HomeInfo SehatPencernaanPerdebatan Fungsi Usus Buntu
Pencernaan

Perdebatan Fungsi Usus Buntu

Dimas Aninditya, 21 Nov 2013

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Jika diantara kalangan ahli bedah berkembang humor bahwa apendiks tercipta di dunia ini hanya untuk tambahan penghasilan ahli bedah, maka candaan tersebut kini sudah mulai dianggap kadaluarsa. Pasalnya apendiks atau yang dikenal dengan usus

Perdebatan Fungsi Usus Buntu

Jika diantara kalangan ahli bedah berkembang humor bahwa apendiks tercipta di dunia ini hanya untuk tambahan penghasilan ahli bedah, maka candaan tersebut kini sudah mulai dianggap kadaluarsa. Pasalnya apendiks atau yang dikenal dengan usus buntu tidak hanya menimbulkan ‘manfaat’ nyeri di perut luar biasa, namun juga imunitas serta kesehatan pencernaan bagi tubuh seseorang. Walau belum ada kesepakatan mengenai kesimpulan bersama mengenai fungsi dan kegunaan apendiks diantara kalangan ahli, berikut beberapa pendapat para ahli menyikapi perdebatan yang berkembang dewasa ini :

1. Tidak Memiliki Fungsi Sama Sekali.

Teori inilah yang selama ini mengemuka di beberapa dekade terakhir, bahwasanya apendiks atau usus buntu tak lain tidak memberikan manfaat apapun. Isu ini dilatarbelakangi oleh pendapat Charles Darwin yang menganalisa apendiks sebagai bentuk sisa dari proses evolusi. Darwin yang meyakini manusia awalnya adalah kera, berasumsi apendiks dulunya berguna dalam mencerna dedaunan dan tumbuhan sebagaimana yang didapati pada primata. Seiring dengan proses evolusi, kebiasaan pola makan manusia mulai lebih sedikit mengonsumsi sayuran. Hal ini diduga membuat organ tersebut kian mengecil guna memberikan ruang untuk kompensasi perkembangan lambung.

2. Memiliki Manfaat Kepada Imunitas Tubuh.

Loren G. Martin, seorang profesor fisiologi dari Oklahoma State University berpendapat bahwa memiliki dwifungsi pada manusia ketika manusia berupa janin di kandungan ibu serta ketika manusia berusia dewasa pula. Pada usia janin 11 minggu, apendiks mengambil peran penting dalam proses mekanisme kontrol biologis. Dimana apendiks atau usus buntu mengambil kendali dalam proses ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan keseimbangan yang dinamis secara konsisten. Dimana Martin dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa ditemukan sel endokrin pada janin yang berusia 11 minggu. Sementara pada tubuh manusia berusia dewasa, apendiks memiliki fungsi sebagai organ limfatik. Dalam penelitiannya pula Martin menemukan bahwa apendiks memiliki kandungan sel limfoid yang mengindikasikan kuatnya kemungkinan apendiks mengambil peran dalam mekanisme sistem imun manusia.

3. Kesehatan Pencernaan

William Parker, Randy Bollinger, dan rekan-rekannya dari Duke University berpendapat bahwa fungsi apendiks adalah sebagai naungan yang aman untuk beberapa bakteri yang sifatnya baik dalam kesehatan pencernaan manusia. Ketika manusia dihadapi oleh kondisi infeksi seperti halnya disentri amuba yang dapat menyebabkan kematian massal seluruh bakteri yang ada dalam organ pencernaan, usus buntu menjadi ‘safe house’ bagi ‘bakteri baik’ untuk bernaung sementara hingga menunggu pemulihan pasca situasi ‘perang’ atau diare. Untuk mengetahui lebih jauh misteri latar belakang kenapa Tuhan menciptakan apendiks, ada perlunya kita mengetahui dahulu latar belakang gangguan usus buntu dapat terjadi dan solusi tindakannya.

Gejala Usus Buntu

Kondisi usus buntu bisa terjadi pada usia apapun. Rasa sakit dapat dimulai pada sisi kanan bawah perut, tetapi juga mungkin mulai sebagai ketidaknyamanan samar-samar di tengah perut dan kemudian pindah ke sisi kanan bawah. Meskipun tidak semua sakit di perut menunjukkan usus buntu, seseorang harus melaporkan setiap rasa sakit yang terus-menerus dan yang disertai dengan hilangnya nafsu makan, mual, muntah, dan demam ke dokter. Sampai dokter menentukan apa yang salah dan apa yang harus dilakukan, seseorang harus tidak mengambil obat pencahar atau enema. Tidak ada tes khusus untuk usus buntu, tapi tes darah (misalnya jumlah sel darah putih) dan sinar-x dapat membantu dokter membuat diagnosis. Perut USG telah terbukti bermanfaat dalam membedakan penyebab sakit perut.

Mitos Biji Jambu dan Biji Cabai

Meskipun demikian, gangguan nyeri akibat kasus usus buntu dapat dihindari. Bukan dengan menghindari menelan biji jambu sebagaimana orangtua kita bilang dulu. Tapi dengan cukup meminum air putih dan makanan berserat. Seorang rekan spesialis bedah yang sudah lebih dari sering melakukan apendectomi tidak pernah menemukan sebutir biji jambu maupun biji cabai. Hubungan frekuensi meminum air putih dengan usus buntu terletak pada akibat ikut menurunnya frekuensi BAB yang dikarenakan kurangnya frekuensi minum. Selain kurangnya cairan, kekurangan makanan berserat juga mengambil peran penting dalam kesehatan penceraan. Karena Ketika kondisi BAB tidak lancar, hasil pencernaan yang sudah berupa kotoran menjadi lebih padat dan lebih lama di usus. Keadaan ini membuat tekanan pada usus meningkat. Hingga bakteri masuk ke dinding usus yang kemudia membuat kondisi infeksi. Akibat dari infeksi tersebut, kadar putih menjadi naik dan oleh karena itulah lecocyt selalu ditemukan naik ketika pemeriksaan darah.

Tindakan Ependectomy

Operasi usus buntu disebut ependectomy, merupakan sebuah prosedur dengan risiko yang relatif rendah. Biasanya, pasien tetap di rumah sakit selama kurang dari seminggu dan biasanya dapat mengandalkan kembali ke rutinitas normal dalam tiga minggu. Banyak ahli bedah laparoskopi melakukan operasi usus buntu di mana lampiran dihapus melalui tiga sayatan kecil (kurang dari setengah inci panjangnya) dengan menggunakan instrumen khusus dan kamera khusus. Bahkan dengan laparoskopi, kebanyakan pasien bisa pulang dalam 24 jam operasi. Namun, jika didapati apendiks sudah dalam keadaan pecah, pasien mungkin harus tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu jauh lebih lama dan risiko komplikasi lebih besar. Seorang pasien yang sangat sakit mungkin memerlukan tindakan khusus, seperti tabung perut dan obat intravena. Jika komplikasi seperti pernah terjadi, mungkin dua atau tiga bulan sebelum pasien dapat melanjutkan aktivitas normal. Setelah apendiks tidak berguna diangkat, diharapkan tidak ada bahaya apendisitis berulang.

Lalu Apa Fungsinya?

Kemudian, apakah keadaan imunitas tubuh akan berubah setelah appendiks diangkat? Apakah akan membuat semua bakteri baik kita akan ikut musnah karena kehilangan area aman? Pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi imunitas tubuh, selain si apendiks, sel limfoid juga banyak terdapat pada kalenjar limfe lainnya yang terletak di seluruh tubuh. Karena porsi peran apendiks atau usus buntu tidak begitu berpengaruh untuk membuat menurunnya kinerja imunitas tubuh manusia. Sementara bakteri baik tidak akan ikut musnah semua ketika seseorang yang sudah tidak memiliki apendiks terkena kolera atau disentri. Karena kembali kepada orientasi porsi peran apendiks yang kecil untuk menjadi sebuah ‘safe house’ bagi bakteri baik. Karena bagaimanapun, sedemikian panjangnya sebuah usus, bakteri baik akan tetap dapat tersisa dan pulih dari keadaan di tempat-tempat dinding usus yang sedemikian luasnya. Demikian diantara seluruh usul pendapat para ahli menanggapi isu apendiks, satu hal yang pasti, Tuhan menciptakan segala sesuatu pasti memiliki manfaat dan tujuan tertentu. Apa pun itu. Sekalipun hanya untuk memberikan manfaat tambahan rejeki untuk ahli bedah.[](DA)

KoleraUsus BuntuDisentri

Konsultasi Dokter Terkait