Mensyukuri Setiap Kali Sukses Mengobati Pasien Menjadi Sehat Kembali
Klikdokter, 10 Nov 2016
Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter
Dr. Imral Chair Ramli, Sp.A(K)
Melihat kesibukan ayahnya sebagai dokter bedah, Imral muda tidak pernah berfikiran bercita-cita untuk menjadi seorang dokter. Bahkan ketika pada saat akan mendaftar ke perguruan tinggi pun, pilihan pertama beliau dijatuhkan pada Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro. “Tapi, karena nilai matematika saya bagus, saya justru diterima di jurusan Matematika”, ujarnya.
Pria kelahiran Klaten ini memang piawai dengan angka, baik dalam hal hitung-menghitung dosis obat dengan cepat maupun menghapal nomor-nomor plat kendaraan Corps Diplomatic yang lalu lalang di jalanan ibu kota. Namun, mengikuti amanah orang tua yang menginginkan anaknya menjadi dokter, beliau pun masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tahun-tahun pertama menimba ilmu di FKUI memang berat – setiap minggu ada kuis atau ujian. Hal ini membuat beliau sempat ragu atas pilihannya dan sempat terbesit pikiran untuk kembali ke Bandung – melupakan detil jaringan tubuh manusia untuk kembali berkutat dengan rumus dan angka.
Namun, berkat dorongan dari teman seangkatan, dr. Azdi Albar, Sp.B.Onk, niat itu diurungkannya. “Teman saya itu menganjurkan saya untuk bertahan, membuktikan kepada diri sendiri bahwa saya sebetulnya mampu,” ujarnya. Hal ini menjadi pelajaran di kemudian hari untuk tidak lari dari tantangan, justru dihadapi dengan kerja keras.
Lama kelamaan, pria yang hobinya membaca dan menonton film ini mulai betah dengan kehidupan kampus –menyenangi ilmu kedokteran yang menarik dan kegiatan mahasiswa lainnya. Berorganisasi memang merupakan salah satu kegiatan yang disenanginya, bahkan sampai sekarang. Beliau pun tenggelam dalam kegiatan-kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Jakarta yang diikutinya. Ketertarikannya terhadap politik membuatnya mampu menahan kantuk, berdiskusi dengan teman-teman sampai subuh. Kala itu suhu politik di Indonesia sedang panas. Banyak peristiwa politik yang terjadi dan tragedi G30S/PKI menjadi antiklimaksnya. Keadaan yang tak tentu menarik Imral muda ke jalan, berdemonstrasi bersama rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Untungnya segala kegiatan tersebut tidak menghambat studinya. Beliaupun lulus menjadi dokter pada tahun 1970. Teringat kenangan masa kecil, dimana liburan keluarga yang telah direncanakan seringkali terpaksa batal karena tiba-tiba ayahnya dipanggil untuk operasi, dr. Imral pun urung menjadi klinisi.
Berharap menjadi ilmuwan atau peneliti, beliau tertarik dengan ilmu kesehatan anak. “Saat itu saya tertarik dengan banyaknya penelitian-penelitian di bidang hematologi anak,” jelasnya. Lucunya, setelah lulus menjadi dokter spesialis anak, beliau justru tercemplung dalam bidang Pediatri Gawat Darurat. Bidang ini penuh tantangan karena berurusan dengan pasien-pasien anak yang dirawat dalam keadaan kritis sehingga membutuhkan perawatan intensif. Selain itu penanganannya bersifat multidisiplin sehingga dibutuhkan kerjasama dengan dokter-dokter dari bidang lain.
Alhasil beliau bahkan lebih sibuk dibandingkan ayahnya dulu sebagai dokter bedah. Dering telepon di tengah malam pun menjadi bunyi yang tidak asing lagi bagi telinga, seringkali beliau harus terjaga dari tidurnya. Pergi kemanapun harus membawa penyentara (pager) dan sering dipanggil ke Rumah Sakit. Namun, hal itu tidak menjadi beban baginya. Kepeduliannya terhadap anak-anak yang sedang dirawat, memicunya untuk berusaha menolong mereka. “Saya bersyukur setiap kali dapat membantu mengobati pasien yang gawat sehingga dapat sehat kembali,” tambahnya.
Saat itu bidang Pediatri Gawat Darurat merupakan bidang yang baru. Banyak alat-alat atau mesin yang digunakan seperti alat bantu napas sehingga menjadi tantangan tersendiri baginya. Beliau merupakan salah satu dokter anak yang membangun bidang ini di Indonesia dari awal. Bersama-sama beberapa dokter lain, beliau membantu membentuk Perkumpulan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia serta Perhimpunan Perinatologi Indonesia. Di perkumpulan-perkumpulan tersebut hobi berorganisasi penggemar Frank Sinatra ini tersalurkan kembali. Sedangkan ruang rawat Intensive Care Unit Anak RSCM merupakan yang pertama didirikan di Indonesia. Di sanalah beliau bertugas menjadi dokter konsultan dan staf pengajar sampai sekarang.
Ditanya tentang menariknya Ilmu Kesehatan Anak, beliau mengatakan bahwa dokter dapat mebantu dalam menjaga agar anak dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sehingga menjadi manusia yang sehat. Sedangkan harapannya kepada generasi penerus adalah agar tidak kehilangan jati diri dan tetap berbudaya. Beliau juga berharap agar dokter-dokter Indonesia di masa depan tidak kalah dibandingkan dokter-dokter luar dalam hal mengembangkan teknologi kedokteran dan pengobatan.[](PNA)
Dr. Imral Chair Ramli, Sp.A(K)
Dr. Imral Chair Ramli, Sp.A(K)
Tanggal Lahir:
Klaten, 26 Agustus 1946
Status:
Menikah,
dianugerahi 4 anak.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Lulus dokter:
1970
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
1975
Program Pendidikan
Dokter Spesialis Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
1976
Mendalami ilmu Anestesi
dan Intensive Care
di Bagian Anestesi
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
1980
Mendalami Ilmu
Intensive Care Anak
Rijk Universiteit, Ghent
Belgia
1986
Mendalami Ilmu
Intensive Care Anak
Boston Children’s Hospital
Harvard University
Amerika Serikat
RIWAYAT PEKERJAAN
1971
Asisten Bagian Biologi
FKUI
1972-1975
Asisten Bagian
Ilmu Kesehatan Anak
1975-Sekarang
Staf Pengajar Bagian
Ilmu Kesehatan Anak
1970-1978
Dokter Perusahaan
Penerbangan
Garuda Indonesia
1980-Sekarang
Dokter Spesialis Anak
RS Bunda, RS YPK
1998–Sekarang
Dokter Spesialis Anak
RS Pondok Indah
2002-2004
Ketua Perinasia
Konsultasi Dokter Terkait
Artikel Terkait