebut dr. Paresh menguji coba kepada sepuluh orang yang memiliki berat badan berkategori normal serta delapan orang yang memiliki berat badan kategori obesitas. Percobaan dilakukan dengan cara memberikan asupan gizi 1800 kalori yang terdiri dari hamburger, kentang goreng, minuman ringan bersoda, dan beberapa iris buah apel kepada seluruh partisipan uji coba. Kemudian proses uji coba dilanjutkan dengan memberikan soal tes pertanyaan kepada keseluruh 18 partisipan. Hasilnya, dalam tempo kurun waktu dua jam seluruh partisipan mengalami peningkatan stress dalam menyelesaikan soal tes pertanyaan yang diberikan. Kemudian berselang satu jam kemudian, para sepuluh partisipan uji coba yang memiliki berat badan kategori normal sudah terlepas dari kondisi stress alias normal. Namun kedelapan partisipan uji coba lainnya yang memiliki berat badan kategori obesitas, kondisi depresi stress masih berlangsung bahkan kian meningkat.

Obesitas & Komplikasinya

Seperti yang kita ketahui, kondisi stress yang menahun dengan frekuensi interval tinggi sangat bisa memicu beberapa penyakit mematikan seperti antara lain kanker dan penyakit jantung serta bahkan stroke. Dimana dalam kasus ini secara khusus memiliki korelasi langsung dengan gejala hipertensi. Penjelasan mekanisme hal tersebut dikarenakan obesitas merupakan suatu faktor utama yang bersifat fleksibel. Dimana aspek fleksibilitas tersebut sedikit banyak mempengaruhi tekanan darah dan juga perkembangan hipertensi. Kurang lebih 46% pasien dengan nilai Indeks Massa Tubuh mencapai 27 adalah penderita hipertensi. Framingham Studi telah menemukan bahwa peningkatan 15% berat badan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik  sebesar 18%. Dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat badan yang normal,  orang yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 20% mempunyai resiko delapan kali lipat lebih besar terhadap hipertensi. Beberapa penyakit yang terpicu dari obesitas diantaranya:

Kurang lebih sebanyak  40% kejadian penyakit jantung koroner terjadi pada seseorang dengan nilai Indeks Massa Tubuh di atas 21, namun tidak menutup kemungkinan penyakit ini sebetulnya dapat dicegah.

  • Penyakit Jantung Koroner (PKH) / Coroner Heart Disease (CHD)

Kelebihan berat badan merupakan faktor resiko utama terhadap stroke. Kegemukan (terutama di sekitar perut/abdomen) dapat meningkatkan resiko stroke (kondisi ini tidak tergantung besarnya nilai Indeks Massa Tubuh).

  • Stroke

Obese cenderung lebih mudah terkena batu empedu.

  • Penyakit Kantung Empedu

Kelebihan berat badan berhubungan dengan OA pada sendi tangan dan lutut. Bagaimanapun, keterbatasan kemampuan berolah raga pada pasien OA sedikit banyak juga mengambil peranan terhadap timbulnya kelebihan berat badan.

  • Osteoarthritis (OA)

Obesitas dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit kanker tertentu. Suatu studi yang dilakukan oleh American Cancer Society menjelaskan bahwa kematian yang diakibatkan oleh kanker prostat dan rektal-colon (colorectal) meningkat pada laki-laki obese, sedangkan  kanker endometrium, uterus, mulut rahim (cervix), dan indung telur (ovarium) meningkat pada wanita obese. Dibandingkan wanita dengan berat normal pada masa post-menousal, wanita obese mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker payudara.

Obesitas juga berhubungan dengan varieses vena, beberapa gangguan hormonal dan infertilitas.

  • Kelainan (gangguan) lain

Selain itu, kelebihan berat badan dan obesitas erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Seperti yang telah disebutkan di awal, morbiditas itu dapat berupa tekanan darah tinggi atau hipertensi, kelainan fraksi lipid atau dislipidemia yang diindikasikan dari kenaikan kadar kolesterol total, penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes tipe II, penyakit gallblader atau penyakit di kandung empedu, disfungsi pernafasan, penumpukan kristal asam urat di jaringan dan persendian tubuh atau gout, nyeri sendi atau osteoarthritis, dan beberapa jenis kanker tertentu. Namun penyakit kronik yang paling sering menyertai obesitas adalah diabetes tipe II, hipertensi, dan hiperkolesterolemia yang merupakan implikasi lanjutan dari dislipidemia. Data dari NHANES  (National Health and Nutrition Examination Survey) III, 1988 – 1994, memperlihatkan bahwa dua pertiga pasien obese dan overweight dewasa (nilai Indeks Massa Tubuh : 27) mengidap paling sedikit satu dari banyak penyakit kronik tersebut serta 27% lainnya dari mereka mengidap dua atau lebih penyakit.

Lalu Bagaimana?

Seseorang menjadi obese tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan justru terpicu dari berbagai macam aspek, termasuk faktor diet, faktor gaya hidup, faktor kebudayaan, faktor genetik, faktor jenis kelamin, dan faktor pola kebiasaan. Namun faktor yang paling banyak memiliki substansi pemicu adalah pemilihan gaya hidup. Makanan siap saji (fast food), peralatan yang mempermudah kerja hingga menciptakan kebiasaan pola kerja yang inaktif dapat juga membuat tubuh kita menjadi gemuk. Para ahli setuju bahwa di kehidupan masyarakat yang modern-stress dan pola makan gaya hidup modern seperti halnya mengkonsumsi makanan siap saji ataupun tidak mempunyai waktu berolah raga dan lainnya memicu terjadinya penumpukan lemak tubuh secara berlebihan. Terapi tingkah laku adalah suatu metoda yang digunakan untuk mangatur ataupun memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik dengan olahraga pada pasien obese. Dengan demikian, terapi tersebut diharapkan dapat mengatasi hambatan-hambatan terhadap kepatuhan pasien pada pola makan sehat dengan menempuh cara terapi diet dan ataupun olahraga. Strategi-strategi terapi ini adalah sebagai berikut: penilaian diri sendiri atau self-monitoring, kontrol stress, kontrol rangsangan (stimulus), pemecahan masalah, penatalaksanaan darurat  atau contingency, perombakan kognitif (cognitive restructuring), dan dukungan sosial. Satu hal yang perlu diingat adalah strategi-strategi tersebut harus dibuat personal yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien bersangkutan yang menyangkut strategi untuk diet dan olah raga.  Perubahan yang drastis pada seorang pasien dengan pola makan normal memang sangat sulit, perasaan terhadap perampasan kesenangan yang pada akhirnya dapat menimbulkan frustasi. Pada kebanyakan kasus dapat menimbulkan peningkatan kembali berat badan. Berikut petunjuk membantu solusi obesitas:

Solusik Obesitas

Berikut petunjuk membantu solusi obesitas:
  1. Makan lebih sedikit lemak maksimal 30 % dari keseluruhan jumlah kalori yang dikonsumsi. Mengurangi lemak akan mengurangi asupan kalori dan memperbanyak turunnya berat badan. Hal itu juga dapat membatasi atau mencegah timbulnya ‘efek salah makan’. Karena lemak adalah sumber kalori terbesar.

    Menu makanan sekarang jelas jauh berbeda dengan menu makanan pada era terdahulu. Jika era dulu makanan lebih banyak mengandung karbohidrat  seperti halnya kue-kue dengan bahan utama hanya dari tepung, era modern sekarang selain tepung, juga banyak dinambahkan margarine, minyak dan jenis lemak lainnya.

    Seperti telah diketahui, lemak merupakan penghasil kalori terbesar tiap gramnya, dibandingkan sumber nutrisi lainnya seperti halnya karbohidrat dan protein.

    Maka tidak heran, bila asupan lemak yang tinggi merupakan penyebab terjadinya kelebihan asupan energi, yang bila tertimbun dapat menimbulkan kelebihan berat badan.

    Dari hasil pengamatan terlihat bahwa seseorang dengan kelebihan berat badan sangat suka makanan berlemak. Rata-rata konsumsi lemak mereka berada di atas 50% dari total kalori.

    Proses pencernaan dimulai di mulut, dimana makanan dirubah menjadi bentuk yang lebih kecil, kemudian diteruskan ke lambung. Dengan bantuan enzim, makanan di lambung dipecah menjadi komponen-komponen penyusunnya, seperti protein, karbohidrat, dan lemak.

  1. Kurangi asupan kalori per hari dari pola makan biasanya (kurang lebih 600 kkal). Tubuh selalu memerlukan asupan nutrisi dasar, tidak selalu dari kuantitas asupan yang banyak. Namun lebih efektif didapat dari pola makan yang berkualitas.

    Zat gizi utama yang dibutuhkan oleh tubuh adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Zat-zat gizi tersebut menempati porsi vital yang dibutuhkan untuk metabolisme, membangun dan memperbaiki sel-sel tubuh, dan untuk mendapatkan energi.

    Selain zat gizi utama tadi, tubuh juga memerlukan mineral dan vitamin untuk mengatur cairan (elektrolit) tubuh, pertumbuhan tulang, pembentukan sel-sel darah, membantu proses metabolisme dan membentuk hormon / enzim

  1. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, paling sedikit 3 kali sehari. Memilih makanan dan minuman secara hati-hati akan membantu anda mengontrol kalori dan jumlah lemak total, lemak jenuh, kolesterol, garam, gula dan minuman beralkohol.

  1. Perbanyak aktifitas. Sebelum anda melakukan perubahan apapun pada diri anda, pastikan bahwa hal itu akan bermanfaat. Meningkatkan aktifitas fisik secara umum seperti berolahraga selama 20 menit dapat menurunkan tekanan darah, mengontrol diabetes, menurunkan kadar kolesterol serta mengurangi komplikasi kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kelebihan berat badan. Jelas lebih baik daripada anda menghabiskan 2 jam menunggu di salon atau di bengkel.

    Dengan latihan secara teratur umumnya lebih berhasil menurunkan berat badan dan mempertahankannya dibandingkan dengan orang yang tidak berlatih secara teratur. Serta tak luput konsultasikan dengan dokter atau pakar-pakar terkait terlebih dahulu sebelum anda memulai program olah raga.

    Satu hal yang perlu dan penting diingat, satu-satunya jalan untuk menurunkan berat badan adalah untuk penggunaan energi yang lebih banyak daripada energi yang dikonsumsi.

  1. Dan yang terakhir adalah kebulatan tekad. Diperlukan kegigihan usaha dari pelaksanaan niat yang ditanamkan. Bulan puasa ini adalah momentum tepat untuk mengimplementasikan usaha ini.

gendutPenyakitObesitas

Konsultasi Dokter Terkait